MAKALAH
EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN
EKONOMI MONETER DAN PERBANKAN
“INFLASI DAN
DEFLASI”
Oleh Kelompok 1 (Pertama)
Ampe Daryanti (nim:10800113162) Fitra Rahayu (nim:10800113165)
Asriana S. (nim:10800113163) Marwah Razak (nim:10800113193)
Haerani (nim:10800113164) Hendry Ardy (nim:10800113202)
Misrad (nim:10800113184) Irmawati
(nim:10800113166)
Muhammad Nur Ikhsan (nim:10800113161)
JURUSAN
AKUNTANSI 7&8
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN PERIODIK 2013
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
TAHUN PERIODIK 2013
Puji dan Syukur
penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat
dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam
tak lupa penulis hanturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan
Beliau sehingga kita dapat menikmati pencerahan iman dan islam dalam mengarungi
samudera kehidupan ini. Dalam makalah ini penulis mengangkat dan membahas
masalah mengenai “Inflasi dan Deflasi” dalam rangka memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Moneter dan Perbankan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu, Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Gowa Samata, 16 Desember 2014
Penyusun
Kelompok 1 (pertama)
DAFTAR ISI
Halaman Sampul
Kata Pengantar
…………………………………………………………………………………….i
Daftar Isi …………………………………………………………………………………………….ii
BAB I : PENDAHULUAN
………………………………………………………………………….1
A. Latar Belakang ………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………....2
C. Tujuan ………………………………………………………………………………….2
BAB II : TINJAUAN TEORI…………………………………………………………………….….3
BAB III : PEMBAHASAN ………………………………………………………………………….5
A. Pengertian Inflasi dan Deflasi…………………………………………….………….5
B. Jenis jenis Inflasi ……………………………………….…………………………….5
C. Sebab terjadinya Inflasi dan Deflasi ………………………………….…………….8
D. Kebijakan dalam Mengatasi Inflasi …………………………………..…………….10
BAB IV : PENUTUP ……………………………………………………………………………….12
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………...12
B. Saran ………………………………………………………………………………….12
Daftar Pustaka
……………………………………………………………………………………..iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, masalah-masalah yang terjadi
saat ini sangatlah kompleks. Sebuah Negara tidak akan pernah bisa lepas dari
berbagai macam masalah yang pastinya berhubungan dengan warga negaranya. Terlebih
pada negara-negara yang memiliki jumlah penduduk yang tinggi seperti Indonesia.
Masalah perekonomian sudah tidak lazim di Indonesia salah satu contohnya adalah
masalah ekonomi yaitu inflasi. Masalah tersebut mewujudkan beberapa efek buruk
yang bersifat ekonomi, politik dan sosial dan itu sangat membutuhkan solusi
yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut agar tidak menghambat langkah
Negara Indonesia untuk menjadi Negara yang lebih maju.
Dalam ilmu
ekonomi, inflasi adalah suatu proses
meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan
dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain,
konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu
konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya
ketidaklancaran distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga
merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa,
bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap
tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat
tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung
secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilahinflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.
Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering
digunakan adalah CPI dan GDP
Deflator.
Dengan kata lain juga inflasi adalah suatu proses di mana
menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi merupakan proses dari suatu
perisitiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat suatu harga. Artinya, apabila
tingkat harga tinggi itu belum pasti menunjukkan inflasi. Jika terjadi proses
kenaikan harga yang berlangsung secara terus menerus dan saling mempengaruhi
berarti terjadi inflasi. Pada saat terjadi inflasi daya beli uang menurun.
Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Deflasi
berarti penurunan harga barang dan jasa secara umum. Hal ini dapat
menyebabkan kelesuan dalam dunia ekonomi.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan tulisan ini permasalahan yang hendak akan
dibahas dalam tulisan ini dirumuskan sebagai berikut:
a.
Apa pengertian
Inflasi dan Deflasi ?
b.
Apa saja Jenis-jenis
Inflasi ?
c. Bagaimanakah Penyebab terjadinya Inflasi dan
Deflas i?
d.
Apa saja Kebijakan
yang dilakukan dalam mengatasi Inflasi ?
C.
Tujuan
Berdasarkan atas rumusan masalah tersebut diatas, dapat diketahui
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengetahui
pengertian Inflasi dan Deflasi.
b.
