Makalah
Faktor
yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Mahasiswa
(Disusun
guna memenuhi tugas mata kuliah mikroekonomi)
Disusun
Oleh:
Nama
: Sri Susanti
NIM : 10800113189
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
MAKASSAR
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Konsumsi
merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumah tangga ke atas barang-barang
akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang
yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan.
Bagian pendapatan yang tidak dibelanjakan disebut tabungan (saving), Apabila pengeluaran-pengeluaran
konsumsi semua orang dalam suatu negara dijumlahkan, maka hasilnya adalah
pengeluaran konsumsi masyarakat negara yang bersangkutan.
Pembelanjaan
masyarakat atas makanan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain
digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Barang-barang yang di produksi untuk
digunakan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya dinamakan barang
konsumsi. Kegiatan produksi ada karena ada yang mengkonsumsi, kegiatan konsumsi
ada karena ada yang memproduksi, dan kegiatan produksi muncul karena ada gap
atau jarak antara konsumsi dan produksi. Prinsip dasar konsumsi adalah “saya
akan mengkonsumsi apa saja dan jumlah beberapapun sepanjang: (1) anggaran saya
memadai dan (2) saya memperoleh kepuasan maksimum“.
Mahasiswa adalah peserta didik yang
telah terdaftar di sebuah Universitas dan memenuhi persyaratan lain yang
ditetapkan oleh universitas yang bersangkutan. Mahasiswa sama halnya dengan
masyarakat atau rumah tangga, juga melakukan aktivitas ekonomi sehari-hari
termasuk konsumsi. Namun, pola konsumsi suatu masyarakat atau individu termasuk
pula mahasiswa berbeda-beda satu sama lain. Mahasiswa suatu fakultas pola
konsumsinya berbeda dan tidak dapat ditebak dengan pola konsumsi seorang
mahasiswa fakultas lainnya.
Konsumsi mahasiswa diluar dari konsumsi
makanan biasanya hanya berpusat pada bidang perkuliahan, seperti fotocopi,
biaya internet, print tugas, dan lain sebagainya. Jika dikelompokkan maka
konsumsi non makanan mahasiswa bergerak dalam empat hal yaitu transportasi,
komunikasi meliputi biaya pulsa, internet, dan lain sebagainya, Lain lagi
halnya bila mahasiswa tersebut harus tinggal terpisah dari orangtua (perantau).
Sebagian besar mahasiswa tinggal di kost dan jauh dari keluarga. Dengan
demikinan pola konsumsi mereka jelas berbeda dengan pola konsumsi mahasiswa
yang tinggal dengan orangtuanya. Hal ini disebabkan mahasiswa yang tinggal di
kost harus mengeluarkan biaya-biaya rutin seperti biaya untuk makan (pangan)
sehari-hari, biaya listrik, transportasi, air, uang sewa kost, dan perlengkapan
sehari-hari lainnya. Sedangkan mahasiswa yang tinggal dengan keluarga tidak
perlu mengeluarkan biaya-biaya tersebut karena telah di tanggung oleh keluarga
mereka. Perbedaan inilah yang memicu penulis untuk mengamati pola konsumsi
mahasiswa baik itu yang tinggal di kos, maupun yang tinggal bersama orangtua.
Mahasiswa tergolong bukan angkatan kerja
karena mahasiswa termasuk pelajar yang tidak mencari kerja (pengangguran)
ataupun sedang bekerja melainkan mereka bersekolah dan penerima pendapatan,
sehingga mahasiswa tidak memiliki pendapatan permanen sendiri. Pendapatan
mahasiswa bisa berasal dari uang saku dari orang tua, dan beasiswa (jika
penerima beasiswa). Yang dimaksud dengan uang saku dari orangtua adalah uang
saku yang diterima setiap bulan atau setiap minggu, dari uang saku inilah yang
selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk selanjutnya
mereka alokasikan kepos-pos pengeluaran konsumsi mereka baik itu konsumsi rutin
maupun tidak rutin.
Seperti halnya rumah tangga ataupun
keluarga, dalam penentuan tingkat kesejahtraan mahasiswa dapat ditinjau dari
proporsi konsumsi makanan dan non makanan. Semakin tinggi proporsi konsumsi non
makanan maka mahasiswa tersebut akan semakin sejahtera. ketika uang saku
meningkat dan sebagian uang saku tersebut digunakan untuk mengkonsumsi non
makanan, maka tingkat kesejahteraan mahasiswa dapat dikatakan membaik. Dengan demikian
penulis ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana pola konsumsi makanan dan
non makanan untuk mahasiswa, sehingga dapat diketahui tingkat kesejahtraan
mahasiswa.
Berdasarkan uraian ini maka penulis
memilih dan tertarik untuk mengangkat masalah mengenai “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi Mahasiswa” .
B.
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah
yang akan dibahas pada makalah ini yaitu :
1.
Apakah Teori
Konsumsi ?
2.
Apa sajakah
faktor yang mempengaruhi perubahan pola konsumsi ?
3.
Bagaimanakah
perilaku konsumen ?
4.
Apa dan
bagaimana kah pengeluaran konsumsi mahasiswa ?
5.
Bagaimanakah pengaruh
pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi mahasiswa ?
6.
Bagaimanakah pengaruh
lama kuliah terhadap pengeluaran konsumsi mahasiswa ?
7.
Bagaimanakah Pengaruh
Tempat Tinggal Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa ?
8.
Bagaimanakah Pengaruh
Jenis Kelamin Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa ?
C.
Tujuan
Adapun tujuan-tujuan
yang ingin dicapai dalam penyusunan makalah ini yaitu, antara lain :
1.
Agar pembaca
dapat mengetahui apakah teori konsumsi itu.
2.
Agar Pembaca
dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pola
konsumsi.
3.
Agar pembaca
dapat memahami bagaimanakah itu perilaku konsumsi.
4.
Agar pembaca
dapat mengetahui apa sajakah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh
mahasiswa.
5.
Agar pembaca
dapat mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan terhadap pengeluaran konsumsi
mahasiswa.
6.
Agar pembaca
dapat mengetahui bagaimana pengaruh
lamanya waktu kuliah terhadap pengeluaran konsumsi seorang mahasiswa.
7.
Agar pembaca
dapat mengetahui bagaimana pengaruh jauhnya temapat tinggal terhadap
pengeluaran konsumsi seoarang mahasiswa.
8.
Agar pembaca
dapat mengetahui bagaimana pengaruh perbedaan jenis kelamin terhadap
pengeluaran konsumsi mahasiswa.
D.
Manfaat
Adapun manfaat
yang diharapkan dapat diambil dari penyusunan makalah ini yaitu, antara lain :
1.
Pembaca sudah
dapat memahami apa teori konsumsi.
2.
Pembaca/mahasiswa
dapat mengatahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pola
konsumsi.
3.
Pembaca/mahasiswa
dapat memahami bagaimanakah itu perilaku konsumsi.
4.
Pembaca/mahasiswa
dapat mengetahui apa sajakah pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh
mahasiswa.
5.
Pembaca/
mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengaruh pendapatan
terhadap pengeluaran konsumsi mahasiswa.
6.
Pembaca/mahasiswa
mengetahui bagaimana pengaruh lamanya
waktu kuliah terhadap pengeluaran konsumsi seorang mahasiswa.
7.
Pembaca/mahasiswa
pembaca dapat mengetahui bagaimana pengaruh jauhnya temapat tinggal terhadap
pengeluaran konsumsi seoarang mahasiswa.
8.
Pembaca/mahasiswa
dapat mengetahui bagaimana pengaruh
perbedaan jenis kelamin terhadap pengeluaran konsumsi mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Teori
Konsumsi
Konsumsi menurut Mankiw (2000) “Konsumsi adalah barang
atau jasa yang dibeli oleh rumah tangga konsumsi terdiri dari barang tidak tahan lama (Non Durable Goods) adalah barang
yang habis dipakai dalam waktu pendek, seperti makanan dan pakaian. Kedua
adalah barang tahan lama (Durable Goods) adalah barang yang dimiliki usia
panjang seperti mobil, televisi, alat –alat elektronik, Ketiga, jasa (Services)
meliputi pekrjaan yang dilakukan untuk konsumen oleh individu dan perusahaan
seperti potong rambut dan berobat kedokter”.
