Selasa, 27 Mei 2014

7 Alasan mencela diri

7 Alasan mencela diri

Tujuh kali aku pernah mencela jiwaku
Pertama kali ketika aku melihatnya lemah,
padahal seharusnya ia bisa kuat
Kedua kali ketika akum elihatnya berjalan berjongkat-jongkat
di hadapan orang yang lumpuh
Ketiga kali aku berhadapan dengan pilihan yang sulit dan mudah,
 ia memilih yang mudah
Keempat kalinya, ketika ia melakukan kesalahan dan mencoba menghibur diri
dengan mengatakan bahwa semua orang pernah melakukan kesalahan
Kelima kali ia menghndar Karena takut
 lalu mengatakannya sebagai sabar
Keenam kali, ketika ia mengejek kepada seraut wajah buruk,
padahal ia tahu bahwa wajah itu adalah salah satu topeng yang sering ia pakai
Dan ketuju ketika ia menyanyikan lagu pujian
dan menganggap itu sebagai suatu yang bermanfaat

(Karya : Kahlil Gibran)

Minggu, 25 Mei 2014

Makalah Tafsir Muamalah, Konsep Kepemilikan Harta, Qs. Al Imran:189


Makalah Tafsir Muamalah
Konsep Kepemilikan Harga
‘QS. Al-Imran : 189’



DISUSUN OLEH
Nama : Ampe Daryanti
Nim : 10800113162
Akuntasi 7

Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Tahun Akademik 2013/2014


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur dipanjatkan kekhadirat Allah Rabbul Alamiin atas segala rahmat, hidayah, inayah, dan pertolongan-Nya sehingga apa yang direncanakan dapat diwujudkan, seperti menyediakan naskah yang dapat di terbitkan dalam bentuk makalah guna memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu, salam dan shalawat dihaturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad saw yang telah menjadi uswatun hasanah dalam menjelaskan dan menyampaikan ajaran ilahi agar manusia mengenal dan mempercayai Tuhan yang Esa, menuju kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, penuh dangan pedoman dan lindungan illahi Rabbi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini merupakan upaya maksimal dari penulis. Walaupun demikian penulis sadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat di dalamnya. Selama penulisan makalah ini tidak sedikit bantuan bimbingan yang penulis peroleh dari berbagai pihak terutama teman kelompok dan senior. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua kami yang selalu setia memberi motivasi dan dukungan kepada kami untuk dapat berusaha menjadi seorang mahasiswa yang berprestasi. Oleh karena itu, dengan tidak mengurangi penghargaan penulis kepada mereka yang karena keterbatasan waktu dan ruang tidak sempat di aebutkan namanya satu persatu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setulus-tulusnya kepada semua pihak yang telah memberi bantuan kepada penulis.
Kepada pembaca yang budiman, dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktifnya sekiranya dalam makalah ini terdapat kekeliruan dan kesalahan sehingga makalah ini dapat bermanfat adanya.
                                                                                                           

Samata, Gowa. April  2014

                                                                                                                                                                                  Penulis
A.    Surah Al-Imran(3):189

وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Terjemahan Ayat :
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu (Qs. Al-Imran : 189).

B.     Arti dan Kosa Kata Ayat
   وَلِلَّهِ
         dan milik Allah
        مُلْكُ
         kerajaan
        ٱلسَّمَٰوَٰتِ
         langit
       وَٱلْأَرْضِ
        dan bumi
       وَٱللَّهُ
        dan Allah
       عَلَىٰ
        atas
       كُلِّ
        segala
       شَىْءٍ
        sesuatu
       قَدِيرٌ
        Maha Kuasa

C.    Munasabah
Berikut ini merupakan Surah Al Imran(3):188-189
لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ (Qs.Al Imran:188)عَذَابٌ أَلِيمٌ
وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
(Qs.Al Imran:189)
            Terjemahan ayat:
‘‘janganlah sesekali engkau menyangka bahwa orang–orang yg bergembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya di puji terhadap perbuatan yang belum mereka krejakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih. Kepunyaan Allah kerajaan langit dan bumi, dan Allah maha kuasa atas segala sesuatu’’
Ayat ini masih merupakan lanjutan uraian tentang Ahl al-kitab dari ayat-ayat sebelumnya. Kali ini yang di jelaskan adalah kebejatan moral mereka setelah menjelaskan penghianatan mereka dalam bidang hukum dan informasi agama. Ayat ini menjelaskan bahwa ada sekelompok dari ahl kitab yang tidak sekedar melakukan kebejatan moral secara malu-malu dan sembunyi-sembunyi, tetapi mereka bergembira dan angkuh dan membanggakannya serta menanti pujian atas keburukan yang mereka lakukan. Walaupun kelompok  yang di uraikan sifat-sifatnya di atas boleh jadi sekelompok  ahl kitab yg lalu sebagaimana di isyaratkan oleh penyebutan sifat mereka yakni orang-orang yg bergembira dan seterusnya bukan menunjuk dengan kata ganti ‘mereka’ namun kaitan ayat ini selain yg di sebut di atas tetap masih sangat erat, bahkan ayat ini dapat juga menjadi gambaran tentang sifat batin yang lahir akibat pelanggaran yang  di uraikan oleh ayat lalu. Sogok sebagai imbalan pemutarbalikan kebenaran  seringkali menggembirakan penerimanya, Untuk itu ayat ini mengancam mereka dengan menyatakan. Janganlah sekali-kali engkau menyangka, wahai Muhammad dan siapapun yang  dapat melihat atau dan mengetahui, bahwa orang-orang baik para ulama dan cendikiawan atau siapapun, yang bergembira dengan apa, yakni kedurhakaan yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya di puji  sebagai orng-orang bermoral terhadap perbuatan yang belum dan tidak mereka kerjakan, janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, bahkan bagi mereka siksa yang pedih. Allah mampu melaksanakan ancamaNya ini karena kepunyaan Allah kerajaan  langit dan bumi ,. Dia yang menciptakan, memiliki, dan mengaturnya, serta mengetahui seluruh rincian yang terjadi  pada keduanya dan Allah juga maha kuasa atas segala sesuatu, termasuk menjatuhkan ancamanNya ini.
Imam Bukhari meriwayatknan bahwa Maryam Ibn al-Hakam mengutus seseorang bertanya kepada sahabat nabi , Ibn Abbas; “Kalau semua orang bergembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka supaya di puji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan maka tentulah semua kita akan di siksa” ibn Abbas menjawab “ bukan demikian itu maksudnya. Tetapi suatu ketika nabi menanyakan sesuatu kepada orang yahudi, mereka menjawabnya tetapi jawaban yang sebenarnya mereka sembunyikan.. Mereka menunggu jawaban terimakasih dan pujian atas  jawaban mereka itu sambil bergembira karena merasa telah menipu nabi saw.”
Imam Bukhari juga meriwayatkan bahwa ada  sementara orang munafik yang enggan ikut berjihad. Mereka mengemukakan berbagai dalih , sehingga akhirnya Nabi mengizinkan mereka untuk tidak ikut. Mereka bergembira dengan izin itu, tetapi dalam saat yang sama mereka senang dan ingin di puji sebagai orang-orang yang tulus  ingin berjihad.


D.     Asbabun-Nuzulul
Berkata Sayid dalam tafsirnya:” Dahulukala raja-raja dan sultan-sultan serta penguasa-penguasa Negara sengaja mendekati dan menghubungi ulama serta ahli-ahli sufi, untuk menarik mereka supaya jadi penyokong kekuasaan mereka. Sedang ulama-ulama yang di dekati ulama itu selalu menjaga martabat dirinya. Setengah dari ulama-ulama itu member azimat tangkal bahaya dan setengah lagi member nasehat supaya raja bertaqwa kepada Tuhan, selalu awas dan waspada menjaga perintah Tuhan. Lantaran nasehat itu timbul dari hati yang ikhlas, tidak mengharap apa-apa raja itu segan kepada mereka.
Tetapi kemudian keadaan telah terbalik. Kekuasaan taqwa, yaitu jiwa besar dan tidak gentar menghadapi siapapun, karena merasa lebih dekat kepada Tuhan yang semestinya ada pada ulama para ulama semakin lama beratambah lam abertambah lemah berhadapan dengan kekuasaan harta benda dan pangkat. Akhirnya orang-orang ulama itulah yang berebut-rebutan pergi ke pintu gerbang istana. Lantaran itu maka yang munafik di dekatkan duduknya dengan baginda dan yang jujur serta taqwa di sakiti. Dan yang lain mencapai menurut jarak dekat atau jauhnya dari salah satu kekuasaan itu, kukuasaan taqwa atau kekuasaan benda.’’ Ddemikian Sayid Rasyid Ridha.   
Kemudian datanglah ayat selanjutnya, membawa insan kepada kelapangan yang lebih luas, terutama peringatan kepada orang-orang keturunan Kitab. Ataupun kepada “keturunan Kitab kalangan Muslim sendiri” yang sepatutnya mengerti Al-Quran dan Hadis: “Bagi Allahlah Kerajaan langit dan bumi. Allah Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.”(ayat 189).
Di pandang sepintas lalu seakan-akan tidak ada hubungan ayat-ayat ini dengan ayat-ayat yang sebelumnya, padahal ini adalah kuncinya. Apabila orang muslim telah ingat akan kebesaran Allah, Yang Maha Kuasa mutlak atas seluruh kerajaan langit dan bumi, tidaklah lagi mereka akan menjual kebenaran Allah dengan harga yang sedikit, tidaklah lagi mereka membeli kekufuran dengan menjual iman sebagai harganya, Tidaklah bagi mereka akan berkejar-kejar mencari pujian duniawi yang palsu, lalu mengkhianati tugas yang di pikul di atas pundaknya sebagai penjaga agama Allah. Dan ayat inipun sebagai peringatan halus kepada setiap pejuang keadilan dan kebenaran di atas dunia fana ini, bahwa yang menjadi tujuan hidupnya, ialah menegakkan ridha Allah. Adapun segala kemegahan dunia fana yang dikejar-kejar, karena ingin piji-pujian, baik atas perkara yang benar-benar di kerjakan atau yang sama sekali tidak pernah di kerjakan.
Setelah Allah menunjuk orang-orang Munafik dan Yahudi yang suka sekali di puji dalam hal yang tidak pernah mereka kerjakan, maka di ambil pula hal yang demikian jadi I’tibar bagi ummat Muhammad s.a.w sendiri, Pada penutupnya Allah memberi peringatan kepada segala insan yang terpedaya dengan tipuan hidup di dunia. Orang berkejar mendekatinya, namun kerajaan yang sejati ialah kerajaan Allah yang meliputi segenap langit dan bumi.

E.   Tafsir
Oleh, Ibnu Katsir
189. (Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi) maksudnya perbendaharaan hujan, rezeki, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain (dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) di antaranya menyiksa orang-orang kafir dan membebaskan orang-orang beriman.
F.    Hikmah-hikmahnya
Adapun hikmah yang dapat kita petik dari ayat tersebut adalah sebagai berikut
1.Pada Hakikatnya, pujian itu  hanya untuk Allah SWT. Mengapa demikian? Karena Allahlah yang memiliki segalanya. Apa yang ada di langit, di bumi dan juga apa yang ada di antara keduanya. Termasuk diri kita. Pada hakikatnya, kita tak memiliki diri kita sendiri. Apabila Allah menginginkan kita lenyap di dunia ini, maka keinginan itu tak akan ada yang menghalangi. Maka sepantasnya, hanya kepadaNya lah kita serahkan segala perkara kita.
2.Kita harus memiliki tahuid rububiyyah. Yaitu mengakui bahwa hanya Allahlah yang menciptakan langit dan bumi. Hanya Allah lah yang bisa mengurusi semua perkara di dalamnya. Dia tak pernah lelah ataupun bosan mengurusi semua makhlukNya.
3.Janganlah kita takut kepada selain Allah. sifat seorang mukmin adalah selalu optimis terhadap segala harapannya. Dengan tetap menyandarkannya hanya kepada Allah setelah berdoa dan berusaha semaksimal mungkin.



KESIMPULAN
Surah Al-Imran pada ayat ke 189 berbunyi seperti berikut ini;
وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Yang artinya ialah Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Maha Perkasa atas segala sesuatu (Qs. Al-Imran : 189).”

Kemudian di tafsirkan oleh Ibnu Katsir bahwa maksud dari ayat tersebut adalah (Milik Allahlah kerajaan langit dan bumi) maksudnya perbendaharaan hujan, rezeki, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain (dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu) di antaranya menyiksa orang-orang kafir dan membebaskan orang-orang beriman. Ayat ini turun di karenakan banyaknya para ulama-ulama yang mulai beralih kepada harta dan kekuasaan dengan mengatasnamakan agamanya, dan juga para kaum yang munafik dan selalu menginginkan pujian atas hal yang dilakukan dan tidak di lakukannya sama sekali, adapun ayat ini berhubungan dengan ayat ke 188 dalam surah Al-Imran yang kedua-duanya sama-sama membahas tentan para ahli kitab atau ulama-ulama, munafik dan selalu menginginkan pujian. Hikmah-hikmah yang bisa kita petik di dalam Surah Al-Imran ayat 189 adalah pada hakekatnya pujian itu hanya untuk Allah SWT.
Kaum mukminin, tidak perlu merasa sedih dan cemas atas penyelewengan mereka, tetapi hendaklah tetap menjelaskan yang hak dan jangan sekali-kali menyembunyikannya sedikitpun. Allah akan memenuhi apa yang menjadi keinginan kaum muslimin dan melenyapkan hal-hal yang mungkar yang telah dilarang itu. Kerajaan langit dan bumi dikuasai Allah, diberikan kepada orang yang dikehendaki Nya. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, tidaklah sulit bagi Nya memberikan pertolongan dan memenangkan kaum muslimin atas orang-orang Ahli Kitab dan para musyrikin yang menyakiti mereka dengan perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan.

Makalah Tafsir Muamalah, Surah al-Jum'ah:(62):10

MAKALAH TAFSIR MUAMALAH
Kerjasama Dalam Investasi (Mudharabah)
Qs. AL-Jumu’ah (62) Ayat 10




 


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Akuntansi
Tahun Ajaran 2013/2014

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga saya dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam dihaturkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan beliau kita dapat menikmati pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Surah Al-jum’uah(62) : 10” dalam rangka memenuhi tugas Tafsir Muamalah.
Makalah ini telah dibuat berdasarkan hasil penelusursan dan pencarian dari buku dan juga media internet.
saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.


Gowa Samata, 02  Mei  2014


Penyusun

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................     i
Daftar Isi ............................................................................................................    ii    
A.    Surah Al-jum’ah (62) : 10.....................................................................    1
B.      Kosakata ..............................................................................................    1
C.     Asbabun Nuzul       ...............................................................................    2
D.    Munasabah ...........................................................................................    2
E.     Tafsir .....................................................................................................    3
F.      Kandungan Hukum .............................................................................    7
G.    Kesimpulan............................................................................................    7


A.     Surah Al-jum’ah (62) : 10

Artinya :
10. Apabila Telah ditunaikan shalat, Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung”.
Terjemahan dalam bahasa inggris :
10. And when the prayer is finishe, then may you disperse through the land, and seek of the bounty of Allah, and celebrate the praises of Allah often, that you may prosper.
B. Kosakata
لِلصَّلاةِ : shalat                           فَانْتَشِرُوا : Maka bertebaranlah kamu
فِي الأرْضِ : Di muka bumi         وَابْتَغُوا  : Dan carilah
مِنْ فَضْلِ اللَّهِ Karunia Allah         وَاذْكُرُوا اللَّهَ Dan ingatlah Allah
كَثِيرًا Banyak-banyak                لَعَلَّكُمْ Supaya kamu
تُفْلِحُونَ Beruntung
C.      Asbabun Nuzul
Diriwayatkan dalam sebuah hadits ,Ketika Rasul sedang berkhutbah jumat, tiba-tiba datanglah para pedagang dengan membawa dagangannya. Dan para sahabat yang sedang mendengarkan khutbah itu berdiri mengerumuni para pedagang yang baru datang tersebut. Melihat kejadian itu turunlah Q.S al-jumuah ayat 9-10.

D. Munasabah
     Pada ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa setelah selesai melakukan shalat Jumat boleh bertebaran di muka bumi melaksanakan urusan duniawi, berusaha mencari rezeki yang halal, sesudah menunaikan yang bermanfaat untuk akhirat.
 Pada ayat ini, Allah SWT menerangkan bahwa setelah. Hendaklah mengingat Allah sebanyak-banyaknya di dalam mengerjakan usahanya dengan menghindarkan diri dari kecurangan, penyelewengan dan lain-lainnya, karena Allah Maha Mengetahui segala sesuatu, yang tersembunyi apalagi yang nampak nyata, sebagaimana firman Allah SWT: Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata. Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S At Taghabun: 18)
Dengan demikian tercapailah kebahagiaan dan keberuntungan di dunia dan di akhirat. Dianjurkan kepada siapa yang telah selesai salal Jumat, berdoa dengan doa ini.
اللهم إني أجبت دعوتك وصليت فريضتك وانتشرت كما أمرتني فارزقني من فضلك وأنت خير الرازقين
Artinya:
"Ya Allah! Sesungguhnya saya telah mengerjakan panggilan-Mu, dan saya telah melaksanakan salat Jumat yang Engkau wajibkan, dan saya telah bertebaran (di muka bumi) sebagaimana Engkau perintahkan kepadaku maka berilah saya rezeki dari karunia-Mu dan Engkaulah sebaik-baik pemberi rezeki".

E.Tafsir
Dalam ayat ini (surah Al-Jumu’ah(62) ayat:10), Allah menegaskan bahwa ketika shalat Jum’at telah ditunaikan, maka manusia diperintahkan untuk segera kembali melakukan aktivitasnya masing-masing dalam rangka mencari karunia Allah baik berupa rezeki harta maupun ilmu pengetahuan. Jadi, pelajar dan guru kembali ke kelasnya, para pegawai kembali ke kantornya, para pekerja kembali ke pabriknya, para petani kembali ke sawahnya, dan begitu pula yang lainnya. Hal ini merupakan perintah Allah agar manusia memiliki etos kerja yang tinggi, disiplin yang kuat dan mampu menghargai waktu. Kemudian setelah manusia mendapatkan karunia Allah maka janganlah lupa “wadzkurulloha katsiro” harus kembali mengingat Allah, karena semua karunia yang telah didapat itu semata-mata karena kemurahan Allah dan harus dikembalikan kepada Allah dengan cara syukur kepadanya agar kita senantiasa beruntung. Kedua ayat di atas juga menunjukkan bahwa manusia harus pandai mempergunakan waktu dan mengaturnya sedemikian rupa, sehingga tidak ada waktu yang terbuang percuma. Dengan demikian etos kerja yang tinggi akan terwujud dalam diri seseorang.
Jika Surah al-Jumu’ah [62] ayat 9–10 dikaitkan dengan tema etos kerja, penjelasannya sebagai berikut.
Hendaknya bersegeralah memenuhi panggilan Allah dengan menunaikan ibadah salat jum’at bagi laki-laki walaupun sedang melakukan aktifitas perniagaan yang sangat menarik keuntungan bisnisnya, kecuali berhalangan seperti sakit atau dalam perjalanan jauh. Hal ini menunjukkan bahwa urusan akhirat lebih penting dari pada urusan dunia. Karena akhirat lebih kekal sedangkan dunia sementara.
Namun demikian setelah menunaikan ibadah salat jum’at tidak boleh mengabaikan urusan dunia, bersegeralah, bergegas untuk mencari nafkah demi kepentingan hidup diri dan keluarganya dan tidak boleh malas, karena karunia Allah yang terbentang dijagat raya ini diperuntukkan bagi manusia yang harus diusahakan. Ayat ini mengajarkan kita untuk bekerja keras dalam meraih kebahagiaan dunia. Dan Ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang tidak hanya memikirkan akhirat saja tapi dunia juga penting. Dunia juga sangat menunjang kehidupan akhirat, karena dengan kelebihan rizki kita bisa bersadaqah dan itu adalah investasi akhirat. Tentang kerja keras dan keseimbangan dunia dan akhirat sesuai sabda Rasulullah SAW. : “Bekerjalah untuk (kebutuhan) duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seolah-olah kamu akan mati esok pagi” (H.R. Ibnu Azakir)
 Pada kesempatan lain Rasulullah sering memotivasi umatnya untuk senantiasa meningkatkan etos kerja sebagaiamana dalam beberapa sabdanya di bawah ini: ” Yang sangat menakutkan atas umatku adalah banyak makan, lama tidur serta malas. Pengangguran hanya akan menjadikan seorang manusia menjuadi keras hati.”(HR. Al-Syihab)
“Sesungghnya Allah mencintai hamba yang berkarya. Dan barang siapa yang bekerja keras untuk keluarganya maka ia seperti pejuang di jalan Allah azza wajalla.”(HR. Ahmad)
“Tidaklah seseorang makan makanan yang lebih baik daripada hasil keterampilan tangannya sendiri.”(HR. Bukhari)
Untuk tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat kita diperintahkan untuk banyak berzikir dan berdo’a agar sukses dalam meraih cita-cita, ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.
Selain itu Para fukaha (ahli fikih) menjadikan ayat dalam Surah al-Jumuah ini sebagai dalil tentang hukum melaksanakan salat Jumat. Salat Jumat hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim sehingga ketika seseorang sedang berjual beli, dianjurkan untuk meninggalkan sejenak dan segera menunaikan salat Jumat. Jika Surah al-Jumu’ah [62] ayat 9–10 dikaitkan dengan tema etos kerja, penjelasannya sebagai berikut,
a. Perlunya Keseimbangan antara Urusan Dunia dan Akhirat
Pada saat kita menyelesaikan pekerjaan jenis apa pun yang menyangkut urusan duniawi, tetap diharuskan meninggalkannya jika mendengar panggilan azan. Perintah ini menunjukkan pentingnya menyeimbangkan urusan duniawi dan ukhrawi. Kita dibolehkan mengejar kehidupan duniawi, tetapi tidak boleh terlena sehingga lupa pada kehidupan akhirat. Hal ini karena kerja kita telah diniatkan untuk mencari rida Allah sehingga jika ada panggilan untuk ibadah kepada-Nya, tidak boleh enggan mengerjakan. Jika salat telah dikerjakan, kita pun diperbolehkan untuk kembali melanjutkan aktivitas.

Ada juga pesan yang sangat populer dari Abdullah bin Umar r.a. yang Artinya: ”Bekerjalah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok.” (H.R. Baihaqi) Bekerja dengan sungguh-sungguh dan profesional dalam ajaran Islam sangat diutamakan. Demikian juga khusyuk dalam ibadah sangat penting agar dapat membekas pada amaliah sehari-hari, termasuk dalam bekerja.

b. Bekerja Harus Selalu Ingat Allah
Dalam bekerja kita, harus mengingat Allah sehingga tidak akan terperosok untuk melakukan perbuatan yang tidak diridai oleh-Nya. Kita dibolehkan mencari karunia Allah sebanyak mungkin, asal dilakukan dengan cara yang benar. Dengan demikian, Allah pun akan meluaskan rezeki kepada kita dan memberikan keberuntungan yang berlipat ganda.

c. Meningkatkan Produktivitas Kerja
Setelah mengerjakan salat Jumat, kita diperbolehkan untuk melanjutkan aktivitas kerja lainnya. Melakukan ibadah tidak berarti menghambat produktivitas kerja. Guna mendukung produktivitas kerja, ada hal-hal tertentu yang penting untuk diperhatikan.
1.    Bersikap rajin, ulet, dan tidak mudah putus asa.
2.    Meningkatkan inovasi dan kreativitas.
3.    Mau belajar dari pengalaman sehingga dapat berbuat lebih baik pada masa datang.
4.    Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu optimis.
5.    Berdoa dan bertawakal kepada Allah.
d. Tidak Boleh Menyerah dalam Bekerja
Dalam kondisi bagaimana pun kita tidak boleh menyerah dan berputus asa. Jika kita berusaha, Allah pasti akan mencukupkan kebutuhan hidup kita. Rasulullah saw. lebih bangga kepada umatnya yang bekerja keras daripada yang bermalasmalasan. Orang yang bekerja keras juga menunjukkan sikap syukur terhadap nikmat Allah Swt.

Dari Zubair bin ‘Awwam r.a., Rasulullah saw. bersabda yang artinya: Hendaklah salah seorang di antara kamu mengambil talinya kemudian ia membawa seikat kayu bakar di punggungnya dan menjualnya, maka Allah dengan hasil itu mencukupkan kebutuhan hidupnya, itu lebih baik baginya daripada ia memintaminta kepada orang, baik mereka memberi atau tidak memberinya. (H.R. Bukhari).

F. Kandungan hukum
Adapun Kndungan hokum dari surah Al-jum’ah ayat 10, yaitu :
1.      beramal untuk kepentingan akhirat.
2.      Berusaha untuk mencari rizki di bumi setelah menjalankan shalat.
3.      Senantiasa berdjikir atau mengat allah.
4.      Hidup manusia harus seimbang antara duniawi dan akhirat.

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada ayat ini yaitu, kita sebagai manusia, ketika perkara masalah ibadah kita telah selesai maka diwajibkan untuk mencari rezeki sebanyak mungkin, dengan cara yang halal, dan senang tiasa memiliki rasa disiplin, menghargai waktu dam etos kerja yang tinggi, dan setelah kita mendapatkan rezeki janganlah lupa untuk kembali bersyukur dan mengingat Allah karena sungguh rezeki yang diperoleh itu semua datangnya dari Allah SWT.