Untuk mengetahui
Jenis-jenis Inflasi.
c.
Untuk mengetahui
Penyebab terjadinya Inflasi dan Deflasi.
d.
Untuk mengetahui
Kebijakan yang dilakukan dalam mengatasi Inflasi.
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pengertian Inflasi Menurut Para Ahli
Salah satu indikator ekonomi yang digunakan untuk melihat/mengukur
stabilitas perekonomian suatu negara adalah inflasi. Perubahan dalam indikator
ini akan berdampak terhadap dinamika pertumbuhan ekonomi. Dalam perspektif
ekonomi, inflasi merupakan fenomena moneter dalam suatu negara dimana naik
turunnya inflasi cenderung mengakibatkan terjadinya gejolak ekonomi. Silvia et
al (2013).
Inflasi dapat didefinisikan sebagai proses kenaikan harga-harga
yang berlaku dalam suatu perekonomian. Kenaikan satu atau dua barang saja tidak
dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan
kenaikan) kepada barang lain. Tingkat inflasi (presentase pertambahan kenaikan
harga) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari
satu negara ke negara lain kenaikan harga diakibatkan oleh banyak faktor.
(Utomo;2013)
Veneris dan Sebol dalam Muana Nanga (2001:241) mendefinisikan
inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya tingkat harga umum secara
terus-menerus sepanjang waktu. Berdasarkan definisi tersebut, kenaikkan tingkat
harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu saja, tidaklah dapat
dikatakan sebagai inflasi. Dari definisi tersebut ada tiga hal penting yang
ditekankan dari inflasi, yaitu:
1. adanya
kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja tingkat harga
yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan dengan
sebelumnya, tetapi tetap menunjukan tendensi yang meningkat.
2. bahwa
kenaikkan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus-menerus
(sustained),yang berarti bukan hanya terjadi pada satu waktu saja, akan tetapi
bisa beberapa waktu lamanya.
3. bahwa
tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum, yang berarti
tingkat harga yang mengalami kenaikkan itu bukan hanya pada satu atau beberapa
komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum
dan terus menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang di
sebabkan beberapa faktor antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas dipasar yang bahkan memicu konsumsi bahkan spekulasi,
sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang (Nopirin,
2000:25)
BAB III
PEMBAHASAN
Pengertian inflasi dan Deflasi
Inflasi merupakan
Kecenderungan naiknya harga barang-barang secara umum dan terjadi secara terus
menerus. Kenaikan harga satu atau beberapa barang tidak dapat dikatakan bahwa
terjadi inflasi. Selain itu, apabila kenaikan harga barang terjadi secara
temporer, seperti menjelang hari raya misalnya, maka hal itu tidak dapat
dikatakan sebagai inflasi. Dengan naiknya harga barang-barang di satu sisi, hal
itu mengandung arti terjadinya penurunan nilai uang di sisi lain.
Deflasi merupakan suatu gejala ekonomi yang
menunjukkan penurunan harga penjualan pasar akibat kemerosotan ekonomi. Menurut
definisi IMF, deflasi adalah suatu fenomena ekonomi yang terjadi akibat
berlangsungnya resesi panjang akibat penurunan harga penjualan pasar
kurang-lebih 2 tahun. Deflasi dapat dikatakan suatu gejala ekonomi yang
berbahaya, seperti halnya inflasi, karena terus meningkatkan situasi labil
terhadap faktor subjek ekonomi secara psikologi. Dan bagaikan resesi panjang
deflasi dapat pula menjatuhkan nilai aset sekaligus menghantam berbagai sektor
perekonomian. Pada deflasi, jumlah uang yang beredar dalam masyarakat terlalu
sedikit, sedangkan barang dan jasa tersedia secara melimpah sehingga kenaikan
secara tajam nilai mata uang dan peningkatan peranan uang tidak dapat
dihindarkan. Dalam keadaan deflasi, para penjual akan merasa tidak aman untuk
menahan persediaan barangnya terlalu lama, karena khawatir tingkat harga akan
terus menurun. Sebaliknya, pihak pembeli akan bersikap menunggu dengan harapan harga
akan lebih turun lagi.
B.Jenis-Jenis Inflasi
Inflasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis dalam
pengelompokan tertentu, antara lain:
1.
Berdasarkan Asalnya, Inflasi digolongkan menjadi dua yaitu :
a.
