MAKALAH FILSAFAT
ILMU
EPISTEMOLOGI
OLEH KELOMPOK II
Sri
Susanti
Siti
Rahma
Juli
Astuti Rahman
Fitriani
Andi
Nurlinda
Syahraeni
Manikam
Apriliani
Nur
Alim Bahri
Muh.
Akmal Amrul
Naura
Atifa
Muh
Nur ikhsan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam
Program
Studi Akuntansi
Tahun
Akademik 2013/2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... I
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3
A. Pengertian Epistemologi .......................................................................... 3
B. Objek dan Tujuan
Epistemolog ............................................................ 4
C. Landasan Epistemologi .......................................................................... 5
D. Pengaruh Epistemologi ...........................................................................
6
BAB III PENUTUP .......................................................................... 8
A.
KESIMPULAN .......................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................... 9
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini. Salawat dan salam dihaturkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW atas perjuangan beliau kita dapat menikmati
pencerahan iman dan islam dalam mengarungi samudera kehidupan ini. Dalam
makalah ini kami akan membahas mengenai “Epistemologi” dalam rangka memenuhi
tugas Filsafat Ilmu.
Makalah ini telah dibuat berdasarkan
hasil diskusi kelompok kami. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.
Saya menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang
mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu saya mengundang pembaca untuk
memberikan saran serta kritik yang dapat membangun saya. Kritik konstruktif
dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Gowa
Samata, 01 Mei 2014
Penyusun
Kelompok
II
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Jika
mempelajari filsafat ilmu, kita pasti menjumpai istilah “Epistemologi”. Yang
merupakan salah satu cabang ilmu filsafat. Dan karena Filsafat ilmu merupakan
bagian dari epistemologi (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji
hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Epistemologi adalah bagian filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, batas-batas dan metode, dan kesahihan pengetahuan. sehingga dalam
kesempatan kali ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sumber-sumber
epistemologi. Manusia pada dasarnya adalah makhluk pencari
kebenaran. Manusia tidak pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu
mencari dan mencari kebenaran yang sesungguhnya dengan bertanya-tanya untuk
mendapatkan jawaban. Namun setiap jawaban-jawaban tersebut juga selalu
memuaskan manusia. Ia harus mengujinya dengan metode tertentu untuk mengukur
apakah yang dimaksud disini bukanlah kebenaran yang bersifat semu, tetapi
kebenaran yang bersifat ilmiah yaitu kebenaran yang bisa diukur dengan
cara-cara ilmiah.
Perkembangan pengetahuan yang semakin pesat sekarang
ini, tidaklah menjadikan manusia berhenti untuk mencari kebenaran. Justru
sebaliknya, semakin menggiatkan manusia untuk terus mencari dan mencari
kebenaran yang berlandaskan teori-teori yang sudah ada sebelumnya untuk menguji
sesuatu teori baru atau menggugurkan teori sebelumnya. Sehingga manusia
sekarang lebih giat lagi melakukan penelitian-penelitian yang bersifat ilmiah
untuk mencari solusi dari setiap permasalahan yang dihadapinya. Karena itu
bersifat statis, tidak kaku, artinya ia tidak akan berhenti pada satu
titik, tapi akan terus berlangsung seiring dengan waktu manusia dalam memenuhi
rasa keingintahuannya terhadap dunianya.
B. Rumusan Masalah
Berikut ini rumusan masalah yang akan di bahas pada
makalah ini :
1. Bagaimana pengertian dan ruang lingkup epistemologi ?
2. Apa objek dan tujuan epistemologi?
3. Apa yang menjadi landasan atau metode epistemologi serta pengaruhnya dalam kehidupan ilmiah ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
Epistomologi
atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Secara
linguistik kata “Epistemologi” berasal dari bahasa Yunani yaitu: kata “Episteme”
dengan arti pengetahuan dan kata “Logos” berarti teori, uraian, atau
alasan. Epistemologi dapat diartikan sebagai teori tentang pengetahuan yang
dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah theory of knowledge. Istilah
epistemologi secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar
dan dalam bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi
epistemologi adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat
tentang pengetahuan.
Masalah
utama dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh pengetahuan,
Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah sanggup
menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemologi artinya pertanyaan epistemologi
dapat menggambarkan manusia mencintai pengetahuan. Hal ini menyebabkan
eksistensi epistemologi sangat urgen untuk menggambar manusia berpengetahuan
yaitu dengan jalan menjawab dan menyelesaikan masalah-masalah yang
dipertanyakan dalam epistemologi. Makna pengetahuan dalam epistemologi adalah
nilai tahu manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat membedakan antara satu ilmu dengan ilmu yang lainnya.
B. Objek danTujuan Epistemologi
Kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang
pemahaman objek disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu
bahkan kabur. Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak sama dengan
tujuan. Objek sama dengan sasaran sedangkan tujuan hampir sama dengan harapan.
Meskipun berbeda, tetapi antara objek dan tujuan memiliki hubungan yang
berkesinambungan, sebab objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan.
Sebagai sub sistem filsafat, epistemologi atau teori
pengetahuan yang untuk pertama kali digagas oleh Plato ini memiliki objek
tertentu. Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suriasuamantri berupa “
segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan.”
Proses untuk memperoleh pengetahuan inilah yang mejadi sasaran teori
pengetahuan dan sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab
sasaran itu merupakan suatu tahap perantara yang harus dilalui dalam mewujudkan
tujan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan bisa terealisir, sebaliknya tanpa
suatu tujuan, maka sasaran menjadi tidak terarah sama sekali.
Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi
tersebut? Jacques Martain mengatakan, “ tujuan epistemologi bukanlah hal yang
utama untuk menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan
syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu.”hal ini menunjukkan, bahwa
tujuan epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun keadaan ini
tak bisa dihindari akan tetapi yang menjadi pusat perhatian dari tujuan epistemologi
adalah hal lebih penting dari itu, yaitu ingin memiliki potensi untuk
memperoleh pengetahuan.
Rumusan tujuan epistemologi tersebut memiliki makna
strategis dalam dinamika pengetuhuan. Rumusan tersebut menumbuhkan kesadaran
seseorang bahwa jangan sampai kita puas dengan sekedar memperoleh pengetahuan,
tanpa disertai dengan cara atau bekal untuk memperoleh pengetahuan, sebab
keadaan memperoleh pengetahuan melambangkan sikap pasif, sedangkan cara
memperoleh pengetahuan melambangkan sikap dinamis.
C. Landasan Epistemologi
Landasan epistemologi ilmu disebut metode ilmiah,
yaitu cara yang dilakukan ilmu dalam menyusun pengetahuan yang benar. Metode
ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Jadi, ilmu pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode
ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmiah, sebab ilmu merupakan
pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu pengetahuan bisa disebut ilmu
yakni tercantum dalam metode ilmiah.
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari
wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi
ilmu pengetahuan sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian
metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta
secara integratif. Pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal,
indera mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan,diantaranya adalah:
1. Metode induktif
Induksi merupakan suatu metode yang
menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu
pernyataan yang lebih umum. Menurut David Hume (1711-1716), pernyataan yang
berdasarkan observasi tunggal betapa pun besar jumlahnya, secara logis tak dapat
menghasilkan suatu pernyataan umum yang tak terbatas.
2. Metode Deduktif
Deduksi
merupakan suatu metode yang menyimpulkan
bahwa data empirik diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang
runtut. Hal-hal yang harus ada dalam metode deduktif ialah adanya perbandingan
logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
3. Metode Positivisme
Metode
ini dikeluarkan oleh August Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, yang faktual, yang positif. Ia menyampaikan segala uraian
atau persoalan di luar yang ada sebagai fakta.
Menurut
Comte perkembangan pemikiran manusia berlangsung dalam tiga tahap yaitu
teologis, metofisis, dan positif.
4 Metode Kontemplatif
Metode
ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh
pengetahuan sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda harusnya
dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi.
5 Metode Dialektis
Merupakan
metode tanya jawab untuk mencapai kejernihan filsafat.
D. Pengaruh Epistemologi
Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi
berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan harus berkembang terus, sehingga tidak jarang
temuan ilmu pengetahuan ditentang atau disempurnakan oleh temuan ilmu
pengetahuan yang kemudian.
Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi
terhadap konsep-konsep atau teori-teori yang ada. Penguasaan epistemologi,
terutama cara-cara memperoleh pengetahuan sangat membantu seseorang dalam
melakuakan koreksi kritis terhadap bangunan pemikiran yang diajukan orang lain
maupun dirinya sendirinya. Sehingga perkembangan ilmu pengetahuan relatig mudah
dicapai, bila para ilmuwan memperkuat penguasaannya.
Secara global epistemologi berpengaruh terhadap
peradaban manusia. Suatu peradaban sudah tentu dibentuk oleh teori
pengetahuannya. Epistemologilah yang menentukan kemajuan sains dan teknologi.
Epistemologi menjadi modal dasar dan alat strategis dalam merekayasa
pegembangan alam menjadi sebuah produk sains yang bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Demikian halnya yang terjadi pada teknologi meskipun teknologi sebagai
penerapan sains, tetapi jika dilacak lebih jauh ternyata teknologi sebagai
akibat dari pemanfaatan dan pengembangan epistemologi.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Epistemologi
secara etimologis diartikan sebagai teori pengetahuan yang benar dan dalam
bahasa Indonesia disebut filsafat pengetahuan. Secara terminologi epistemologi
adalah teori mengenai hakikat ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang
pengetahuan.
Objek epistemologi ini menurut Jujun S. Suriasuamantri
berupa “ segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk memperoleh
pengetahuan.” Selanjutnya, apakah yang menjadi tujuan epistemologi tersebut?
Jacques Martain mengatakan, “ tujuan epistemologi bukanlah hal yang utama untuk
menjawab pertanyaan, apakah saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan
syarat-syarat yang memungkinkan saya dapat tahu.”
Metode ilmiah berperan dalam tataran transformasi dari
wujud pengetahuan menjadi ilmu pengetahuan. Bisa tidaknya pengetahuan menjadi
ilmu pengetahuan sangat bergantung pada metode ilmiah. Dengan demikian
metode ilmiah selalu disokong oleh dua pilar pengetahuan, yaitu rasio dan fakta
secara integratif.
Sebagai teori pengetahuan ilmiah, epistemologi
berfungsi dan bertugas menganalisis secara kritis prosedur yang ditempuh ilmu
pengetahuan. Epistemologi juga membekali daya kritik yang tinggi terhadap
konsep-konsep atau teori-teori yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Jujun S. Suriasumantri,
Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta:Pustaka Sinar Harapan,
1990), h. 105
Mujammil Qomar, Epistemologi Pendidikan Islam: dari metode
rasional hingga metode kritik, ( Jakarta: Erlangga 2005), h. 7
Cognition , DC:
American Psychological Association. Washintong
Suparno, Paul. 1997.
Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Vygotsky, L.S. 1978. Mind in Society. Cambridge: Harvard University Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar