BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kemampuan berpikir kritis dan
kreatif merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan, pekerjaan,
dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis
telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian
dan berbagai pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam
sepuluh tahun terakhir ini (Patrick, 2000:1). Definisi berpikir kritis banyak
dikemukakan para ahli.
Berfikir kreatif adalah cara-cara baru yang non
konvensionil untuk menemukan dan menggali ide baru yang berguna.makalah ini
memberikan penjelasan dan pedoman singkat mengenai cara berfikir tersebut,
berserta contoh-contoh yang menarik dari kehidupan yang nyata.
Berfikir Kreatif bukanlah suatu yang
baru. Ahli-ahli fikir kreatif telah ada ribuan tahun yang lalu, mungkin jauh
sebelum menusia menemukan api dan roda.Para ahli fikir tersebut
memberdayakan akal pikirannya dan kemampuan kreatifitasnya untuk menghasilkan
sesuatu yang baru. Maka dari itu bukan tidak mungkin bagi kita untuk
memaksimalkan kemampuan kreatifitas kita sehingga menghasilkan prestasi.
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat
diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat
dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia. Hal
ini mengakibatkan cepatnya perubahan tatanan hidup serta perubahan global dalam
kehidupan. Jika tidak dibekali dengan kemampuan berpikir kritis dan kreatif
maka tidak akan mampu mengolah menilai dan megambil informasi yang dibutuhkan
untuk menghadapi tantangan tersebut. Oleh karena itu kemampuan berpikir kritis
dan kreatif adalah merupakan kemampuan yang penting dalam kehidupan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian berpikir kritis dan berpikir kreatif?
2.
Bagaimana ciri-ciri dari berfikir kritis dan berpikir kreatif?
3.
Apa perbedaan berpkir kritis dan berpikir kratif?
4.
Apa manfaat berpikir kritis dan berpikir kreatif?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui pengertian berpikir kritis dan berpkir kratif
2.
Mengetahui cirri-ciri berpikir kritis dan berpkir kreatif
3.
Mengetahui perbedaan berpikir kritis dan berpikir kreatif
4.
Mengetahui manfaat berpikir kritis dan berpikir kreatif
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif
Dalam mendefiniskan soal berpikir ini terdapat
adanya beberapa macam pendapat, di antaranya ada yang menganggap berpikir
sebagai suatu proses asosiasi saja, ada pula yang memandang berpikir sebagai
proses penguatan hubungan antara stimulus dan respons, ada yang mengemukakan
bahwa berpikir itu merupakan suatu kegiatan psikis untuk mencari hubungan
antara dua objek atau lebih, bahkan ada pula yang mengatakan bahwa berpikir
merupakan kegiatan kognitif tingkat tinggi (higher level cohnitive),
sering pula dikemukakan bahwa berpikir itu merupakan aktivitas psikis yang
intensional.
Berpikir adalah serangkaian, gagasan, idea atau
konsepsi-konsepsi yang diarahkan kepada suatu pemecahan masalah. Jika
melihat arti berpikir seperti ini maka dapat dipahami bahwa pengertian ini
merujuk berdasarkan hasi berpikir dan tujuan berpikir. Jika diuraikan adalah
sebagai berikut:
Penulis mendefenisikan berpikir adalah suatu
proses pencarian gagasan, ide-ide, dan konsep yang diarahkan untuk pemecahan
masalah. Dikatakan sebagai proses karena sebelum berpikir kita tidak mempunyai
gagasan maupun ide, dan sewaktu berpikir itulah ide bisa datang sehingga
melahirkan berbagai pemikiran, diantaranya adalah pemikiran kreatif.
Berpikir juga dapat diartikan dengan bertanya
tentang sesuatu, karena disaat kita berpikir yang ada diotak kita adalah
berbagai pertanyaan analisa diantaranya adalah: apa, mengapa, kenapa,
bagaimana, dan dimana.
1.
Berpikir kritis
Berpikir kristis adalah
berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan
tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan.
Berpikir kritis menurut
Schafersman, S.D. (1991) adalah berpikir yang benar dalam rangka mengetahui
secara relevan dan reliable tentang dunia. Berpikir kritis, adalah berpikir
beralasan, mencerminkan, bertanggungjawab, kemampuan berpikir, yang difokuskan
pada pengambilan keputusan terhadap apa yang diyakini atau yang harus
dilakukan. Berpikir kritis adalah berpik mengajukan pertanyaan yang sesuai,
mengumpulkan informasi yang relevan, mengurutkan informasi secara efisien dan
kreatif, menalar secara logis, hingga sampat pada kesimpulan yang reliable dan
terpercaya.
Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah
memberdayakan keterampilan atau strategi kognitif dalam
menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran merupakan bentuk berpikir
yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan kesimpulan,
mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika menggunakan
semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang tepat.
Berpikir kritis juga merupakan kegiatan mengevaluasi-mempertimbangkan
kesimpulan yang akan diambil manakala menentukan beberapa faktor pendukung
untuk membuat keputusan. Berpikir kritis juga biasa disebut directed thinking,
sebab berpikir langsung kepada fokus yang akan dituju.
Pendapat senada dikemukakan Anggelo (1995:6),
berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang
tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mensintesis, mengenal
permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.
Dari dua pendapat tersebut, tampak adanya
persamaan dalam hal sistematika berpikir yang ternyata berproses. Berpikir
kritis harus melalui beberapa tahapan untuk sampai kepada sebuah kesimpulan
atau penilaian.
Penekanan kepada proses dan tahapan berpikir
dilontarkan pula oleh Scriven, berpikir kritis yaitu proses intelektual yang
aktif dan penuh dengan keterampilan dalam membuat pengertian atau konsep,
mengaplikasikan, menganalisis, membuat sistesis, dan mengevaluasi. Semua
kegiatan tersebut berdasarkan hasil observasi, pengalaman, pemikiran,
pertimbangan, dan komunikasi, yang akan membimbing dalam menentukan sikap dan
tindakan (Walker, 2001: 1).
Pernyataan tersebut ditegaskan kembali oleh
Angelo (1995: 6), bahwa berpikir kritis harus memenuhi karakteristik kegiatan
berpikir yang meliputi : analisis, sintesis, pengenalan masalah dan
pemecahannya, kesimpulan, dan penilaian.
Berpikir yang ditampilkan dalam berpikir kritis
sangat tertib dan sistematis. Ketertiban berpikir dalam berpikir kritis
diungkapkan MCC General Education Iniatives. Menurutnya, berpikir kritis ialah
sebuah proses yang menekankan kepada sikap penentuan keputusan yang sementara,
memberdayakan logika yang berdasarkan inkuiri dan pemecahan masalah yang
menjadi dasar dalam menilai sebuah perbuatan atau pengambilan keputusan.
Berpikir kritis merupakan salah satu proses
berpikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam pembentukan sistem
konseptual siswa. Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara
berpikir reflektif yang masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk
menentukan apa yang harus diyakini dan dilakukan.
2.
Berpikir kreatif
Berpikir kreatif adalah
berpikir secara konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang
kreatif/orisinil sesuai dengan keperluan. Penelitian Brookfield (1987)
menunjukkan bahwa orang yang kreatif biasanya (1) sering menolak teknik yang
standar dalam menyelesaikan masalah, (2) mempunyai ketertarikan yang luas dalam
masalah yang berkaitan maupun tidak berkaitan dengan dirinya, (3) mampu
memandang suatu masalah dari berbagai perspektif, (4) cenderung menatap dunia
secara relatif dan kontekstual, bukannya secara universal atau absolut, (5)
biasanya melakukan pendekatan trial and error dalam menyelesaikan permasalahan
yang memberikan alternatif, berorientasi ke depan dan bersikap optimis dalam
menghadapi perubahan demi suatu kemajuan. Marzano (1988) mengatakan bahwa untuk
menjadi kreatif seseorang harus: (1) bekerja di ujung kompetensi bukan
ditengahnya, (2) tinjau ulang ide, (3) melakukan sesuatu karena dorongan
internela dan bukan karena dorongan eksternal, (4) pola pikir divergen/
menyebar, (5) pola pikir lateral/imajinatif.
Berfikir Kreatif adalah menghubungkan ide atau
hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Dalam kenyataan teknik modern timbul
semboyan yang menarik (jargon) atau istilah khas yang menjadi bahasa golongan
tertentu. Begitu pula tak terkecuali Berfikir Kreatif yang memiliki empat kata
khas yaitu imajinatif. Tidak dapat diramalkan. Divergen dan lateral.
Definisi Berfikir Kreatif yang diberikan dalam
Bab ini adalah menghubungkan ide atau hal-hal sebelumnya tidak berhubungan.
Definisi ini memerlukan pejajaran fakta dalam pikiran kita. Apabila fakta itu
digabungkan maka terlihatlah hubungan menyeluruh yang baru dan dapatlah
ditemukan sesuatu. Sejarah ilmu pengetahuan memberikan banyak contoh penemuan
baru semacam itu. Fakta telah diketahui sejak berpuluh-puluh tahun yang lalu
dan menunggu seseorang untuk menunjukkan hubungan antara fakta tersebut.
Sebagai contoh :
Perjalanan bulan dan pasang surut permukaan air
laut telah diketahui sejak zaman purbakala.tetapi baru abad ke-17 astronom
Keppler menghubungkan dua fakta yang nampaknya tidak saling berhubungan dan
“menemukan” bahwa bulan mempengaruhi pasang surut air laut.
B.
Ciri-ciri Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif
1.
Ciri-ciri berpikir kritis
a.
menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh pertimbangan
b.
bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
c.
dapat menelaah dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis
d.
berani menyampaikan kebenaran
meskipun berat dirasakan
e.
bersikap cermat, jujur dan ikhas karena Allah, baik dalam mengerjakan pekerjaan yang bertalian dengan agama Allah
maupun dengan urusan duniawi
f.
kebencian terhadap suatu kaum, tidak mendorongnya untuk tidak berbuat jujur
atau tidak berlaku adil.
g.
adil dalam memberikan kesaksikan tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan merugikan diri sendiri, sahabat dan
kerabat
h.
keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman, kemakmuran, dan kebahagiaan. Keadilan
hanya akan mengakibatkan hal yang sebaliknya
Ennis (Arief Achmad, 2007) menyebutkan beberapa
kriteria yang dapat kita jadikan standar
dalam proses berpikir kritis, yaitu:
a.
Clarity (Kejelasan)
Kejelasan merujuk kepada pertanyaan:
"Dapatkah permasalahan yang rumit dirinci sampai tuntas?";
"Dapatkah dijelaskan permasalahan itu dengan cara yang lain?";
"Berikanlah ilustrasi dan contoh-contoh!". Kejelasan merupakan pondasi
standardisasi. Jika pernyataan tidak jelas, kita tidak dapat membedakan apakah
sesuatu itu akurat atau relevan. Apabila terdapat pernyataan yang demikian,
maka kita tidak akan dapat berbicara
apapun, sebab kita tidak memahami pernyataan tersebut.
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: "Apa yang harus dikerjakan pendidik dalam sistem pendidikan di Indonesia?" Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, "Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?".
Contoh, pertanyaan berikut tidak jelas: "Apa yang harus dikerjakan pendidik dalam sistem pendidikan di Indonesia?" Agar pertanyaan itu menjadi jelas, maka kita harus memahami betul apa yang dipikirkan dalam masalah itu. Agar menjadi jelas, pertanyaan itu harus diubah menjadi, "Apa yang harus dikerjakan oleh pendidik untuk memastikan bahwa siswanya benar-benar telah mempelajari berbagai keterampilan dan kemampuan untuk membantu berbagai hal agar mereka berhasil dalam pekerjaannya dan mampu membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari?".
b.
Accuracy (keakuratan, ketelitian, kesaksamaan).
Ketelitian atau kesaksamaan sebuah pernyataan
dapat ditelusuri melalui pertanyaan: "Apakah pernyataan itu kebenarannya
dapat dipertanggungjawabkan?"; "Bagaimana cara mengecek
kebenarannya?"; "Bagaimana menemukan kebenaran tersebut?"
Pernyataan dapat saja jelas, tetapi tidak akurat, seperti dalam penyataan
berikut, "Pada umumnya anjing berbobot lebih dari 300 pon".
c.
Precision (ketepatan)
Ketepatan mengacu kepada perincian data-data
pendukung yang sangat mendetail. Pertanyaan ini dapat dijadikan panduan untuk
mengecek ketepatan sebuah pernyataan. "Apakah pernyataan yang diungkapkan
sudah sangat terurai?"; "Apakah pernyataan itu telah cukup spesifik?".
Sebuah pernyataan dapat saja mempunyai kejelasan dan ketelitian, tetapi tidak
tepat, misalnya "Aming sangat berat" (kita tidak mengetahui berapa
berat Aming, apakah satu pon atau 500 pon!)
d.
Relevance (relevansi, keterkaitan)
Relevansi bermakna bahwa pernyataan atau
jawaban yang dikemukakan berhubungan dengan pertanyaan yang diajukan.
Penelusuran keterkaitan dapat diungkap dengan mengajukan pertanyaan berikut:
"Bagaimana menghubungkan pernyataan atau respon dengan pertanyaan?";
"Bagaimana hal yang diungkapkan itu menunjang permasalahan?".
Permasalahan dapat saja jelas, teliti, dan tepat, tetapi tidak relevan dengan
permasalahan. Contohnya: siswa sering berpikir, usaha apa yang harus dilakukan
dalam belajar untuk meningkatkan kemampuannya. Bagaimana pun usaha tidak dapat
mengukur kualitas belajar siswa dan kapan hal tersebut terjadi, usaha tidak
relevan dengan ketepatan mereka dalam meningkatkan kemampuannya.
e.
Depth (kedalaman)
Makna kedalaman diartikan sebagai jawaban yang
dirumuskan tertuju kepada pertanyaan dengan kompleks, Apakah permasalahan dalam
pertanyaan diuraikan sedemikian rupa? Apakah telah dihubungkan dengan
faktor-faktor yang signifikan terhadap pemecahan masalah? Sebuah pernyatan
dapat saja memenuhi persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi,
tetapi jawaban sangat dangkal (kebalikan dari dalam). Misalnya terdapat
ungkapan, "Katakan tidak". Ungkapan tersebut biasa digunakan para
remaja dalam rangka penolakan terhadap obat-obatan terlarang (narkoba).
Pernyataan tersebut cukup jelas, akurat, tepat, relevan, tetapi sangat dangkal,
sebab ungkapan tersebut dapat ditafsirkan dengan bermacam-macam.
f.
Breadth (keluasaan)
Keluasan sebuah pernyataan dapat ditelusuri
dengan pertanyaan berikut ini. Apakah pernyataan itu telah ditinjau dari
berbagai sudut pandang?; Apakah memerlukan tinjauan atau teori lain dalam
merespon pernyataan yang dirumuskan?; Menurut pandangan..; Seperti apakah
pernyataan tersebut menurut... Pernyataan yang diungkapkan dapat memenuhi
persyaratan kejelasan, ketelitian, ketepatan, relevansi, kedalaman, tetapi
tidak cukup luas. Seperti halnya kita mengajukan sebuah pendapat atau argumen
menurut pandangan seseorang tetapi hanya menyinggung salah satu saja dalam
pertanyaan yang diajukan.
g.
Logic (logika)
Logika bertemali dengan
hal-hal berikut: Apakah pengertian telah disusun dengan konsep yang benar?;
Apakah pernyataan yang diungkapkan mempunyai tindak lanjutnya? Bagaimana tindak
lanjutnya? Sebelum apa yang dikatakan dan sesudahnya, bagaimana kedua hal tersebut
benar adanya? Ketika kita berpikir, kita akan dibawa kepada bermacam-macam
pemikiran satu sama lain. Ketika kita berpikir dengan berbagai kombinasi, satu
sama lain saling menunjang dan mendukung perumusan pernyataan dengan benar,
maka kita berpikir logis. Ketika berpikir dengan berbagai kombinasi dan satu
sama lain tidak saling mendukung atau bertolak belakang, maka hal tersebut
tidak logis.
2.
Ciri-ciri berpikir kreatif
Berbagai penelitian yang dilakukan oleh para
ahli psikologi terhadap orang-orang yang berpikir kreatif telah menghasilkan
beberapa kriteria atau ciri-ciri orang yang kreatif.
Menurut Denny dan Davis (1982) dalam penelitian
terhadap para penulis dan arsitek yang kreatif melalui identifikasi oleh
anggota profesi mereka menghasilkan bahwa orang yang mempunyai kreatifitas yang
tinggi itu cenderung memiliki ciri-ciri : fleksibel, tidak konvensional,
eksentrik (aneh), bersemangat, bebas, berpusat pada diri sendiri, bekerja
keras, berdedikasi dan inteligen.
Woolfolk dan Nicolich (1984) menjelaskan bahwa
orang yang berpikir kreatif menunjukkan ciri-ciri adanya sikap kreativitas
dalam arti luas, termasuk tujuannya, nilainya, serta sejumlah sifat kepribadian
yang mendukung orang untuk berpikir bebas, fleksibel, dan imajinatif.
Menurut Mc. Kinnon (Yellon, 1977), orang-orang
yang kreatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
a.
Memandang dirinya berbeda dan lebih sering melukiskan dari mereka sebagai
berdaya cipta, tak tergantung, bersifat individualis.
b. Lebih
terbuka dalam pengalaman dan perasaan.
c.
Secara relatif tidak tertarik pada detail kecil, tetapi lebih tertarik pada
arti dan implikasi, memiliki fleksibel kognitif, ketrampilan verbal, berminat
untuk berkomunikasi dengan orang lain, bertindak tepat, mempunyai keingintahuan
intelektual yang besar.
d. Lebih
tertarik secara mendalam menyerap pengalaman daripada mempertimbangkan.
e.
Lebih bersifat intuitif.
Mulyono Gandadipura (1983) merangkum hasil
penelitian para ahli terhadap orang-orang yang ahli berbagai bidang, antara
lain : penulis, seniman, arsitek, ahli matematik, peneliti, menyimpulkan bahwa
orang-orang yang berpikir kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a. Bebas
dalam berpikir dan bertindak.
b. Tidak
menyukai kegiatan yang menuntut konformitas (kesesuaian).
c.
Tidak mudah dipengaruhi pendapat umum bila yakin bahwa pendapatnya benar.
d.
Kecenderungan kurang dokmatis dan lebih realistis.
e.
Mengakui dorongan-dorongan dirinya yang tidak berdasar akal (irrasional).
f.
Mengakui hal-hal yang rumit dan baru.
g.
Mengakui humor dan memiliki good sense of humor.
h.
Menekankan pentingnya nilai-nilai teoritik dan estetis.
Sedangkan S.C. Utami Munandar mengemukakan
ciri-ciri orang yang memiliki kemampuan berpikir kreatif yang tinggi yaitu :
a. Memiliki
dorongan ingin tahu yang besar.
b. Sering
mengajukan pertanyaan yang baik.
c.
Sering banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah.
d. Bebas
dalam menyatakan pendapat.
e.
Menonjol dalam salah satu bidang seni.
f.
Memiliki pendapat sendiri dan mampu mengutarakannya.
g.
Tidak mudah terpengaruh orang lain.
h. Daya
imajinasi kuat.
i.
Memiliki tingkat orisionalitas yang tinggi.
j.
Dapat bekerja sendiri.
k. Senang
mencoba hal-hal yang baru.
Guilford, ahli yang banyak berkecimpung dalam
penelitian penelitian tentang inteligensi menjelaskan kemampuan orang yang
kreatif melalui beberapa ciri :
a. Adanya
kelancaran, kesigapan, dan kemampuan menghasilkan banyak gagasan.
b. Adanya
fleksibilitas, yaitu kemampuan untuk menggunakan berbagai pendekatan dalam
mengatasi masalah.
c.
Adanya keaslian, yaitu kemampuan menghasilkan gagasan yang asli.
d. Adanya
pengembangan, yaitu kemampuan untuk melakukan hal-hal secara detail dan
terinci.
e.
Adanya perumusan kembali, yaitu kemampuan untuk merumuskan pengertian dengan
cara dan dari sudut pandang yang berbeda.
Dengan memperhatikan beberapa pendapat dan
hasil penelitian para ahli penelitian tersebut tentang ciri-ciri yang memiliki
kemampuan berpikir kreatif, nampak bahwa perbedaan itu timbul karena adanya
perbedaan subyek yang menjadi sasaran penelitiannya sehingga ciri-ciri yang
cukup menonjol sebagai ciri pokok berpikir kreatif yaitu :
a.
Ciri kelancaran (fluency)
b.
Ciri fleksibelitas (flekxibility)
c.
Ciri keaslian (organilaty)
Kelancaran adalah dapat menghasilkan banyak ide
atau konsep yang relevan dengan masalah yang dipecahkan dalam waktu yang singkat.
Fleksibilitas (keluwesan) menunjukkan bahwa individu dapat memunculkan hal-hal
baru yang unik atau tidak biasa. Jadi indivdu yang memiliki kemampuan berpikir
kreatif adalah individu yang dapat menghasilkan ide-ide baru yang berbeda dan
asli.
C.
Perbedaan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif
Klasifikasi Huitt’s (1992) tentang teknik
pemecahan masalah:
•
Berpikir kritis—linier dan
berseri (berurutan), lebih terstruktur, lebih rasional dan analitik, lebih
berorientasi kepada tujuan
•
Berpikir kreatif—holistik dan
paralel, lebih intuitif (bisikan kalbu) dan emosional, lebih kreatif, lebih
visual, dan lebih taktual/ kinestetik
Klasifikasi Springer & Deutsch’s (1993)
tentang dominasi lateralisasi otak:
•
Berpikir otak kiri--analitik, berseri, logis, objektif
•
Berpikir otak kanan--global, paralel, emosional, subjektif
Antara Berpikir Kreatif dan Berpikir Kritis
Berpikir kritis melibatkan pemikiran logis dan
penalaran termasuk keterampilan seperti perbandingan, klasifikasi, pengurutan,
penyebab / efek, pola, Jalinan, analogi, penalaran deduktif dan induktif,
peramalan, perencanaan, hipotesa, dan mengkritisi.
Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu
yang baru atau asli, melibatkan keterampilan fleksibilitas, orisinalitas,
kefasihan, elaborasi, brainstorming, modifikasi, citra, pemikiran asosiatif,
daftar atribut, berpikir metaforis, serta hubungan yang kuat. Tujuan dari
berpikir kreatif adalah untuk merangsang keingintahuan dan mempromosikan
perbedaan.
Berpikir kritis dapat dianggap lebih berpikir
menggunakan otak kiri sedangkan kreatif lebih banyak menggunakan otak kanan,
kedua hal ini terlibat dalam proses “berpikir.” Ketika kita berbicara tentang
HOTS “higher-order thinking skills” yaitu “Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi ” kita berkonsentrasi pada tiga tingkat atas Taksonomi Bloom:
analisis, sintesis, dan evaluasi.
Tabel 1: Perbandingan Berpikir Kritis dan
Berpikir Kreatif.
No
|
Berpikir Kritis
|
Berpikir Kreatif
|
1
|
Analitis
|
Mencipta
|
2
|
Mengumpulkan
|
Meluaskan
|
3
|
Hirarkis
|
Bercabang
|
4
|
Peluang
|
Kemungkinan
|
5
|
Memutuskan
|
Menggunakan keputusan
|
6
|
Memusat
|
Menyebar
|
7
|
Obyektif
|
Subyektif
|
8
|
Menjawab
|
Sebuah jawaban
|
9
|
Otak kiri
|
Otak kanan
|
10
|
Kata-kata
|
Gambaran
|
11
|
Sejajar
|
Hubungan
|
12
|
Masuk Akal
|
Kekayaan, kebaruan
|
13
|
Ya, akan tetapi….
|
Ya, dan ………
|
D.
Manfaat Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif
1.
Manfaat berpikir kritis
Arief Achmad, 2009, menyatakan kemampuan
berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk kehidupan,
pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya.
Keuntungan yang didapatkan sewaktu kita tajam
dalam berpikir kritis, kita bisa menilai bobot kemampuan seseorang dari
perkataan yang ia keluarkan, kita juga dengan tidak gampangnya menyerap setiap
informasi tanpa memikirkan terlebih dahulu hal yang sedang disampaikan.
Bayangkan! Jika kita semua terbentuk dengan kebiasaan ini, bisa dipastikan akan
muncul kreatifitas yang baru dan kita bisa terus menerus mengalami pertumbuhan
yang lebih baik di setiap aspek dari bidang yang sedang kita tekuni.
Dengan berpikir kritis maka
seseorang:
a.
Terhindar dari berbagai upaya penipuan,
manipulasi, pembodohan, dan penyesatan.
b.
Selalu fokus pada suatu hal yang sebenarnya.
c.
Hidup dalam dunia nyata daripada dunia fantasi.
d.
Terhindar dari berbagai kesalahan, seperti
membuang waktu, uang, dan melibatkan emosi dalam kepercayaan atau ajaran atau
dogma atau ideologi yang salah dan menyesatkan.
e.
Selalu terlibat dalam perziarahan kemanusiaan
yang menarik dan menantang dalam upaya memahami diri sendiri dan dunia di mana
kita berada.
f.
Selalu mampu memberikan sumbangsih kemanusiaan
yang nyata dan bermanfaat demi menemukan dan mengedepankan kebenaran yang didasarkan
pada ilmu pengetahuan dan akal sehat.
g.
Mampu menyaring semua informasi yang diperoleh
dari semua sumber.
h.
Mampu memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
dalam hal menjelaskan dan berargumentasi mengenai banyak topik/fenomena serta
mampu meyakinkan orang lain yang didasarkan pada akal sehat, kejujuran, dan
kebijaksanaan.
2.
Manfaat berpikir kreatif
Berpikir kreatif erat kaitannya dengan
memunculkan alternatif-alternatif. Dengan berpikir kreatif kita tidak hanya
terpaku dengan satu alternative saja. Dengan berpikir kreatif kita dapat
membuka kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi di masa depan, sehingga kita
juga memiliki alternatif-alternatif cara menghadapi dimasa depannya.
Berpikir kreatif juga memudahkan kita untuk
melihat, dan bahkan menciptakan peluang yang
menunjang keberhasilan kita. Seringkali alasan seseorang tidak bertindak adalah
karena tidak ada peluang. Padahal sesungguhnya peluang selalu ada didepan kita.
Tinggal apakah kita jeli melihatnya atau tidak. Bahkan kalaupun peluang itu
memang tidak ada, kita dapat menciptakan peluang asal kita mau berpikir
kreatif.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1.
Berpikir adalah serangkaian, gagasan, idea atau konsepsi-konsepsi yang
diarahkan kepada suatu pemecahan masalah
2.
Berpikir kristis adalah berpikir secara
beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang
harus dipercayai atau dilakukan.
3.
Berpikir kreatif adalah berpikir secara
konsisten dan terus menerus menghasilkan sesuatu yang kreatif/orisinil sesuai
dengan keperluan
4.
Ciri-ciri berpikir kritis
·
menanggapi atau
memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh
pertimbangan
·
bersedia
memperbaiki kesalahan atau kekeliruan
·
dapat menelaah
dan menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara sistematis
5.
Berpikir kritis melibatkan pemikiran logis dan penalaran termasuk keterampilan
seperti perbandingan, klasifikasi, pengurutan, penyebab / efek, pola, Jalinan,
analogi, penalaran deduktif dan induktif, peramalan, perencanaan, hipotesa, dan
mengkritisi
6.
Berpikir kreatif melibatkan menciptakan sesuatu yang baru atau asli, melibatkan
keterampilan fleksibilitas, orisinalitas, kefasihan, elaborasi, brainstorming,
modifikasi, citra, pemikiran asosiatif, daftar atribut, berpikir metaforis,
serta hubungan yang kuat. Tujuan dari berpikir kreatif adalah untuk merangsang
keingintahuan dan mempromosikan perbedaan.
7.
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang sangat esensial untuk
kehidupan, pekerjaan, dan berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan
lainnya.
8.
Dengan berpikir kreatif kita dapat membuka kemungkinan-kemungkinan yang akan
terjadi di masa depan, sehingga kita juga memiliki alternatif-alternatif cara
menghadapi dimasa depannya.
B.
Saran
Di dalam menyelesaikan masalah
apapun itu, mengambil keputusan atau ingin mencari ide baru, maka hal
yang harus dilakukan pertama kali adalah berpikir. Dan berpikir itulah yang
akan membuat masalah anda terselesaikan, akan tetapi tidak terbatas pada
pikiran sendiri, kita bisa meminta pendapat orang lain untuk mengembangkannya.
Kemampuan berpikir kritis dan kreatif sangat
diperlukan mengingat bahwa dewasa ini ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang
sangat pesat dan memungkinkan siapa saja bisa memperolah informasi secara cepat
dan mudah dengan melimpah dari berbagai sumber dan tempat manapun di dunia.
DAFTAR PUSTAKA
Sambas, Syukriadi, Mantik Kaidah
Berpikir Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2000.
Santrock, John
W. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2007.
Ralingson J.G, 1997, Berfikir Kreatif dan Brain
Storming, Jakarta : Erlangga
Izzati, N. (2009),Berpikir
Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis: Apa, Mengapa, dan Bagaimana
Mengembangkannya Pada Peserta Didik. Prosiding Seminar Nasional Matematika dan
Pendidikan Matematika, Bandung 19 Desember 2009, hal. 49-60
Tidak ada komentar:
Posting Komentar