Inflasi yang berasal dari dalam Negeri ( Domestic Inflation ). yaitu
inflasi yang sepenuhnya disebabkan oleh kesalahan pengelolaan perekonomian baik
di sektor riil ataupun di sektor moneter di dalam negeri oleh para pelaku
ekonomi dan masyarakat.
b.
Inflasi yang berasal dari luar negeri ( Imported Inflation ), yaitu inflasi
yang disebabkan oleh adanya kenaikan harga-harga komoditi di luar negeri (di
negara asing yang memiliki hubungan perdagangan dengan negara yang
bersangkutan). Inflasi ini hanya dapat terjadi pada negara yang menganut sistem
perekonomian terbuka (open economy system). Dan, inflasi ini dapat
‘menular’ baik melalui harga barang-barang impor maupun harga barang-barang
ekspor.
Terlepas dari pengelompokan-pengelompokan tersebut, pada kenyataannya
inflasi yang terjadi di suatu negara sangat jarang (jika tidak boleh dikatakan
tidak ada) yang disebabkan oleh satu macam / jenis inflasi, tetapi acapkali
karena kombinasi dari beberapa jenis inflasi. Hal ini dikarenakan tidak ada
faktor-faktor ekonomi maupun pelaku-pelaku ekonomi yang benar-benar memiliki
hubungan yang independen dalam suatu sistem perekonomian negara. Contoh :
imported inflation seringkali diikuti oleh cost push inflation, domestic
inflation diikuti dengan demand pull inflation, dan sebagainya.
2.
Berdasarkan keparahannya, Inflasi apabila digolongkan berdasarkan
tingkat keparahannya dibedakan menjadi 4, yaitu :
a.
Inflasi Ringan atau inflasi merangkak (creeping inflation), yaitu inflasi
yang lajunya kurang dari 10% per tahun, inflasi seperti ini wajar terjadi pada
negara berkembang yang selalu berada dalam proses pembangunan.
b.
Inflasi Sedang, Inflasi ini memiliki ciri yaitu lajunya berkisar antara 10%
sampai 30% per tahun.Tingkat sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan
ekonomi.Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat garak
kenaikan harga.Pendapatan riil masyarakat terutama masyarakat yang
berpenghasilan tetap seperti buruh ,mulai turun dan kenaikan upah selalu lebih
kecil bila dibandingkan dengan kenaikan harga.
c.
Inflasi Berat, yaitu inflasi yang lajunya antara 30% sampai 100%.Kenaikan
harga sudah sulit dikendalikan.Hal ini diperburuk lagi oleh pelaku-palaku
ekonomi yang memanfaatkan keadaan untuk melakukan spekulasi.
d.
Inflasi Liar (hyperinflation ), yaitu inflasi yang lajunya sudah melebihi
dari 100% per tahun. Inflasi ini terjadi bila setiap saat harga-harga terus
berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama
disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali
(Hyperinflastion).
3.
Berdasarkan Penyebabnya
Penggolongan inflasi selanjutnya dapat dibedakan menurut penyebabnya yaitu
itu tarikan permintaan dan tarikan desakan ( tekanan ) biaya / produksi /
distribusi. Secara singkat sebab yang pertama ( tarikan permintaan ) lebih
cenderung dipengaruhi dari peran Negara dalam kebijakan moneter ( Bank Sentral
), sedangkan sebab yang kedua lebih cenderung dipengaruhi dari peran Negara
dalam kebijakan eksekutor yang dalam hal ini dipegang oleh Pemerintah misalnya
Fiskal, kebijakan pembangunan infrastruktur, regulasi, dan lainnya.
a. Tarikan permintaan
Hal ini terjadi akibat adanya permintaan total
yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar
sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat
harga. Bertambahnya volume alat tukar atau likuiditas yang terkait dengan
permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan
terhadap faktor-faktor
produksi tersebut. Meningkatnya permintaan terhadap
faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam
permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasi full
employment dimanana biasanya lebih disebabkan oleh rangsangan volume
likuiditas dipasar yang berlebihan. Membanjirnya likuiditas di pasar juga
disebabkan oleh banyak faktor selain yang utama tentunya kemampuan bank sentral
dalam mengatur peredaran jumlah uang, kebijakan suku bunga bank sentral, sampai
dengan aksi spekulasi yang terjadi di sektor industri keuangan.
secara singkat tarikan permintaan ini terjadi
akibat adanya kenaikan pemintaan Agregat yang terlalu besar atau pesat
dibandingkan dengan penawaran atau produksi Agregat.
b.
Desakan biaya
Hal terjadi akibat adanya kelangkaan produksi dan/atau juga termasuk adanya
kelangkaan distribusi, meskipun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang
meningkat secara signifikan. Adanya ketidak-lancaran aliran distribusi ini atau
berkurangnya produksi yang tersedia dari rata-rata permintaan normal dapat
memicu kenaikan harga sesuai dengan berlakunya hukum permintaan-penawaran, atau
juga karena terbentuknya posisi nilai keekonomian yang baru terhadap produk
tersebut akibat pola atau skala distribusi yang baru. Berkurangnya produksi
sendiri bisa terjadi akibat berbagai hal seperti adanya masalah teknis di
sumber produksi (pabrik, perkebunan, dll), bencana alam, cuaca, atau kelangkaan
bahan baku untuk menghasilkan produksi tsb, aksi spekulasi (penimbunan), dll,
sehingga memicu kelangkaan produksi yang terkait tersebut di pasaran. Begitu
juga hal yang sama dapat terjadi pada distribusi, dimana dalam hal ini faktor
infrastruktur memainkan peranan yang sangat penting.
4.
Berdasarkan cakupan pengaruh terhadap harga
Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap
harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua
barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed
Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara
umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open
Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga
setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat
menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi
yang tidak terkendali (Hiperinflasi).
C.Sebab
Terjadinya inflasi dan Deflasi
1. Sebab
Terjadinya Inflasi
Demand Inflation, yaitu inflasi yang timbul karena desakan
permintaan masyarakat akan barang dan jasa begitu kuat. Inflasi ini muncul
karena naiknya tingkat pendapatan masyarakat, sehingga masyarakat cenderung
membeli barang dan jasa lebih banyak dari yang biasa mereka gunakan. Misalnya
seseorang yang biasa mengkonsumsi susu satu gelas sehari, karena pendapatnya
meningkat, maka konsumsi susunya juga meningkat menjadi 3 gelas sehari. Dengan
meningkatnya konsumsi atau pembelian, akan mendorong naiknya harga
barang-barang.
Cost-push Inflation, yaitu inflasi yang disebabkan karena naiknya
biaya produksi. Misalnya terjadi kenaikan bahan bakar atau tuntutan buruh akan
kenaikan upah, dimana kedua hal itu merupakan bagian dari biaya produksi, maka
perusahaan pun akan menaikkan harga jual barang dan jasanya.
2. Inflasi
berdasarkan sumber terjadinya
Domestic inflation, yaitu inflasi yang berasal atau bersumber dari
dalam negeri; Misalnya pemerintah mengalami defisit anggaran belanja kemudian
pemerintah mencetak uang baru, sehingga jumlah uang beredar bertambah. Keadaan
ini akan mendorong tingkat konsumsi masyarakat, bila penawaran barang tetap,
maka hal ini akan mendorong kenaikan harga barang-barang.
Imported inflation, yaitu inflasi yang berasal dari luar negeri. Sebagai
contoh adalah negara kita, dimana negara kita masih banyak mengimpor bahan baku
dan barang modal lainnya. Apabila harga barang-barang yang diimpor itu naik,
maka biaya produksi juga meningkat, yang akhirnya akan menaikkan harga jual
barang dan jasa.
Sebab Sebab timbulnya inflasi
penyebab terjadinya inflasi, yaitu antara lain :
a.
Naiknya permintaan masyarakat terhadap barang
dan jasa. Ketika pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri sipil(PNS), biasanya
diikuti dengan kenaikan permintaan barang dan jasa. Bila kenaikan besarnya
permintaan ini tidak diimbangi dengan penambahan volume barang dan jasa di
pasar, maka hal ini akan berakibat pada naiknya harga barang dan jasa. Kenaikan
gaji PNS ini pada dasarnya mengidikasikan adanya kenaikan jumlah uang yang
beredar. Jenis inflasi ini disebut demand-pull inflation
b. Kenaikan biaya
produksi, Pada waktu pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), maka
harga barang-barang di pasar juga akan meningkat. Mengapa? Ka rena kenaikan
harga BBM berdampak pada kenaikan biaya produksi, akibatnya perusahaan juga
menaikkan harga jual barang dan jasanya. Disini terjadi cost-push inflation.
c. Defisit anggaran
belanja (APBN). Defisit APBN yang ditutup dengan percetakan uang baru oleh Bank
Indonesia, akan berakibat pada bertambahnya jumlah uang beredar, Dimana hal ini
akan berdampak pada kenaikan harga barang dan jasa.
d. Menurunnya nilai tukar rupiah. Menurunnya nilai tukar terhadap
valuta asing, seperti US dollar, Yen, Deutche Mark, akan berdampak pada semakin
mahalnya barang-barang produksi impor. Hal ini berakibat pada kenaikan biaya
produksi.
3. Sebab Terjadinya Deflasi
Ada beberapa
hal yang dapat menjadi penyebab deflasi :
a. Menurunnya Persediaan Uang di Masyarakat. Menurunnya jumlah
persediaan uang di masyarakat ini cenderung disebabkan karena sebagian besar
masyarakat menyimpan uangnya di bank.
b.Meningkatnya Persediaan Barang. apabila permintaan barang
meningkat.Produsen cenderung terus meningkatkan produksinya pada saat kondisi
seperti itu.
c. Menurunnya Permintaan Akan Barang. Apabila permintaan akan suatu
barang menurun sedangkan produksi tetap dilakukan maka cenderung hal tersebut
akan menurunkan tingkat harga barang yang bersangkutan.
D. Kebijakan
Mengatasi Inflasi
Secara umum terdapat dua kebijakan yang dilakukan untuk menekan
laju inflasi diantaranya kebijakan moneter, kebijakan fiscal dan kebijakan non
moneter.
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah tindakan atau
kebijakan yang diambil oleh penguasa moneter biasanya bank sentral untuk
mempengaruhi jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi perubahan jumlah
uang yang beredar yang pada akhirnya akan mempengaruhi kegiatan ekonomi
masyarakat. Ada beberapa macam kebijakan moneter yaitu :
a.Politik Diskonto. Politik
diskonto (discount policy) adalah politik bank sentral untuk mempengaruhi
peredaran uang dengan jalan menaikan dan menurunkan tingkat bunga.Dengan
menaikan tingkat bunga diharapkan jumlah uang yang beredar di masyarakat akan
berkurang, karena orang akan lebih banyak menyimpan uangnya di Bank dari pada
menjalankan investasi.Sebaliknya,Bank sentral akan menurunkan suku bunga jika
timbul deflasi (yang akan dibahas lebih dalam pada halaman berikutnya).Dengan
diturunkannya suku bunga diharapkan masyarakat akan menarik uangnya dari bank
karena bunga tidak memadai. Tindakan Bank Sentral selaku otoritas moneter untuk
mengubah tingkat bunga: a. Diskonto naik (tingkat bunga) maka dapat mengubah
kecenderungan masyarakat untuk menahan sejumlah uang yang beredar untuk di
simpan di Bank. b. Diskonto naik, maka
ongkos pinjaman naik. Bila bunga pinjaman semakin besar, maka ada kecenderungan
tertahannya kegiatan yang pembiayaannya berasal dari pinjaman kredit.
b.Kebijakan Persediaan
Kas (cash ratio policy). Bank sentral pada umumnya menentukan cash ratio yaitu
angka perbandingan minimum antara uang tunai yang dimiliki oleh bank umum
dengan jumlah uang giral (cek.giro dan sebagainya) yang dikeluarkan oleh bank
yang bersangkutan.
c. Politik pasar
terbuka (Tight Money Policy),Untuk uang yang beredar, Bank sentral melakukan
tindakan untuk menjual surat berharga antara lainyang disebut Sertifikat Bank
Indonesia., Bila Bank sentral membeli surat-surat berharga dari lembaga
keuangan bank, adalah untuk menaikkan cadangan (reservoir) di bank-bank umum,
atau menaikkan likuiditas
2. Kebijakan Fiskal
a.Pengaturan
Pengeluaran Pemerintah. Pengaturan pengeluaran sangat perlu di lakukan. Dalam
hal ini diharapkan penggunaan anggaran negara agar sesuai dengan
perencaan.Kalau pembelajaan Negara melampui batas yang telah ditentukan akan
mendorong terjadinya pertambahan uang yang beredar begitu juga sebaliknya.
b.Menaikan Tarif Pajak.
Saat terjadi inflasi uang beredar lebih banyak.Jumlah uang beredar tersebut
dapat dikurangi dengan jalan menaikan tariff pajak.Jika tariff pajak dinaikkan
uang yang dibelanjakan oleh masyarakat berkurang.Namun harus diperhatikan agar
tidak terjadi ketimpangan atau ketidakadilan perlu diperhatikan golongan
masyarakat mana yang dinaikkan pajaknya.
c.Mengadakan Pinjaman
Pemerintah. Pemerintah dapat mngadakan pinjaman pemerintah bauik dengan jalan
paksaan ataupun tidak,untuk mengurangi uang yang beredar di masyarakat.Cara
yang paling ampuh dilakukan untuk menyukseskan kebijakan ini yaitu dengan jalan
membekukan simpanan yang dimiliki oleh masyarakat yang ada di bank.Dapat juga
ditempuh dengan jalan memotong gaji pegawai negeri untuk di tabung.
3. Kebijakan Non-Moneter
a.
Menaikan Hasil Produksi. Kenaikan hasil
produksi dapat memperkecil laju inflasi.Kenaikan hasil produksi dapat dilakukan
dengan cara kebijakan penurunan bea masuk.Hal ini akan berakibat impor barang
meningkat.Pertambahan jumlah barang di dalam negericenderung menurunkan harga.
b.
Kebijakan Upah. Kebijakan upah adalah tindakan
menstabilkan upah dan gaji dengan cara gaji tidak sering dinaikan.Kenaikan gaji
dan upah akan menimbulkan kenaikan daya beli.Hal ini pada akhirnya menaikan
permintaan terhadap barang-barang secara keseluruhan.Apabila hal ini
terjadi,maka akan menimbulkan inflasi.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari analisa dan
pembahasan pada bab-bab sebelumnya dapat disimpulkan, sebagai berikut; inflasi adalah
suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (kontinu)
berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di
pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat
adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Apabila harga suatu
barang mengalami penurunan, maka daya beli masyarakat dan permintaan
masyarakat akan barang tersebut menjadi naik. Sebaliknya jika harga suatu
barang mengalami kenaikan, maka daya beli masyarakat akan mengalami penurunan.
Sebagaimana yang tercantum dalam hukum permintaan. Berbanding terbalik dengan
penawaran, jika harga suatu barang sedang mengalami penurunan, maka penawaran
barang tersebut akan menurun pula, tetapi jika harga barang tersebut sedang
mengalami kenaikan, maka penawaran akan barang tersebut juga akan meningkat.
Sesuai dengan hukum penawaran.
Terjadinya inflasi tergantung pada sejumlah faktor yang
mempengaruhi naik turunnya tingkat harga, juga tergantung pada kebutuhan
masyarakat akan barang tersebut.
2. SARAN
Pemerintah Indonesia harus segera mengambil suatu tindakan yang
bijak, lebih memperhatikan masyarakat dan harus melindungi masyarakat dari
inflasi. Karena inflasi dapat menurunkan daya beli masyarakat dan juga sangat
menyengsarakan masyarakat miskin. Dengan terus menaiknya inflasi kesejahteraan
masyarakat Indonesia pun kian berkurang.
Namun tidak hanya pemerintah yang berusaha untuk mengatasi masalah
inflasi ini tapi masyarakat juga harus mendukung pemerintah dengan ikut serta
dalam penghematan pemakaian bahan bakar minyak dengan melakukan efisiensi energi
pada sektor transportasi.
DAFTAR PUSTAKA
Waluya Harry Drs, Ekonomi Moneter Uang dan Perbankan,Penerbit Rineka
Cipta
Nopirin,Phd.Ekonomi Moneter, UGM Yogyakarta, Ed1,1985
Biulio, Eugene A. Money and Banking, Schaum’s Outlineries, 1990
No Name. Himpunan Peraturan Menteri Keuangan, tentang
kebijaksanaan, “November 1978’’, Departemen Keuangan, 1978
http://thytia.wordpress.com/2011/04/05/masalah-inflasi-indonesia-terhadap-kenaikan-harga-bbm/
id.wikipedia.org/wiki/Inflasi