MAKALAH MIKROEKONOMI
“Teori Tingkah Lakukonsumen:Teori Nilai Guna
(UTILITI)”
Kelompok
4
Eko Hardiansyah. S
Sudirman
Aldi Fachri
Alim Bahri
Aswinaldi
Muh. Nur Ikhsan
Jurusan
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam
Universitas
Islam Negeri Alauddin Makassar
TahunPeriodik 2013/2014
Kata Pengantar
Segala
puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala taufik danm
hidayah-Nyalah sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik sebagaimana yang
kita harapkan
Shalawat
dan taslim semoga tercurahkan kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW yang
telah memberi petunjuk kepada umat manusia dimuka bumi dan menyempurnakan
akhlak dan budi pekerti yang mulia.
Penulis
juga tak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
menemukan kesulitan tetapi dengan ketekunan dan bantuan dari beberapa pihak
sehingga makalah ini dapat tersusun. Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa
masih terdapat beberapa kekurangan . oleh karena itu, dengan segala kerendaha
hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembacayang sifatnya
membangun guna kesempurnaan makalh ini.
Demikianlah
makalah ini, mudah-mudah dapat bermanfaat bagi kita semua.
Makassar,
2 Desember 2014
Penulis
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Kita
ketahui mengenai sifat permintaan seseorang atau masyarakat ke atas suatu
barang, semakin sedikit permintaan ke atas barang itu. Sebaliknaya, semakin
rendah harga barang tersebut, semakin bayak permintan ke atas barang tersebut.
Dalam makalah ini kami akan menerangkan dua hal berikut:
1.
Alasan
para pembeli /konsumen untuk membeli lebih banyak barangpada harga yang lebih
rendah dan mengurangi pembelian pada harga yang tinggi.
2.
Bagai
mana seorang konsumen menentukan jumlah dan komposisi dari harga barang yang
akan di beli dari pendapatan yang diperolehnya
Analisis seperti
itu di namakan teori tingka laku konsumen
Teori
tingka laku konsumen di bedakan dalam dua macam pendekatan: pendekatan nilai
guna (utiliti) kardinal dan pendekatan nilai guna ordinal. Dalam pendekatan
nilai guna kardinal di anggap manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang
konsumen dapat dinyatakan secara kuantitatif. Berdasarkan kepada pemisalan ini,
dan anggapan bahwa konsumen akan memaksimumkan kepuasan yng akan di capainya,
diterangkan bagai mana seseorangakan menentukan komsumsinya ke atas berbagai
jenis barang yang terdapat di pasar.
B.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang di atas dapat di ambil
untuk beberapa hal untuk di jadikan sebagai rumusan masalah yaitu sebagai
berikut:
1.
Teori nilai
guna (utiliti) dan pemaksimuman nilai guna
2.
Syarat untuk
mencapai kepuasan maksimum
3.
Teori nilai
guna dan teori permintaan
4.
Paradok
nilai
5.
Suplus
konsumen
C.
TUJUAN
Berdasarkanrumusanmasalahdapatditariktujuanpenulisanyaitusebagaiberikut
:
1.
Dapat
memahami teori nilai guna (utiliti)
2.
Dapat
mengetahui syarat untuk mencapai kepuasaan maksimum
3.
Dapat
memahami teori nilai dan teori permintaaan
4.
Dapat
memahami tentang pardoks nilai
5.
Dapat
memahami tentang surplus konsumen
BAB II
PEMBAHASAN
TEORI NILAU GUNA (UTILITI)
Didalam
teori ekonomi ekonomi kepuasan atau
kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkomsumsikan barang-barang dinamakan nilai guna atau utiliti. Kalau kepuasan itu
semakin tinggi maka makin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya.
Dalam
membahas mengenai nilai guna perlu dibedakan di antara dua pengertian:
nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total dapat di
artikan sebagai jumlah seluruh kepuasan
yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan
nilai guna marjinal berarti pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai
akibat dan pertambahan atau pengurangan penggunaan suatu unit barang tertentu.
HIPOTESIS UTAMA
TEORI NILAI
Hipotesis utama teori nilai guna,
atau lebih dikenal sebagai hukum nilai guna marjinal yang semakin menurun,
menyatakan bahwa tambahan nilai guna yang akan diperoleh seseorang dari
mengkonsumsikan suatu barang akan menjadi semakin sedikit apabila orang
tersebut terus menurus menambah konsumsinya keatas barang tersebut. Pada
akhirnya tambahan nilai guna akan menjadi negatif yaitu apabila keatas barang
tersebut ditambah satu unit lagi maka nilai guna total menjadi semakin sedikit.
Pada hakikatnya hipotesis tersebut menjelaskan bahwa pertambahan yang terus
menerus dalam mengkonsumsi suatu barang tidak secara terus menerus menambah
yang dinikmati orang yang mengkonsumsikannya. Pada permulaannya setiap tambahan
konsumsi akan mempertinggi tingkat kepuasan orang tersebut. Misalnya, apabila
sesorang yang berbuka puasa atau baru selesai berolahraga memperoleh segelas
air, maka ia memperoleh sejumlah kepuasan daripadanya, dan jumlah kepuasan itu
akan menjadi b ertambah tinggi apabila ia dapat meminum segelas air lagi.
Kepuasan yang lebih tinggi akan diperolehnya apabila dia diberikan kesempatan
untuk memperoleh gelas yang ketiga. Pertambahan kepuasan ini tidak terus
berlangsung. Katakanlah pada gelas yang kelima orang yang berpuasa atau
berolahraga itu merasa bahwa yang diminumnya sudah cukup banyak dan sudah
memuaskan dahaganya. Kalau ditawarkan gelas keenam dia akan menolak karena dia
merasa lebih puas meminum lima geas air daripada enam gelas. Dengan demikian pada
gelas yang keenam tambahan nilai guna adalah negatif dan nilai guna total
daripada meminum enam gelas adalah lebih rendah dari nila guna yang diperoleh
dari meminum lima gelas.
NILAI GUNA TOTAL DALAM
ANGKA DAN GRAFIK
Hukum
Nilai Guna Marjinal yang semakin menurun akan dapat dimengerti dengan lebih
jelas apa bila digambarkan dalam contoh secara angka dan selanjutnya contoh
digambarkan secara grafik. Dalam bagian ini hal tersebut akan diuraikan
Contoh Angka
Dengan
memisalkan bahwa kepuasan dari memakan
mangga dalam satu hari dapat dinyatakan dalam angka, dalam tabel 7.1
ditunjukkan nilai guna total dan nilau guna marjinal dari memakan berbagai
jumlah mangga dalam contoh dalam tersebut telah diperhatikan juga hipotesis
diatas, yaitu tambahan nilai guna akan menjadi semakin menurun apabila konsumsi
terus-menerus ditambah. Contoh dalam tabel tersebut menunjukkan bahwa hingga
mangga yang ke-8 nilai guna marjinal
adalah positif, maka nilai guna
total terus menerus bertambah jumlahnya
ketika memakan mangga yang ke-9 nilai guna marjinal adalah negatif. Ini
berarti kepuasan dari memakan mangga mencapai tingkat yang paling maksimum
apabila jumlah mangga yang dimakan adalah 8.
Tambahan-tambahan
yang selanjutnya akan mengurangi kepuasan yang didapat dari memakan lebih
banyak buah mangga. Dalam contoh ditunjukkan apabila konsumen tersebut memakan
9, 10 atau 11 mangga, kepuasan yang didapat darii memakan 8 mangga, juga dalam
tabel 7.1 menunjukkan bahwa adalah lebih
baik memakan 5 mangga dari pada 11 mangga karena kepuasan menikmati dari memakan 5 mangga adalah lebih besar
TABEL
7.1
Jumlah buah mangga yang dimakan Nilai Guna Total Nilai Guna Marjinal
|
Nilai
Guna Total Dan Nilai Guna Marjinal Dalam Angka
0
0
-
1
30 30
2
50 20
3
65 15
4
83 10
5
75 8
6
87 4
7
89 2
8
90 1
9
89 -1
10
85 -4
11
75 -7
Grafik Nilai Guna
Berdasarkan
kepada angka-angka dalam tabel 1.7 dalam gambar 7.1, ditunjukkan kurva nilai
guna total dan nilai guna marjinal. Dalam grafik (i) sumbuh tegak menggambarkan
nilai guna total dan sumbuh datar menunjukkan jumlah barang yang
dikomsumsi(digunakan). Grafik (ii) menunjukkan nilai guna marjinal yang
diukur pada sumbuh tegak, pada berbagai
unit barang yang dikomsumsikan yang digambarkan pada sumbuh datar.
Kurva nilai guna total (TU) bermula dan titik 0, yang
berarti paada waktu tidak terdapat komsumsi, maka nilai guna total adalah
nol. Pada mulanya kurva nilai guna total
bertambah tinggi. Kurva nilai guna total mulai menurun pada waktu komsumsi
magga melebihi delapan buah. Kurva nilai guna total mulai menurun pada waktu komsumsi mangga melebihi delapan
buah. Kurva nilai guna marjinal (MU) turun dari kiri atas ke bawah. Gambaran ini mencerminkan hukum
nilai guna marjinal yang semakin menurun. Kurva nilai guna marjinal
memotong sumbu data sesudah jumlah yang
ke-8. Berarti sesudah perpotongan tersebut nilai guna marjinal adalah negatif.
PEMAKSIMUMAN NILAI GUNA
Salah satu
pemisalan penting dalam teori ekonomi adalah: setiap orang akan berusaha
untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat
dinikmatinya dengan perkataan lain, setiap orang akan berusaha akan memaksimalkan
nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsikannya . apabila yang
dikonsumsikannya hanya satu barang saja tidak suka untuk menentukan pada
tingkat mana nilai guna dari memperoleh dan menikmati barang itu akan mencapai
tingkat yang maksimum. Tingkat itu dicapai pada waktu nilai guna total mencapai
tingkat maksimum. tetapi kalau barang yang digunakan berbagai jenis, cara untuk
corak konsumsi baranng-barang yang akan menciptakan nilai guna yang maksimum
menjadi lebih rumit
CARA MEMAKSIMUMKAN
NILAI GUNA
Kerumitan
yang timbul untuk menetukan susun / komposisi dan jumlah barang yang akan
mewujudkan nilai guna yang maksimum bersumber dari perbedaan harga-harga
berbagai baran. Kalau setiap barang adalah bersamaan, nilai guna akan mencapai
tingkat yang maksimum apabila nilai guna marjinal dari setiap barang adalah
sama besarny. Misalnya seseorang mengkonsumsi, yaitu sejenis pakaian, sejenis
makanan, dan sejenis hiburan (katakanlah hiburan itu berupa menonton film) akan
diperoleh orang tersebut apabila mengkonsumsikan : 3 unit pakaian, 5 unit
pakaian dan 2 kali menonton film.
SYARAT MEMAKSIMALKAN NILAI GUNA
Dalam
keadaan dimana harga berbagai macam barang adalah berbeda , apakah syarat yang
harus dipenuhi agar barang-barang yang konsumsikan akan memberi nilai guna?
Syarat yang harus dipenuhi adalah: setiap rupiah yang dikeuarkan membeli unit
tambahan berbagai jenis barang akan memberikan nilai guna marjinal yang sama
besarnya. Untuk membuktikan perhatikan contoh berikut. Misalkan seseorang
melakukan pembelian konsumsi atas dua macam barang: makanan dan pakaian, dan
berturut-turut harganya adalah Rp.5000 dan Rp. 50.000. misalkan tambahan satu
unit makanan akan memberikan nilai guna marjinal sebanyak 5 dan tambahan satu
unit pakaian mempunyai nilai guna marjinal sebanyak 50. Dengan uang itu orang
tersebut dapat membeli 10 unit tambahan makan, maka jumlah nilai
guna marjinal yang diperolehnya adalah 10 x 5 = 50 kalau uang itu digunakan
membeli pakaian, yang diperolehnya hanyalah satu unit dan nilai guna marjinal
dari 1 tambahan pakaian ini adalah 50a;
Degan mudah dapat dilihat bahwa
orang tersebut tidak perlu bersusah
payah menentukan barang mana yang harus ditambah konsumsinya. Berdasarkan
kepada contoh diatas dapatlah dikemukakan hipotesis berikut:
1.
Seseorang
akan memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikomsumsikannaya apabila
perbandingan nilai guna marjinal berbagai barang tersebut. Keadaan seperti itu
wujud dalam contoh diatas. Perbandingan harga makanan dan pakaian adalah
5000:50000 atau 1:10, dan ini adalah sama dengan perbandingan nilai guna
marjinal makanan dan pakain, yaitu 5:50 atau 1:10.
Atau
Seseorang
akan memaksimumkannilai guna dari barang-barang yang dikomsumsikannya apabila
nilai guna marjinal untuk setiap rupiah yang dikeluarkan adalah sama untuk
setiap barang yang dikomsumsikan. Dalam contoh di atas nilai guna marjinal per
rupiah dari tambahan makanan adalah: nilai guna marjinal\harga=5/5000=1/1000.
Dan nilai guna marjinal per rupiah dari tambahan pakaian adalah: nilai guna marjinal
/harga=50/50000=1/1000.
Kedudukan
hipotesis tersebut mengandung pengertian yang sama. Syarat pemaksimuman nilai
guna seperti yang dinyatakan dalam (1) dan (2) biasanya dinyatakan secara rumus
aljabar, yaitu secara berikut
MU
barang A = MU barang B =
MU barang C
PA PB Pc
Dalam
persamaan di atas MU adalah nilai guna marjinal dan PA, PB,
PC berturut-turtut adalah harga barang A, barang B, dan barang C
TEORI
NILAI GUNA DAN TEORI PERMINTAAN
Dengan menggunakan nilai guna
dapat diterangkan sebabnya kurva permintaan bersfat menurun dari kiri atas
kekanan bawah yang menggabarkan bahwa semakin rendah harga suatu barang,
semakin banyak permintaan keatanya. Ada dua faktor yang menyebabkan permintaan
keatas suatu barang berubah apabila harga barang itu mengalami perubahan : efek
penggantian dan efek pendapatan.
EFEK
PENDAPATAN
Perubahan harga suatu barang mengubah nilai guna
marjinal per rupiah dari barang yang mengalami perubahan harga tersebut. kalau
harga mengalami kenaikan, nilai guna marinal per rupiah yang diwujudkan oleh
barang tersebut menjadi semakin rendah. Misalnya harga barang A bertambah
tinggi, maka sebagai akibatnya sekarang MU barang A/PA menjadi lebih
kecil dari semula. Kalau harga barang barang-barang lainnya tidak mengalami
perubahan lagi maka perbandingan diantara nilai guna marjinal barang-barang itu
dengan harganya( atau nilai guna marjina per rupiah dan barang-barang itu)
tidak mengalami perubahan dengan demikian, barang B misalnya, MU barang B/PB
yang sekarang sama dengan
sebelumnya. Berarti sesudah harga barang A naik keadaan yang berikut berlaku :
MU barang A<MU barang B
PA PB
Dalam keadaan seperti diatas,
nilai guna akan menjadi bertambah banyak (maka kepuasan konsumen akan menjadi
bertambah tinggi) sekiranya konsumen itu membeli lebih banyak barang B dan
menngurangi pembelian barang A. Keadaan diatas menunjukkan bahwa kalau harga
naik permintaan terhadap barang yang mengalami kenaikan tersebut akan menjadi
semakin sedikit.
Dengan cara yang sama sekarang
tidak susah untuk menunjukkan penurunan haraga menyebkan permintaan keatas
barang yang mengalami penurunan harga itu akan menjadi bertambah banyak.
Penurunan harga menyebabkan barang mewujudkan nilai guna marjinal per rupiah
yang lebih tinggi dar pada nilai guna marjinal per rupiah dari barang-barang
lainnya yang tak berubah harganya. Maka karena membeli barang tersebut akan memaksimumkan
nilai guna, permintaan keatas barang tersebut menjadi bertambah banyak apabila
harganya bertambah rendah.
EFEK
PENDEKATAN
Kalau pendapatan tidak mengalami perubahan maka
kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil menjadi semakin sedikit. Dengan
perkataan yang lain, kemampuan pendapat yang diterimah untuk membeli
barang-barang menjadi bertambah kecil dari sebelumnya. Maka kenaikan harga
menyebabkan konsumen mengurangi berbagai jumlah barang yang dibelinya termasuk
barang yang mengalami kenaikan harga. Penurunan harga suatu barang menyebabkan
pendapatan riil bertambah, ini mendorong konsumen menambah jumlah barang yang
di belinya. Akibat dari perubahan harga kepada pendapatan ini, yang di sebut
efek pendapatan, lebih memperkuat lagi efek penggantian di dalam mewujudkan
kuva permintaan yang menurun dari kiri atas ke kanan bawah.
MEWUJUDKAN KURVA
PERMINTAN
Andaikan seorang konsumen hanya
membeli dua jenis barang, ia itu makana (m) dan pakain (K). Andaikan apabila ia
menggunakan 10 unit makanan, konsumen itu akan mencapai keseimbangan konsumen:
MUm
= MUk
Pm Pk
Pada
ketika keseimbangan itu tercapai, Pm (harga makanan) adalah
Rp.10.000. dalam contoh ini akan di perhatikan perubahan kuantitas permintaan
maakanan, maka kuantitas pakaian yang di beli dan harga pakaian tidak perlu
diketahui.
Seterusnya
misalkan harga pakaian tidak berubah dari Rp.10.000 menjadi Rp5.000, maka
MUm>MUm
atau MUm<MU
P1mPm 5000Pk
Dimana P1m
adalah harga makanan baru yaitu Rp.5000 keadaan di atas menyebabkan konsumen
menambah penggunaan makanan, misalnya dari 10 unit menjadi 15 unit. Pada
kuantitas dsn harga makanan yang baru ini, keseimbangan konsumen akan di capai
kembali.
PARADOK
NILAI
Sebelum
teori guna di kembangkan, ahli-ahli ekonomi menghadapi kesulitan di dalam
menerangkan perbedaan yang menyolok di antara harga air dan harga berlian. Air
merupakan barang yang sangat berharga kepada manusia tetapi harganya sangat
murah. Sedangkan berlian bukanlah benda yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari tetapi harganya jauh lebih
mahal dari harga air.
Hal
ini disebabkan dalam biaya produksi, air merupakan benda yang mudah di dapat di
berbagai tempat sehingga untuk memperolehnya tidak di perlukan biaya terlalu
besar. Tetapi tidak demikian halnya dengan berlian sebab ia merupakan barang
byang sangat sukar untuk diperoleh dan biaya untuk memproduksikannya sangat
tinggi.
Teori
nilai guna memberikan penjelasan yang lebih tepat mengenai sebabnya terdapat
perbedaan yang sangat yang nyata antara harga air dan berlian. Perbedaan
tersebut di sebabkan oleh nilai guna marjinal mereka yang sangat berbeda. Oleh
karena air sangat mudah di peroleh maka orang akan mengkomsumsi air sehingga
pada tingkat di mana nilai guna marjinal air sangat murah. Nilai guna marjinal
air adalah begituh sangat rendahnya sehingga orang baru mau menggunakan air
apabila harganya sangat murah sekali. Nilai marjinal yang menentukan apakah
suatu barang itu mempunyai barang yang tinggih atau rendah.
SURPLUS KONSUMEN
Teori
ini guna dapat pula menerangkan tentang wujudnya kelebihan kepuasan yang di
nikmati oleh para konsumen. Kelebihan kepuasan ini, dalam analisis ekonomi, di
kenal sebagai surplus konsumen.
Surplus konsumen pada hakikatnya berarti perbedan di antara konsumen yang diperoleh seseorang didalam mengkomsumsikan
sejumlah barang dengan pembayaran yang harus dibuat. Kepuasan yang diperoleh
selalu lebih besar dari pada pembayaran yang dibuat. Perhatikan contoh yang
sederhana berikut. Seorang konsumen pergi ke pasar untuk membeli mangga dan
bertekad membeli satu buah yang cukup besar apabila harganya Rp 1500. Sesampainya
dia mendapati bahwa mangga yang di inginkannya hanya berharga Rp 1000. Jadi ia
dapat memperoleh mangga yang diinginkannya dengan harga Rp 500 lebih murah dari
pada harga yangbersediah dibayarkannya. Nilai Rp 500 ini dinamakan surplus konsumen. Surplus konsumen
biasanya digambarkan dalam contoh angka
dan garfik surplus konsumen
BAB III
KESIMPULAN
Dari
pembahasan di atas yanng mencakup
mengenai Teori Tingka Laku Konsumen: teori Nilai Guna ( Utiliti), dapat
di simpulkan bebera hal, yaitu sebagai berikut:
1.
Teori
tingka laku konsumen menerangkan tentang perilaku konsumen di pasaran,
menerangkan sikap konsumen dalam membeli dan memilih barang yang akan di
belinya. Teori ini dikembangkan dalam dua bentuk: teori utiliti dan analisis
kepuasan sama.
2.
Dalam
teori utiliti perlu dibedakan dua konsep: utiliti total atau jumlah utiliti
dari mengkomsumsi sejumlah barang tertentu dan utiliti marjinal, yaitu tambahan
utiliti yang diperoleh dari menambah satu unit barang yang dikomsumsikan.pola
komsumsi ke atas sesuatu barang dipengaruhi oleh hukum utiliti marjinal yang
semakin menurun.
3.
Apabila
seseoramg hanya mengkomsumsi satu unit barang saja, kepuasan yang maksimum akan
dicapai ketika utiliti marjinal adalah nol.
4.
Teori
tingka laku konsumen dapat menerangkan mengapa kurva permintaan menurun dari
kiri katas ke kanan. Ini menggambarkan
apabiala harga turun, permintaan akan bertambah.
5.
Teori
nilai guna dapat pula digunakan untuk menerangkan tentang paradoks nilai, yaitu
keadaan di mana beberapa jenis barang yang sangat berguna dalam kehidupan
sehari-hari (seperti air dan udara) harganya sangat rendah, sedangkan barang
yang kurang berguna (seperti berlian) harganya sangat tinggi.
6.
Kepuasan
seorang konsumen dari mengkomsumsi suatu barang biasanya lebih tinggi dari
pengorbanan (pembayaran) yang dibuat untuk memperoleh batanng tersebut.
Perbedaan di antara keduanya dinamakan
surplus konsumen. Yang di mana surplus konsumen akan wujud dapat ditunjukkan
untuk kasus seseorang individu dan untuk keseluruhan konsumen dalam suatu pasar
barang.
DAFTAR PUTAKA
Sukirno, Sadono. 2014. MikroekonomiTeoriPengantarEdisiKetiga. Jakarta : PT
RajaGrafindoPersada
Sukirno,
Sadono.2011.Makroekonomi Teori Pengantar.Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar