Milan didirikan sebagai Klub Kriket dan Sepakbola Milan pada 16 Desember
1899 oleh ekspatriat Inggris, Alfred Edwards dan Herbert Kilpin,
yang datang dari kota Inggris Nottingham.
Untuk menghormati asal-usul bahasa Inggris, klub telah mempertahankan ejaan
bahasa Inggris dari nama kota, yang bertentangan dengan ejaan Italia Milano
yang terpaksa menanggung bawah rezim fasis. Milan memenangkan kejuaraan Italia
pertama pada 1901 dan dua lagi secara beruntun pada tahun 1906 dan 1907. Pada
tahun 1908, Milan mengalami perpecahan yang disebabkan oleh perselisihan
internal atas penandatanganan pemain asing, yang menyebabkan pembentukan tim
lain Milan berbasis, F.C.
Internazionale Milano.[13]
Setelah pemisahan, Milan menyentuh kejuaraan di 1910-11 dan 1911-12 (kedua
kejuaraan dimenangkan oleh Pro
Vercelli), sedangkan pada tahun 1916,
Rossoneri menempatkan di papan pengumuman Piala federal. Pada musim berikutnya
tim memenangkan kejuaraan daerah dua kali tetapi gagal untuk mendapatkan
kesuksesan dalam tahap nasional.
1. .2 Naik ke tim top Eropa
Pada
dekade 50-an, Milan ditakuti di bidang sepak bola dunia karena mempunyai trio GreNoLi,
yang terdiri atas Gunnar Gren, Gunnar Nordahl
dan Nils Liedholm. Ketiganya merupakan pemain asal Swedia. Gren dan Nordahl beroperasi di sektor depan sebagai striker,
sementara Liedholm mendukung serangan sebagai penyerang bayangan (playmaker).
Tim pada masa ini juga dihuni oleh sekelompok pemain-pemain berkualitas pada
masanya, seperti Lorenzo
Buffon, Cesare Maldini,
dan Carlo
Annovazzi. Kemenangan tersukses AC Milan atas
Juventus tercipta 5 Februari 1950, dengan skor 7-1, dan Gunnar Nordahl
mencetak hat-trick.
Milan
kembali memenangi musim 1961-62. Pelatihnya saat itu adalah Nereo Rocco,
pelatih sepak bola yang inovatif, yang dikenal sebagai penemu taktik catenaccio
(pertahanan gerendel/berlapis). Di dalam tim termasuk Gianni Rivera
dan José Altafini yang keduanya masih muda. Musim berikutnya, dengan gol
Altafini, Milan memenangkan Piala Eropa pertama mereka (kemudian dikenal
sebagai Liga Champions UEFA) dengan mengalahkan Benfica 2-1. Ini
juga merupakan pertama kalinya sebuah tim Italia memenangkan Piala Eropa.
Nereo Rocco memenangkan Piala Eropa pada tahun 1968-69 dan memenangkan Piala Interkontinental pada tahun 1969
Meskipun
begitu, selama tahun 1960-an piala kemenangan Milan mulai menyusut , terutama
karena perlawanan berat dari Inter yang
dilatih Helenio Herrera. Scudetto berikutnya tiba hanya di 1967-68, berkat gol Pierino
Prati, topskor Serie A di musim itu, Piala Winners berhasil direbut ketika mengalahkan Hamburger SV,
dan juga berkat dua gol dari Kurt
Hamrin. Musim selanjutnya AC Milan
memenangkan Piala Eropa kedua (4–1 untuk AFC Ajax), dan
pada 1969
memenangkan Piala Interkontinental pertama, setelah mengalahkan Estudiantes de La Plata dari Argentina dalam dua leg dramatis (3–0, 1–2).
1.3 Penaklukan La Stella d'Oro
Pada
tahun 1970, Milan
merebut tiga gelar Coppa Italia dan gelar Piala Winners
kedua; namun, tujuan utama Milan adalah scudetto kesepuluh, yang berarti
mendapatkan "bintang" untuk tim (di Italia,setiap tim yang meraih 10
gelar liga mendapat bintang yang disemat di bajunya). Di 1972 mereka meraih semifinal Piala UEFA,
kalah dari pemenang sesungguhnya, Tottenham Hotspur.
Musim 1972-73 mereka hampir memenangkan scudetto kesepulh, namun gagal
karena hasil kalah menyakitkan dari Hellas Verona di pertandingan terakhir musim. AC Milan menunggu sampai
musim 1978-79 untuk meraih scudetto kesepuluh mereka, yang dipimpin oleh
Gianni Rivera, yang pensiun dari dunia sepak bola
setelah membawa timnya meraih kemenangan tersebut.
1.4 Tahun-tahun sulit
Namun,
hasil terburuk datang kepada "Rossoneri": setelah memenangkan
musim 1879-80, Milan didegradasi ke Serie B oleh F.I.G.C, bersama S.S. Lazio,
karena terlibat skandal
perjudian Totonero 1980. Di
1980-81, Milan dengan mudah menjuarai Serie B, dan kembali ke Serie A, di mana
penyakit tersebut terulang di musim 1981-82, Milan terdegradasi kembali.
1.5 Rekonstruksi klub dan penaklukan Eropa
Setelah
serentetan masalah menerpa Milan, dan membuat klub kehilangan suksesnya, AC
Milan dibeli oleh enterpreneur Italia, Silvio Berlusconi.
Berlusconi adalah sinar harapan Milan kala itu. Dia datang pada 1986. Berlusconi memboyong pelatih baru untuk Milan, Arrigo Sacchi,
serta tiga orang pemain Belanda, Marco van Basten,
Frank Rijkaard, dan Ruud Gullit,
untuk mengembalikan tim pada kejayaan. Ia juga membeli pemain lainnya, seperti Roberto Donadoni,
Carlo Ancelotti, dan Giovanni
Galli.
Sacchi
memenangkan Serie A musim 1987-88. di 1988-89, Milan memenangkan gelar Liga Champions
ketiganya, mempecundangi Steaua Bucureşti 4-0 di final, dan gelar Piala Interkontinental kedua mengalahkan National
de Medellin (1-0, gol tercipta di babak
perpanjangan waktu). Tim mulai mengulangi kejayaan mereka di musim-musim
berikutnya, mengalahkan S.L. Benfica,
dan Olimpia Asunción di 1990.
1.6 Tak terkalahkan di era Capello
Saat
Sacchi meninggalkan Milan untuk melatih Italia, Fabio Capello dijadikan pelatih Milan selanjutnya, dan Milan meraih masa
keemasannya sebagai Gli Invicibli (The Invicibles) dan Dream Team.
Dengan 58 pertandingan tanpa satu pun kekalahan Invicibli membuat tim
impian di semua sektor seperti Baresi, Costacurta, dan Maldini memimpin
pertahanan terbaik, Marcel Desailly,
Donadoni, dan Ancelotti di gelandang, dan Dejan Savićević, Zvonimir Boban,
dan Daniele
Massaro bermain di sektor depan. Pada saat
dilatih Capello ini, Milan pernah singgah ke Indonesia dalam rangka tur musiman
dan melawan klub lokal Persib Bandung.
Pertandingan yang dimulai di Stadion
Utama Gelora Bung Karno pada
tanggal 4 Juni 1994 itu dimenangkan Milan dengan skor telak 8-0. Gol kemenangan
Milan dicetak oleh Dejan Savićević ('17)('18), Gianluigi
Lentini ('26), Paolo
Baldieri ('27)('48)('58), Christian
Antigori ('68), dan Stefano
Desideri ('78).
1.7 Awal dari sebuah era baru
Setelah
kepergian Fabio Capello pada tahun 1996, Milan merekrut Oscar Washington Tabarez
tetapi perjuangan keras di bawah kendalinya kurang berhasil dan mereka selalu
kalah dalam beberapa pertandingan awal. Dalam upaya untuk mendapatkan kembali
kejayaan masa lalu, mereka memanggil kembali Arrigo Sacchi untuk menggantikan
Tabarez. Milan mendapatkan tamparan keras kekalahan terburuk mereka di Serie A,
dipermalukan oleh Juventus di rumah mereka sendiri San Siro dengan skor 1-4. Milan
membeli sejumlah pemain baru seperti Ibrahim
Ba, Christophe
Dugarry dan Edgar Davids.
Milan berjuang keras dan mengakhiri musim 1996-97 di peringkat kesebelas di
Serie A.
Sacchi
digantikan dengan Capello di musim berikutnya. Capello yang menandatangani
kontrak baru dengan Milan merekrut banyak pemain potensial seperti Christian Ziege,
Patrick Kluivert, Jesper
Blomqvist, dan Leonardo; tetapi hasilnya sama buruk dengan musim sebelumnya. Musim
1997-98 mereka berakhir di peringkat kesepuluh. Hasil ini tetap tidak bisa
diterima para petinggi Milan, dan seperti Sacchi, Capello dipecat.
1.8 Era Zaccheroni, Cesare Maldini hingga Terim
Dalam
pencarian mereka untuk seorang manajer baru, Alberto Zaccheroni menarik perhatian Milan. Zaccheroni adalah manajer Udinese yang
telah mengakhiri musim 1997-98 pada peringkat yang tinggi di tempat ke-3. Milan
mengontrak Zaccheroni bersama dengan dua orang pemain dari Udinese, Oliver Bierhoff
dan Thomas
Helveg. Milan juga menandatangani Roberto Ayala,
Luigi
Sala dan Andres Guglielminpietro
dan dengan formasi kesukaan Zaccheroni 3-4-3, Zaccheroni membawa klub
memenangkan scudetto ke-16 kembali ke Milan. Starting XI adalah:
Christian Abbiati; Luigi Sala, Alessandro Costacurta, Paolo Maldini; Thomas
Helveg, Demetrio Albertini, Massimo Ambrosini, Andres Guglielminpietro;
Zvonimir Boban, George Weah, Oliver Bierhoff.
Meskipun
sukses di musim sebelumnya, Zaccheroni gagal untuk mentransformasikan Milan
seperti The Dream Team dulu. Pada musim berikutnya, meskipun munculnya striker Ukraina Andriy Shevchenko,
Milan mengecewakan fans mereka baik dalam Liga Champions UEFA 1999-2000 ataupun Serie A. Milan keluar dari Liga Champions
lebih awal, hanya memenangkan satu dari enam pertandingan (tiga seri dan dua
kalah) dan mengakhiri musim 1999-2000 di tempat ke-3. Milan tidaklah menjadi
sebuah tantangan bagi dua pesaing Scudetto kala itu, S.S. Lazio
dan Juventus.
Pada
musim berikutnya, Milan memenuhi syarat untuk Liga Champions UEFA 2000-01 setelah mengalahkan Dinamo Zagreb
agregat 9-1. Milan memulai Liga Champions dengan semangat tinggi, mengalahkan Beşiktaş dari
Turki dan raksasa Spanyol Barcelona,
yang pada waktu itu terdiri dari superstar internasional kelas dunia, Rivaldo dan
Patrick Kluivert. Tapi performa Milan mulai menurun secara serius, seri melawan
sejumlah tim (yang dipandang sebagai kecil/lemah secara teknis untuk Milan),
terutama kalah 2-1 oleh Juventus di Serie A dan 1-0 untuk Leeds United.
Dalam Liga Champions putaran kedua, Milan hanya menang sekali dan seri empat
kali. Mereka gagal untuk mengalahkan Deportivo de La Coruña dari Spanyol di pertandingan terakhir dan Zaccheroni
dipecat. Cesare Maldini, ayah dari kapten tim Paolo, diangkat
dan hal segera menjadi lebih baik. Debut kepelatihan resmi Maldini di Milan
dimulai dengan menang 6-0 atas A.S. Bari,
yang masih memiliki senjata muda, Antonio Cassano.
Itu juga di bawah kepemimpinan Maldini bahwa Milan mengalahkan saingan berat
sekota Internazionale dengan skor luar biasa 6-0, skor yang tidak pernah
diulang dan di mana Serginho membintangi pertandingan. Namun, setelah bentuk puncak ini,
Milan mulai kehilangan lagi termasuk kekalahan 1-0 yang mengecewakan untuk Vicenza Calcio,
dengan satu-satunya gol dalam pertandingan dicetak oleh seorang Luca Toni.
Terlepas dari hasil ini, dewan direksi Milan bersikukuh bahwa Milan mencapai
tempat keempat di liga di akhir musim, tapi Maldini gagal dan tim berakhir di
tempat keenam.
Milan
memulai musim 2000-01 dengan lebih banyak penandatanganan kontrak pemain
bintang termasuk Javi
Moreno dan Cosmin
Contra yang membawa Deportivo Alavés ke putaran final Piala UEFA.
Mereka juga menandatangani Kakha Kaladze
(dari Dynamo Kyiv), Rui Costa (dari AC Fiorentina),
Filippo Inzaghi (dari Juventus), Martin Laursen
(dari Hellas Verona), Jon Dahl Tomasson
(dari Feyenoord),
Ümit Davala (dari Galatasaray)
dan Andrea Pirlo (dari Inter Milan).
Fatih Terim
diangkat sebagai manajer, menggantikan Cesare Maldini, dan cukup sukses. Namun,
setelah lima bulan di klub, Milan tidak berada di lima besar liga dan Terim
dipecat karena gagal memenuhi harapan direksi.
1.9 Era Ancelotti
Terim
digantikan oleh Carlo Ancelotti, meskipun rumor bahwa Franco Baresi
akan menjadi manajer baru. Terlepas dari masalah cedera pemain belakang Paolo Maldini,
Ancelotti berhasil dan mengakhiri musim 2001-02 dalam peringkat empat, tempat
terakhir untuk di Liga Champions. Starting XI pada saat itu adalah
Cristian Abiatti; Cosmin Contra, Alessandro Costacurta, Martin Laursen, Kakha
Kaladze, Gennaro Gattuso, Demetrio Albertini, Serginho; Manuel Rui Costa;
Andriy Shevchenko, Filippo Inzaghi. Ancelotti membawa Milan meraih gelar juara
Liga Champions pada musim 2002-03 ketika mengalahkan Juventus lewat drama adu penalti
di Manchester,
Inggris. Milan
terakhir kali meraih gelar prestisus dengan merebut juara Liga Italia pada
musim kompetisi 2003-04 sekaligus menempatkan penyerang Andriy Shevchenko
sebagai pencetak gol terbanyak di Liga Italia, maka Rossoneri-pun
semakin ditakuti.
AC Milan mengangkat Piala Eropa
setelah memenangkan Liga
Champions UEFA 2002–03
Pada
musim 2004-05 Milan mengakhirinya tanpa gelar sama sekali. Setelah kandas di
babak perempat final Coppa Italia oleh Udinese Calcio
dan kalah bersaing dengan Juventus di pentas
Serie A, Milan
harus pulang dari Istanbul dengan tangan hampa setelah takluk dari Liverpool
secara dramatis di laga Final
Liga Champions UEFA 2005. Pada
laga tersebut Milan berhasil unggul 3-0 di babak pertama lewat gol cepat Paolo Maldini
pada detik ke-52 dan sepasang gol Hernan Crespo
pada menit ke-38 dan 42. Namun kelengahan, kecerobohan dan seolah tak belajar
dari pengalaman mereka kala dikalahkan oleh Deportivo La Coruna pada babak perempat final Liga Champions
edisi sebelumnya (kala itu Milan berhasil menang 4-1 di leg 1 namun kalah 0-4
di leg kedua) membuyarkan harapan mereka untuk merengkuh gelar ke-7 mereka di
pentas tertinggi ranah Eropa tersebut. Liverpool berhasil menyamakan kedudukan
pada babak kedua yang masing-masing dicetak oleh sang kapten Steven Gerrard,
Vladimír Šmicer, dan Xabi Alonso
dalam kurun waktu hanya 6 menit (52', 54', dan 60') memaksa laga harus
diselesaikan hingga adu penalti. Andriy Shevchenko
yang menjadi pahlawan Milan memenangi gelar ke-6 di Old Trafford
dua musim sebelumnya kini menjadi pecundang, setelah sebelumnya gagal
mengonversi peluang emas menjadi gol pada babak tambahan ia pun gagal
mengeksekusi penalti kala tendangannya berhasil diblok oleh Jerzy Dudek
dan memastikan trofi jatuh ke tangan klub asal Inggris tersebut.
Milan saat menghadapi corner di
suatu pertandingan musim 2005-06
Pada
musim kompetisi Liga Italia Serie A 2006-07,
Milan terkait dengan skandal calciopoli
yang mengakibatkan klub tersebut harus memulai kompetisi dengan pengurangan 8
poin. Meskipun begitu, publik Italia tetap berbangga karena di tengah rusaknya
citra sepak bola Italia akibat calciopoli, Milan berhasil menjuarai kompetisi
sepak bola yang paling bergengsi di dunia, Liga Champions. Hasil itu didapat
setelah Milan menaklukkan Liverpool 2-1 lewat dua gol Filippo Inzaghi.
Gelar inipun menuntaskan dendam Milan yang kalah adu penalti dengan Liverpool
dua tahun silam. Gelar pencetak gol terbanyakpun disabet pemain jenius Milan, Kaká dengan
torehan 10 gol. Pada pertengahan musim, Milan mendatangkan mantan pemain
terbaik dunia, Ronaldo dari Real Madrid
untuk memperkuat armada penyerang mereka setelah penyerang muda Marco Borriello
Tidak ada komentar:
Posting Komentar