Menurut Samuelson & Nordhaus (1996) “Konsumsi adalah
pengeluaran untuk pembelian barang-barang dan jasa akhir guna mendapatkan
kepuasan ataupun memenuhi kebutuhannya”.
Konsumsi
dalam istilah sehari hari sering diartikan sebagai pemenuhan akan makanan
dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang lebih luas lagi yaitu barang
dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan manusia. Barang dan
jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa yang sudah siap dikonsumsi oleh
konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari barang konsumsi sekali habis dan
barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih dari satu kali (Nopirin,1997). Badan Pusat Statistik (2007)
menyatakan pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan
dan pengeluaran konsumsi non makanan. Apabila terjadi kenaikan dalam nilai kekayaan, maka konsumsi akan
meningkat atau dapat dipertahankan lebih lama.
James Dusenberry mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi suatu
masyarakat ditentukan terutama oleh tingginya pendapatan tertinggi yang pernah
dicapainya. Pendapatan berkurang, konsumen tidak akan banyak mengurangi
pengeluaran untuk konsumsi. Untuk mempertahankan tingkat konsumsi yang tinggi,
terpaksa mengurangi besarnya saving. Apabila pendapatan bertambah maka konsumsi
mereka juga akan betambah, tetapi brtambahnya tidak terlalu besar. Sedangkan saving
akan bertambah besar dengan pesatnya. Kenyataan ini terus kita jumpai
sampai tingkat pendapatan tertinggi yang telah kita capai tercapai kembali.
Sesudah puncak dari pendapatan sebelumnya telah dilalui, maka tambahan
pendapatan akan banyak menyebabkan bertambahnya pengeluaran untuk konsumsi,
sedangkan di lain pihak bertambahnya saving tidak begitu cepat.
B.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perubahan Pola Konsumsi
Dalam teori ekonomi dijelaskan seseorang bertindak secara
rasional dalam mencapai tujuannya dan kemudian mengambil keputusan yang
konsisten dengan tujuan tersebut. Beberapa macam kebutuhan pokok manusia untuk
bisa hidup secara wajar, yaitu: (1) Kebutuhan pangan atau kebutuhan akan
makanan, (2) Kebutuhan sandang atau pakaian, (3) Kebutuhan papan atau tempat
berteduh, (4) Kebutuhan pendidikan untuk menjadi manusia bermoral dan
berbudaya, (5) Kebutuhan tersebut diatas merupakan kebutuhan primer yang harus
dipenuhi untuk dapat hidup wajar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, untuk dapat
memenuhi kebutuhan hidup, kita membutuhkan uang atau penghasilan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendapatan
mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi pengeluaran konsumsi masyarakat,
baik itu konsumsi barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa.
C.
Perilaku Konsumen
Perilaku konsumen terhadap suatu barang tertentu dapat
dianalisa melalui teori nilai guna (utility theory). Nilai guna (utility)
adalah kepuasan yang diperoleh seseorang dalam mengkonsumsi suatu barang
tertentu. Semakin tinggi kepuasan yang diperoleh dalam mengkonsumsi suatu
barang tertentu, maka semakin tinggi nilai guna dari barang tersebut.
Penjelasan
tentang perilaku konsumsi berkaitan dengan hukum permintaan yang menyebutkan
bahwa jika harga suatu barang naik maka
cateris paribus jumlah yang diminta konsumen terhadap barang tersebut akan
turun, demikian juga sebaliknya bila harga tersebut turun maka jumlah yang
diminta konsumen tersebut akan naik .
Perilaku
konsumsi di atas berupaya untuk mencapai kepuasan maksimum yang hanya akan
dibatasi oleh jumlah anggaran keuangan yang dimilikinya. Dengan kata lain
konsumen dapat mengkonsumsi apa saja sepanjang anggarannya memadai untuk itu,
serta konsumen cenderung menghabiskan anggarannya demi mengejar kepuasan
tertinggi yang bisa dicapainya demi mengejar kepuasan maksimum.
Menurut
Joesron dan Fathorrozy (2003). Kebutuhan manusia relatif tidak terbatas
sementara sumber daya yang tersedia sangat terbatas, hal ini mengakibatkan
manusia dalam memenuhi setiap kebutuhannya akan berusaha memilih alternatif
yang paling menguntukan dirinya. Lebih lanjut ia katakan bahwa timbulnya
perilaku konsumen karena adanya keinginan meperoleh kepuasan yang maksimal
dengan berusaha mengkonsumsi barang dan jasa sebanyak-banyaknya, tetapi
mempunyai keterbatasan pendapatan.
Sedangkan menurut Nugroho (2002).
Perilaku Konsumen didefinisikan sebagai proses pengambilan keputusan dan
aktifitas masing-masing individu yang dilakukan dalam rangka evaluasi,
mendapatkan, penggunaan, atau mengatur barang-barang dan jasa.
D.
Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa
Konsumsi dalam istilah sehari hari sering diartikan
sebagai pemenuhan akan makanan dan minuman. Konsumsi mempunyai pengertian yang
lebih luas lagi yaitu barang dan jasa akhir yang dibutuhkan untuk memenuhi
kebutuhan manusia. Barang dan jasa akhir yang dimaksud adalah barang dan jasa
yang sudah siap dikonsumsi oleh konsumen. Barang konsumsi ini terdiri dari
barang konsumsi sekali habis dan barang konsumsi yang dapat dipergunakan lebih
dari satu kali (Nopirin,1997). Badan Pusat Statistik (2006) menyatakan
pengeluaran rumah tangga dibedakan atas pengeluaran konsumsi makanan dan
pengeluaran konsumsi non makanan.
Pengeluaran konsumsi masyarakat dapat dijadikan
salah satu perbedaan antara masyarakat yang sudah mapan dan yang belum mapan,
atau antara negara maju dan negara berkembang. Pengeluaran konsumsi masyarakat
yang belum mapan biasanya didominasi oleh konsumsi kebutuhan pokok atau
kebutuhan primer (kebutuhan makanan), sedangkan pola konsumsi masyarakat yang
sudah mapan cenderung lebih banyak teralokasi kedalam kebutuhan sekunder atau
bahkan tersier (kebutuhan non makanan).
Pengeluaran
konsumsi rumah tangga adalah nilai belanja yang dilakukan oleh rumah tangga
untuk membeli berbagai jenis kebutuhanya dalam satu tahun tertentu. Pendapatan yang diterima rumah tangga akan
digunakan untuk membeli makanan, membiayai jasa angkutan, membayar pendidikan
anak, membayar sewa rumah dan membeli kendaraan. Barang-barang tersebut dibeli
rumah tangga untuk memenuhi kebutuhanya, dan pembelanjaan tersebut dinamakan
konsumsi.
Seperti halnya rumah tangga mahasiswa juga melakukan konsumsi.
Pengeluaran konsumsi mahasiswa merupakan nilai belanja yang dilakukan mahasiswa
untuk membeli berbagai jenis kebutuhannya. Secara garis besar kebutuhan mahasiswa dapat dikelompokkan
dalam 2 kategori besar, yaitu kebutuhan makanan dan non makanan.
Dengan demikian pada
tingkat pendapatan tertentu, mahasiswa akan mengalokasikan pendapatannya untuk
memenuhi kedua kebutuhan tersebut. Konsumsi makanan adalah
pengeluaran yang dibelanjakan untuk memenuhi kebutuhan bahan makanan, yaitu
makanan pokok, protein hewani, sayur-sayuran, buah-buahan, jajanan, dan
kelompok kebutuhan lain-lain (teh,kopi, gula, minyak goreng,bumbu-bumbu dapur
dan lain-lain) yang diukur dalam kalori. Sedangkan konsumsi non makanan adalah
pengeluaran yang dikeluarkan untuk kebutuhan di luar bahan makanan yaitu berupa
transportasi, komunikasi (pulsa dan biaya akses internet), entertainment
(seperti pembelian baju, aksesoris, dan lain sebagainya), dan perlengkapan
perkuliahan (seperti pembelian buku, fotocopy untuk tugas dan materi
kuliah, biaya untuk menjilid tugas dan print tugas, perlengkapan alat tulis
seperti pulpen, kertas, stabilo dan lain sebagainya).
Pengeluaran konsumsi
mahasiswa tersebut pasti tergantung tempat tinggal mahasiswa, lama waktu yang
digunakan untuk kuliah, pendapatan mahasiswa, tempat tinggal mahasiswa, dan
jenis kelamin.
E.
Pengaruh
Pendapatan Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa
Pendapatan
mahasiswa berasal dari orangtua mahasiswa, dan beasiswa. Pendapatan
mahasiswa bisa berasal dari uang saku dari orang tua, dan beasiswa (jika
penerima beasiswa). Yang dimaksud dengan uang saku dari orangtua adalah uang
saku yang diterima setiap bulan atau setiap minggu, dari uang saku inilah yang
selanjutnya mahasiswa gunakan dalam memenuhi kebutuhan mereka untuk selanjutnya
mereka alokasikan kepos-pos pengeluaran konsumsi mereka baik itu konsumsi makanan
dan non makanan.
Keynes
berpendapat bahwa pengeluaran konsumsi hampir secara penuh di pengaruhi oleh
kekuatan pendapatan. Fungsi konsumsi menurut Keynes menunjukkan hubungan antara
pendapatan nasional dengan pengeluaran konsumsi yang kedua-duanya dinyatakan
dengan menggunakan tingkat harga konstan, dan bukan hubungan antara pendapatan
nasional nominal dengan konsumsi nominal.
Pendapatan yang meningkat tentu saja
biasanya diikuti dengan peningkatan pengeluaran konsumsi. Contoh : seseorang
yang tadinya makan nasi dan tempe goring, ketika mendapat pendapatan yang besar
akan meninggalkan nasi dan telur dan menggantinya dengan nasi dan ayam
seumpamanya. Orang yang tadinya makan sehari dua kali bisa jadi 3 kali ketika
dapat pendapatan tambahan lainnya.
Maharani dalam penelitiannya mengatakan bahwa besarnya
uang saku memberikan perbedaan yang
signifikan untuk konsumsi mahasiswa. Artinya tingkat pendapatan yang diperoleh
mahasiswa akan mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi mahasiswa. Semakin
besar pendapatan yang diperoleh maka akan semakin besar pula pengeluaran
konsumsi mahasiswa
F.
Pengaruh
Lama Kuliah Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa
Perguruan tinggi
adalah satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi yang dapat
berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute atau universitas.
Penyelenggara
pendidikan di Universitas menganut System
Kredit Semester (SKS) yaitu suatu sistem penyelenggaraan pendidikan dengan
menggunakan satuan kredit semester untuk menyatakan beban studi mahasiswa,
beban kerja dosen, pengalaman belajar, dan beban penyelenggaraan program.
Sistem ini memungkinkan mahasiswa merencanakan pendidikannya sesuai dengan
minat dan kemampuannya. Untuk perencanaan ini mahasiswa diwajibkan mengisi
Kartu Rencana Studi (KRS) sesuai dengan kalender akademik dibawah bimbingan
seorang Penasihat Akademik (PA) yang ditetapkan oleh pimpinan fakultas .
Berkaitan dengan
konsumsi, jika waktu yang ditempuh mahasiswa untuk menjadi sarjana sangat lama
maka pengeluaran konsumsi yang dikeluarkan mahasiswa untuk keperluan kuliah
sehari-hari akan semakin besar. Mengingat semakin lama kuliah maka jumlah uang
yang dikeluarkan untuk transportasi sehari-hari ke kampus akan semakin besar.
Selain itu biaya untuk keperluan makan sehari-hari di kampus pun bertambah.
Begitu pun sebaliknya semakin cepat mahasiswa mendapatkan gelar sarjana maka
akan semakin sedikit pula pengeluaran konsumsi untuk keperluan kuliah,
transportasi dan makan yang dikeluarkan.
G.
Pengaruh
Tempat Tinggal Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa
Tempat tinggal
dapat mempengaruhi konsumsi mahasiswa. Dalam hal ini bagi mahasiswa yang
tinggal di kos dan tidak tinggal di kos jelas akan mempenngaruhi konsumsi
mereka baik itu knsumsi makanan maupun konsumsi non makanan. Biaya kos
merupakan biaya-biaya rutin yang dikeluarkan oleh mahasiswa untuk setiap
periode. Biaya kos ini meliputi uang sewa kos per bulannya, pembayaran listrik,
air dan segala keperluan yang berhubungan dengan tempat tinggal mahasiswa
tersebut. Biaya kos ini hanya dikeluarkan oleh mahasiswa yang tidak tinggal
bersama orangtua mereka dan tinggal di tempat kos.
Besarnya biaya
yang keluar untuk keperluan kos ini akan mempengaruhi total pengeluaran
konsumsi sehari-hari mahasiswa. Hal ini dikarenakan mereka harus menyisihkan
pendapatan mereka untuk tidak dibelanjakan ke kebutuhan seperti makan, minum,
dan perlengkapan kuliah melainkan untuk memenuhi kebutuhan kos yang harus rutin
dikeluarkan setiap periode tertentu.
Semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
kos maka semakin kecil pengeluaran konsumsi mahasiswa yang dikeluarkan begitu
pula sebaliknya semakin sedikit biaya sewa kos, pembayaran listrik, air dan
transportasi maka semakin besar pengeluaran konsumsi mahasiswa untuk keperluan
makan, minum, transportasi, entertain, dan komunikasi.
Maharani
(2006) mengangkat judul “Perbandingan Pola Konsumsi Pada Kalangan Mahasiswa
yang Indekos Di Kota Surakarta” menyatakan bahwa Dari pengolahan
data diketahui bahwa berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan yang signifikan
untuk kebutuhan transportasi, dan untuk kebutuhan lainnya jumlahnya hampir sama
atau dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pengeluaran mahasiswa kos untuk trasportasi berbeda-beda
tergantung pada gender. Sementara untuk pengeluaran makanannya mahasiswa yang
tinggal di kos cenderung mengeluarkan uang lebih banyak dibanding yang tidak
tinggal di kos.
H.
Pengaruh Jenis Kelamin Terhadap Pengeluaran Konsumsi Mahasiswa
Jenis kelamin
memberikan pengaruh terhadap pengeluaran konsumsi hal ini bisa dilihat dari
beberapa hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dari Indra Pratama dkk
(2010) menyatakan perempuan lebih memilih mengkonsumsi junkfood dibandingkan
laki-laki. Hal ini disebabkan bagi perempuan junkfood lebih praktis dibandingkan
mengolah makanan sendiri di rumah, sehingga tingkat konsumsi junkfood oleh
perempuan lebih tinggi dari laki-laki yaitu 60%.
Maharani (2006)
mengangkat judul “Perbandingan Pola Konsumsi Pada Kalangan Mahasiswa yang
Indekos Di Kota Surakarta” menyatakan bahwa Dari pengolahan data diketahui bahwa berdasarkan jenis
kelamin terdapat perbedaan yang signifikan untuk kebutuhan transportasi, dan
untuk kebutuhan lainnya jumlahnya hampir sama atau dengan kata lain tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
Sedang menurut
penelitian Rahmatia mengatakan bahwa pola konsumsi wanita pekerja untuk kelompok pengeluaran KRT
secara umum konsisten sebagai kebutuhan Pokok. Pola konsumsi DRT yang
seharusnya termasuk komoditas luks, namun kelihatannya bagi rumahtangga wanita
pekerja perkotaan adalah juga merupakan kebutuhan pokok dengan elastisitas pendapatan
yang relatif inelastis.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini yaitu, Pola
konsumsi disebabkan oleh banyak faktor dan masing-masing faktor saling terkait.
Pendekatan yang digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pola
konsumsi memang cukup banyak, tetapi dalam makalah ini faktor penyebab tersebut
dibatasi pada beberapa variabel.
Dapat dilihat bahwa pola konsumsi dalam penelitian ini diduga
dipengaruhi oleh 5 variabel utama yakni uang saku, lama kuliah, beasiswa,
tempat tinggal yakni kost atau di rumah sendiri, dan jenis kelamin.
B.
Saran
Saran
yang dapat diberikan dari penyusunn makalah ini yaitu, sebagai mahasiswa
hendaknya lebih menggunakan uang atau uang saku yang dimilikinya untuk kegiatan
konsumsi yang sesuai dengan kebutuhan, dalam hal ini lakukanlah konsumsi suatu
barang ataupun jasa dengan sebaik dan seefesien mungkin. Mahasiswa harus
mempunyai daftar perioritas dari setiap kebutuhan yang diinginkannya. Agar
kebutuhan mahasiswa dapat terpenuhi dan mendapatkan kepuasan yang maksimum
dengan uang (pendapatan) yang dimilikinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar