Minggu, 29 Juni 2014

CerpenQ "Kisahku ketika Ospek di SMAK St. Thomas Aquinass,Waitabula. Nusa Tenggara Timur"


Kisahku ketika Ospek di SMAK St. Thomas Aquinass,Waitabula. Nusa Tenggara Timur

Hay sobat, hari ini aku mau cerita-cerita nih mengenai kisah masa-masa awal SMA ku tiga tahun silam. Aku tau ingatan manusia itu terbatas, jadi kisah-kisah ku ini hanyalah satu, dua atau tiga dari sekian ribu kisah yang pernah aku alami. Langsung saja yah, usai menerima surat tanda lulus SMP aku melanjutkan studi ku di SMA katolik st. Thomas Aquinas. Awalnya aku masih bingung memilih sekolah mana yang akan aku tuju tetapi setelah berbincang-bincang dengan guru SMP ku mereka menyarankanku untuk mendaftar di sekolah tersebut, lagi pula memang benar hanya sekolah itu saja yang sangat popular dan di segani orang-orang sekitar pada saat itu. Ya sudah, aku iakan saja..yaa meskipun sedikit terpaksa karena memang background sekolah tersebut bertolak belakang dengan keyakinan yang aku anut. Tapi yaa sudahlah, lagi pula menuntut ilmu di tempat yang  tak lazim bukan berarti aku mau atau harus mengikuti keyakinan tersebut.
Kisahku dimulai ketika aku hendak melangkahkan kakiku di gerbang sekolah tersebut, aku di sambut oleh sebuah tulisan gerbang SMAK St Thomas Aquinass dengan lambang kebesaran sekolah tersebut. Awalnya aku tertegun melihat gerbang tersebut dengan lambangnya yang benar-benar bernuansa katolik, namun setelah beberapa lama kemudian aku beranikan diriku untuk melangkah memasuki kompleks sekolah tersebut. Aku berjalan-jalan di koridor-koridor sambil memperhatikan situasi sekelilingku. Aku merasa nyaman berada di tempat ini, Sejuknya udara perbukitan membuatku serasa tinggal di daerah pedalaman, hijaunya pohon-pohon yang membuat mata terasa  lebih rileks, kesunyian dan keheningan yang membuat aku lebih dapat berkonsentrasi.  Akhirnya namaku di panggil, usai mengambil formulir di ruang tata usaha dan mengisinya formulir tersebut aku kembalikan lagi kepada guru yang bersangkutan. Tidak ada hal istimewa yang terjadi padaku selama awal pendaftaran.
Hari yang di tunggu-tunggupun akhirnya tiba, hari dimana para calon pelajar merasa was-was dan tegang mencari nama mereka dari sekian ratus daftar nama calon pelajar yang di terima di sekolah ini. Sejak awal aku yakin kalau aku memang di terima di sekolah ini, aku yakin kalau nilai ujian nasional dan ujian tertulis yang aku kerjakan kemarin-kemarin untuk dapat menjadi salah satu dari ribuan murid ini membuahkan hasil yang bagus. Alhamdulillah, setelah menyakinkan mataku di hadapan selembar kertas yang di tempel di dinding depan perpustakaan aku merasa bahwa keyakinan ku selama ini memang benar adanya. Syukur Alhamdulillah aku di tempatkan di kelas XIA yang menurut kabar burung merupakan kelas dimana para guru mempertimbangkan  masing-masing siswa entah itu dari segi prestasi maupun akademiknya, yaa bisa di bilang tempat tersebut merupakan tempat perkumpulan para pelajar dengan nilai yang cukup memuaskan.
Keesokan harinya kami para calon pelajar di suruh berkumpul di sebuah gedung yang ukurannya tidak terlalu luas, kami di bina dan perkenalkan bagaimana kondisi sekolah dan apa-apa saja peraturan yang harus kami di taati di sekolah ini. Aku yang saat itu sedang mengenakan kaos oblong itu duduk di kursi paling belakang dekat dengan jendela, sebenarnya aku tidak suka duduk di bagian belakang tapi karena dekat dengan jendela akhirnya aku memutuskan untuk duduk di tempat itu, aku merasa jenuh di tempat itu jadi sesekali ku tolehkan wajahku melihat para senior yang sedang berlalu-lalang di sekitar pohon. Di menit menit terakhir aku putuskan untuk membuka telepon untuk berkirim pesan dan bermain game, tiba-tiba salah seorang senior mendatangiku sambil menanyakan namaku, sontak aku terkaget, kupikir ia akan menegurku karena tak acuh dengan materi-materi yang di berikan, lama berpikir akhirnya ku katakan padanya  namaku, ia hanya mengangguk dan pergi meninggalkanku sembari bergabung kembali dengan teman-temannya. Usai acara tersebut akupun pergi menemui sahabat karibku semasa SMP yang memang dengan sengaja mendaftar di sekolah yang sama denganku, kukatakan padanya peristiwa yang aku alami pagi tadi, ia dengan santai hanya berpesan padaku agar aku hati-hati dan harus menghindar jika bertemu para senior. Aku hanya bisa menghela napas sambil mengkhayalkan kesulitan-kesulitan apa saja yang mungkin akan aku alami jika berpapasan untuk yang kedua kalinya dengan senior itu.
Ospek hari pertama yang paling tidak di sukai pelajar barupun tiba, hari  pertama  dimana para senior dan panitia osis turun langsung kelapangan untuk memerintah dan mendisiplinkan kami. Kami dipisah menjadi beberapa kelompok dengan tiga orang mentor, ketika sedang berbaris, aku melihat seorang senior sedang bermondar-mandir menelusuri barisan para pelajar sambil membaca lembaran kardus yang bertuliskan identitas mereka, aku hanya melirik beberapa kali karena merasa masih ada hal lain yang lebih penting aku saksikan, ialah komentar dan himbauan mentorku. Sesekali kembali ku tolehkan wajahku pada sosok seorang wanita yang masih berlalu-lalang di sekitar barisan, sontak aku terkaget ketika ia membalikkan wajahnya ke arahku, dengan reflex ku sembunyikan wajahku di antara bahu-bahu teman di sebelahku. Aku tak habis pikir ternyata ia benar-benar mencariku di waktu ospek. Sesekali kutolehkan kembali wajahku untuk mencari tau apakah ia masih ada di tempat itu atau tidak, tidak ku sangka ternyata ia berada tepat di belakangku. Aku yang saat itu gugup hanya dapat pasrah dengan apa yang akan di lakukan olehnya jika benar dia menemukanku. Pada detik itu aku hanya beruntung, ia meneruskan langkahnya ke barisan bagian depan tanpa menghiraukan kehadiranku, sepertinya ia telah lupa dengan wajahku. Maklum ketika saat itu rambutku masih dalam keadaan terikat jadi sepertinya ia tidak ingat wajahku dengan kondisi rambutku yang dalam keadaan terurai. Kulihat ia sedang berbicara dengan mentorku, selang beberapa menit setelah kepergiannya mentorku menghampiri kami sambil melihat atribut yang kami kenakan. Setelah membaca identitasku mentorku masih terlihat kebingungan, ia melanjutkan langkahnya menuju ke barisan paling depan, kulihat seorang mentor lain menhampiri mentorku sambil bercakap-cakap, kemudian mentorkupun kembali menuju ke barisanku, aku kaget ketika ia menyebutkan namaku tapi sepertinya ia masih bingung siapa sebenarnya pemilik nama tersebut terlihat dari wajahnya yang selalu menoleh tak tentu arah, spontan akupun bersuara sambil mengangkat tanganku, ku katakan padanya bahwa akulah si pemilik nama tersebut, ia hanya terkejut melihatku tak disangka ternyata orang yang selama ini dia cari ternyata berada tepat di hadapannya.
Selang beberapa saat kemudian senior yang pernah menanyakan namaku pun muncul, ia menatap sinis wajahku sambil memastikan apakah akulah orang yang ia maksud atau bukan, aku hanya menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ia lontarkan sambil menengadahkan wajahku ke tanah, ia membentakku agar melihat wajahnya tidak ketinggalan teman-temannya turut ambil bagian untuk menertawakanku. Ingin rasanya aku memberontak saat itu, tapi apa dikata aku hanyalah seorang pelajar baru yang ingin menjadi bagian dari keluarga besar ini, kukekang keinginanku tersebut dan kulakukan hal-hal yang ia perintahkan kepadaku seperti menari dan bernyayi. Merasa jenuh dengan hal tersebut iapun menyuruhku untuk mempraktekkan bagaimana caranya seekor unta menguap. Aku hanya tertegun sambil berkata bahwa aku tidak pernah melihat seekor unta menguap, bagaimana bisa aku praktekkan sedangkan aku saja belum pernah melihatnya meskipun hanya sekali. Oh iya aku lupa ceritakan bahwa masing masing peserta diberikan nama samara, entah itu nama tumbuhan, benda, bahkan nama hewanpun ada, nama samara identitasku saat itu adalah Unta, yaaup nama tergaul pemberian seorang panitia ospek yang paling tampan dan paling bersinar di antara para panitia cowok lainnya; aku kenal orang ini, dia kakak seniorku sewaktu di masa SMP dulu, ia sering duduk di tempat jualan ayahku sambil memperhatikanku., tidak aku hiraukan karena saat itu aku tidak punya pikiran lain terhadap orang itu, kupikir ia hanya kurang kerjaan, jadi menghabiskan waktu luangnya dengan duduk bersantai santai di tempat duduknya. Oke aku lanjutkan cerita yang sebelumnya ya, setelah mendengar perkataan ku tadi senior itu terdiam sebentar, lalu dengan suara kerasnya ia menyuruhku untuk menyimak apa yang sedang ia prakterkkan, Sontak aku tertawa lepas melihat gerak bibir ala unta menguap yang di praktekkan senior tersebut, iapun terkaget mendengar pecahan suaraku, dengan nada suara yang tinggi ia menyuruhku untuk diam. Ia memang seketika mulutku langsung terdiam, tapi tidak dengan badanku yang terus bergerak-gerak menahan tawa yang menyesakkan dada. Teman-teman senior lainnya yang saat itu melihat kelakuankupun datang menghampiriku, mereka berbondong-bondong menyudutkanku sambil memarahiku karena telah mempermainkan kakak tadi, langsung saja mereka menyuruhku untuk mempraktekkan seperti yang di praktekkan oleh kakak senior tadi. Apa boleh buat, aku hanyalah minoritas saat itu, dengan berat hati terpaksa ku praktekkan bagaimana cara unta menguap, lalu merekapun berbalik menertawakanku dan entah kenapa akupun ikut tertawa pada saat itu. Entahlah apakah pada saat itu aku menertawakan senior yang menertawakanku atau mungkin aku hanya menertawakan diri ku sendiri. Mereka semua marah kepadaku, mereka menyuruhku untuk kembali diam dan tiba-tiba bel pengiring berbunyi, terlihat para pelajar lainnya sedang sibuk mengemasi atribut mereka, dengan sigap aku berlari di antara kerumunan pelajar sambil melambaikan tanganku pada para senior. Salah satu dari mereka menunjuk ke arahku. Usai melihat adegan itu akupun tak berani menolehkan pandanganku kearah mereka, dan ketika tiba waktunya seluruh para mahasiswa baru di bubarkan dengan cepat ku ambil tas dan menjadi orang pertama yang keluar dari pintu gerbang.
Ospek hari keduapun di mulai. Pagi itu aku bangun terlambat, dengan tergesa-gesa ku kenakan semua atributku sambil berlari keluar rumah mencari ojek dengan memakan sepotong kue di tanganku. Ketika di perjalanan tak terlihat satupun pelajar yang masih berjalan kaki, aku semakin merasa takut karena ku pikir mungkin hanya aku satu-satunya pelajar yang terlambat saat itu. Kuputuskan untuk alpa dan bersembunyi di rumah temanku yang kebetulan minta ijin karena sakit, tapi seketika aku berubah pikiran ketika kulihat ternyata masih ada orang lain selain diriku yang terlambat. Akhirnya akupun turun dari sepeda motor, kami di hadapkan pada senior yang memang khusus menjaga pintu gerbang, kami yang pelajar putri hanya di suruh untuk berjongkat-jongkat sambil menyanyikan lagu bebas sedangkan yang putra di suruh lari keliling lapangan sambil memungut sampah. Aku tau ini memang pantas kami dapatkan karena telah melanggar peraturan yang di terapkan di sekolah berdisiplin ini. Usai itu kamipun berbaur dengan barisan lainnya untuk mengikuti petunjuk selanjutnya dari para mentor. Tak lama kemudian masing-masing para mentor mengarahkan kami untuk melakukan pemanasan, Pada hari itu kami semua memang di minta untuk memakai baju olahraga, kupikir kami hanya bersenam saja ternyata tidak…, kami di suruh berbaris dan berlari meninggalkan sekolah menuju ke lapangan Karitas dekat BHK. Aku bersyukur pada saat itu penyakit asam lambungku tidak muncul sehingga aku bisa berlari bebas tanpa ada hambatan yang berarti. Sesampainya disana kami di suruh latihan baris-berbaris dan berganti-gantian menjadi pemimpin barisan dalam memberikan aba-aba. Sesekali kami putuskan untuk beristirahat sebentar karena cuaca saat itu memang benar-benar sangat cerah, sinar matahari tepat serasa berada di atas kepala sambil masuk menusuk pori-pori tubuh kami. Karena terlalu seriusnya kami tidak terasa hari sudah beranjak senja, dengan wajah yang kusam, keringat yang terus mengalir dan baju yang seolah-olah baru dicuci dengan campuran pewangi alami kami di kumpulkan kembali dalam bentuk barisan bersaf dan kembali di berikan petunjuk agar kembali besok pagi ke sekolah untuk mengikuti ospek yang terakhir kalinya. Entah saat itu aku harus bergembira atau tidak karena penderitaan ini akan berakhir, yang terlintas di pikiranku saat itu hanyalah air.. cairan jernih tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau yg terdapat dan diperlukan dl kehidupan manusia, hewan, dan tumbuhan yg secara kimiawi mengandung hidrogen dan oksigen,  benda cair yg biasa terdapat di sumur, sungai, danau yg mendidih pd suhu 100o C.
Akhirnya hari terakhirpun tiba, hari dimana para senior mencurahkan semua keluh kesalnya, keisengannya dan lainnya kepada para junior,. Seperti biasanya, hari itu aku terlambat lagi, tetapi kali ini bukan hanya beberapa saja yang terlambat melainkan setengah dari total seluruh junior tersebut, sepertinya kami semua benar-benar kelelahan sehingga janjian untuk datang terlambat. karena jumlah kami yang terlalu banyak para panitia ospek tidak memberikan kami hukuman, karena kalaupun harus di berikan hukuman itu akan benar-benar membutuhkan waktu yang lama agar semuanya terealisasi dan pastinya akan sangat menguras waktu. Kamipun berbaris sambil mendengarkan sambutan dari ketua osis dan pidato selamat datang yang di utarakan oleh kepala sekolah. Senyum dan tawa kami ternyata hanya terjadi pada saat berhadapan dengan kepala sekolah, setelah waktu sepenuhnya di serahkan kepada para senior satu persatu dari kamipun mulai di panggil oleh beberapa senior. Tentu saja para junior yang biasanya di panggil itu bukan asal panggil dan di kerjain, selalu ada alasan kenapa seorang senior menargetkan para junior lainnya, entah itu karena kecantikannya, ketampanannya, keberaniannya melawan senior bahkan ada pula yang karena pasrah dan pendiam menjadi mangsa empuk para senior. Sudah aku perkiran hal ini akan terjadi, jadi kuputuskan untuk bersembunyi di toilet sekolah sambil mendengarkan beberapa lagu. Selang beberapa lama Aku mulai jenuh dengan aktivitasku saat itu jadi kuputuskan untuk keluar sambil melihat-lihat kehebohan apa yang di lakukan oleh junior-junior lainnya. Ketika melangkahkan kakiku keluar dari pintu toilet pemandangan yang sungguh luar biasa tertangkap oleh lensa mataku. Koridor dan lapangan-lapangan yang saat sebelumnya sepi dan sunyi kini bagaikan pasar central yang lagi musim tahun baru, aku hampir tidak bisa membedakan yang mana senior dan yang mana yang bukan, semuanya berbaur. Kulangkahkan satu persatu kakiku di koridor sambil melihat-lihat di dalam jendela ruang kelas, tampak terlihat para senior sedang menyuruh para junior bernyanyi, menari dan menirukan berbagai macam ekspresi, aku yang hanya melihat dari luar kaca saja tertawa tidak kepalang apalagi mereka yang melihat langsung ekspresinya. Kulanjutkan langkahku menuju ruang lainnya, tampak beberapa junior sedang menyapu dan membersihkan kaca sambil di jaga oleh beberapa senior. Tanpa sengaja senior tersebut menoleh kearahku yang saat itu hanya mengintip-intip kegiatan mereka lewat jendala, ia memanggilku untuk ikut membantu tapi aku pura-pura tidak mendengar dan terus berjalan menjauhi jendela tersebut. Ia pun keluar dan menuju kearahku. Untuk mengantisipasi agar aku tidak di jadikan bahan lelucon spontan aku langsung berkata kepada senior tersebut bahwa aku sedang di suruh oleh kepala sekolah untuk memanggil kak cindy (nama yang tidak aku tahu siapa pemiliknya), iapun percaya dan membiarkanku lewat. Ku teruskan langkahku sambil melihat kearah taman-taman dan lapangan sekolah, Nampak temanku sedang di kerjain oleh senior, ia disuruh untuk merayu sebuah pohon kering dan akan di lepaskan oleh senior tersebut jika pohon tersebut menunjukkan pucuk pertamanya., aneh… ada yang di suruh oleh senior untuk berteriak keliling lapangan dengan ungkapan saya orang gila, bahkan ada lagi yang di suruh untuk memanjat pohon dan parahnya lagi sampai-sampai beberapa teman-teman putrid sampai menangis terisak-isak karena di kerjain. Kata beberapa senior kenalanku ini hanyalah keisengan kecil, tidak sebanding dengan apa yang pernah mereka rasakan di waktu itu.
 Lalu kuteruskan langkahku dan tiba-tiba seseorang memanggilku dari belakang, ialah sahabat ku ketika masih SMP, kutanyakan kepadanya apa yang bisa ku bantu, ia hanya berkata padaku bahwa beberapa senior sejak tadi mencariku kemana-mana. Aku terkaget dan bingung kenapa mereka masih sempat-sempatnya mengingat dan mencariku. Apa sebenarnya yang mereka inginkan dariku. Tiba-tiba salah seorang senior yang memberikanku samaran unta datang menghampiriku. Ia menyuruhku untuk mengikutinya, berkali-kali ku tanyakan kemana aku akan di bawa, ia hanya diam sambil mengacuhkan pertanyaanku. Kamipun tiba di ruang kelas lainnya, ia menyuruhku untuk mengemis cinta kepada senior yang lumayan tampan sambil meminta nomer hpnya, ku katakan padanya bahwa aku  tidak menyukai senior itu, jadi bagaimana mungkin aku harus mengemis-ngemis cintanya. Mendengar pernyataan ku tadi senior itupun langsung menyuruhku duduk, kami terdiam beberapa saat. Senior yang tidak jadi ku rayu tiba-tiba memecahkan keheningan, ia hanya membertahukanku ukuran sepatunya, langsung ku katakan berapa ukuran sepatunya kepada senior pemberi samaran unta. Akhirnya ia membiarkanku pergi meski dengan ketidak ikhlasan. Setelah sampai di kelas ku, aku langung berfikir apakah aku saat itu sangat tidak sopan atau sebaliknya. Aku pasrah apakah aku akan menjadi orang yang di benci para senior ataupun tidak.
Setelah sibuk mengerjakan pekerjaan office girls di kelas, kamipun di ijinkan pulang oleh para guru. Aku bersyukur bahwa hari yang begitu panjang dan di penuhi oleh dinamika kehidupan ini akhirnya usai.
Selang beberapa hari kemudian senior yang memberikanku samaran unta menyatakan perasaannya kepadaku, ku kira temannyalah yang akan mengungkapkan pernyataan itu tapi ternyata justru dia, orang yang paling tidak ku suka lihat caranya menebar pesona dan selalu ku cap sebagai cowok playboy. Butuh 2 minggu kuputuskan apakah aku menerima cintanya atau tidak, slama 2 minggu itu pula mantan si cowok tadi terus mendorongku untuk menerima cintanya.. entah kenapa mantan si cowok ini sangat setuju kalau aku benar-benar jadian dengannya. Aku bingung padahal merekalah yang lebih serasi kelihatannya. Akhirnya kuputuskan untuk menerima cintanya. Tapi dengan syarat kalau hubungan kami ini tidak boleh merembes ke seluruh penghuni sekolah.
Tak disangka ternyata gossip tentang kami merebes ke seantero penghuni sekolah, teman-teman kelasku selalu memanggilku dengan nama cowok itu dan pastinya aku sangat tidak merasa nyaman dengan hal itu. Aku yang saat itu jarang sekali bergaul tiba-tiba mempunyai banyak sekali teman, bahkan aku sangat popular dan menjadi bahan perbincangan para senior. Ketika pulang sekolah aku sering di sapa oleh orang-orang yang tidak aku kenal. Memang menjadi popular itu menyenangkan, hanya saja bukan karena prestasiku melainkan karena menjadi pacar senior yang cool di sekolah itu. Selang beberapa hari kemudian, entah kenapa aku mulai merasa bahwa aku harus mengakhiri kisah asmaraku dengan senior itu. Akhirnya kuputuskan ia dengan cara yang sering di lakukan oleh para pecundang, melalui pesan singkat. Aku tahu saat itu aku memang benar-benar seorang pecundang. Aku tidak tau apakah dia membacanya atau tidak, karena tidak ada balasan yang aku terima dari pesan itu, jadi aku anggap saja kalau ia juga setuju untuk berpisah. Saat itu aku benar-benar sangat egois, aku tahu kalau dia seperti menjauhiku bukan karena hal lain melainkan ujian nasional dan masuk tes perguruan tinggi yang akan ia jalani. Hanya saja aku tidak  tahan kalau terus-terus di acuhkan seperti itu. Jadi ya berpisah merupakan  pilihan terbaik yang harus ku pilih.
Selang beberapa hari kemudian orang-orang masih memanggilku dengan nama mantanku, rupanya mereka belum tahu bahwa kami telah putus, situasi ini tak berlangsung lama. Seiring berjalannya waktu mereka mulai melupakan hal itu. Dan mulai saat itu kehidupanku kembali berjalan normal seperti biasanya.
Aku tidak tau mengapa aku bisa terilhami untuk menuliskan kisah ku ketika awal masuk SMA ini dan ketika Opak pada kertas tanpa noda ini. Aku Cuma berharap bahwa pengalaman yang aku bagikan ini bisa menghibur orang-orang di sekitarku. Dan apabila ada khilaf ataupun ada yang merasa tersinggung akan hal ini aku mohon maaf yang sebesar-besarnya. Karena memang aku hanya manusia biasa yang tidak terlepas olehnya. Syukroon ya buat teman-teman yang telah membaca pengalamanku ini. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar