Senin, 16 Juni 2014

Makalah Ilmu AlQuran, Qashas ( Kisah )


Makalah Ilmu AlQuran
Qashas ( Kisah )

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar
2013/2014



I.       PENGERTIAN KISAH (QASHASH)
Kisah berasal dari kata Al-Qashshu yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Juga dikatakan sebagai “qashashtu atsarahu” yang berarti “saya mengikuti atau mencari jejaknya” kata al-qashash adalah bentuk masdar. Seperti firman Allah swt :

قَالَ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ ۚ فَارْتَدَّا عَلَىٰ آثَارِهِمَا قَصَصًا

(Al-Kahfi : 64).

dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa yang perempuan: Ikutilah dia).”(Al-Qashash:11). Maksudnya, ikutilah jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya.
Qashash berarti berita yang berurutan. Firman Allah :

   وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ ۚ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ

Artinya : “sesungguhnya ini adalah berita yang benar”. (Ali Imran : 62) ;


Artinya : “sesungguhnya pada berita mereka itu terdapat perjalanan orang-orang yang berakal.” (Yusuf:111).
Qashash Al-Qur’an adalah pemberitaan tentang hal ihwal umat yang lalu, tentang nabi dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-qur’an banyak mengandung tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan atau jejak-jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona.



II.    JENIS-JENIS KISAH DALAM AL-QUR’AN
1.      Kisah para nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat yang memperkuat dakwahnya, sikap-sikap orang-orang yang memusuhinya, tahapan-tahapan dakwahdan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mempercayainya dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
2.      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang keluar dari kampong halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua orang putra Adam, penghuni gua, Zulkarnain, Maryam, dan lain-lain.
3.      Kisah-kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah, seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surah Ali ‘Imran, perang Hunain dan Tabuk dalam surah At-Taubah, dan lain-lain.


III. HIKMAH KISAH-KISAH AL-QUR’AN
Kisah-kisah dalam Al-qur’an mempunyai banyak hikmah, diantaranya :
1)      Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawah oleh para nabi,


Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan selain Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku.” (Al-Anbiya’:25).

2)      Meneguhkan hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan orang Mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya kebatilan dan para pembelanya.
Dan semua kisah rasul-rasul yang Kami ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.”(Hud: 120).

3)      Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabdikan jejak dan peninggalannya.

4)      Menampilkan kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal ihwal orang-orang terdahulu disepanjang kurun digenerasi.

5)      Menyingkap kebohongan ahli kitab dengan cara membeberkan keterangan yang selama mereka sembunyikan, kemudian menentang mereka dengan menggunakan ajaran kitab mereka sendiri yang masih asli, yaitu sebelum kitab itu diubah dan diganti. Misalnya firman Allah :

Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum taurat diturunkan. Katakanlah: (Jika kamu mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum Taurat), maka bawalah Taurat itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar.” (Ali Imran: 93).

6)      Kisah termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar mempengaruhi jiwa. Firman Allah:


Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (Yusuf:111).


IV. PENGULANGAN KISAH DAN HIKMAHNYA
Al-Qur’an banyak mengundang kisah-kisah yang diungkapkan secara berulang kali dibeberapa tempat. Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam Al-Qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedangkan ditempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar, dan sebagainya. Diantara hikmahnya ialah:
1)            Menjelaskan ke-balaghah-an Al’Qur’an dalam tingkat yang tinggi. Sebab di antara keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam berbagai macam bentuk yang berbeda.
2)            Menunjukkan kehebatan mukjizat Al-Qur’an



V.    PENGARUH KISAH-KISAH AL-QUR’AN DALAM PENDIDIKAN DAN MENGAJARAN

Metode kisah akan lebih digemari dan menembus relung jiwa manusia dengan mudah daripada metode talaqi.

Dalam kisah-kisah Qur'an ini terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali mereka dengan bekal pendidikan berupa peri kehidupan para nabi, berita tentang umat-umat terdahulu, sunatullah dalam kehidupan masyarakat.


VI. PERBEDAAN ANTARA KISAH AL-QUR’AN DENGAN KISAH LAIN
Secara dasar, kisah-kisah al-Quran sangat berbeda dengan kisah-kisah lainnya dari berbagai segi dan sisi. Akan tetapi, dapat dikatakan bahawa titik pembeza paling mustahak antara kedua jenis kisah itu adalah tujuan yang hendak dicapainya. Pada hakikatnya, tujuan itulah yang menjadi pembeza utama antara kedua jenis kisah itu.
Setiap orang yang ingin menceritakan atau menulis sebuah cerita, ia pasti memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapainya. Sebahagian orang sangat meminati seni cerita kerana unsur seninya belaka. Dengan kata lain, ia menekuni bidang seni ini supaya bakat seninya bertambah maju dan berkembang pesat. Sebahagian yang lain menekuni bidang seni ini dengan tujuan hanya ingin mengisi kekosongan waktunya. Dan kelompok ketiga menelusuri kehidupan seni hanya ingin mengetahui dan menukil biografi dan sejarah generasi yang telah lalu (seperti saya dan saudara).

Ringkasnya, setiap orang menekuni seni cerita ini atas dasar faktor dan dorongan tertentu, serta ingin mencapai tujuan yang diinginkannya. Hal itu dikeranakan seni cerita memiliki daya tarik khusus yang tidak dimiliki oleh seni-seni lainnya.
Al-Quran pun tidak luput dari kaedah di atas. Ia pun memiliki tujuan tertentu dalam kisah-kisah yang dipaparkannya. Yang pasti, tujuannya di balik pemaparan kisah-kisah itu tidak terlepas dari tujuan universalnya. Yaitu, hidayah dan memberikan petunjuk kepada umat manusia, mendidik mereka secara benar dalam setiap sisi kehidupan, mengadakan reformasi sosial secara mendasar, dan akhirnya menciptakan individu dan masyarakat yang soleh, berkeperibadian Ilahi, dan beriman.

VII.    TUJUAN KISAH-KISAH AL-QUR’AN
Jika kita menelaah kisah-kisah al-Quran dengan saksama, kita akan memahami bahawa dengan perantara kisah-kisah itu Allah ingin menyampaikan inti penting yang dikemas dalam bentuk cerita dan kisah. Di antara tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut ini:
a.       Membuktikan kewahyuan al-Quran dan kebenaran misi Nabi Muhammad s.a.w.; semua yang disampainya adalah wahyu yang turun dari Allah demi membimbing umat manusia ke jalan yang lurus. Dengan memperhatikan kecermatan dan kejujuran al-Quran dalam menukil kisah-kisah itu, kewahyuannya akan dapat dibuktikan. Al-Quran sendiri telah mengisyaratkan hal ini ketika ia menukil kisah-kisah para nabi, baik di permulaan maupun di akhir kisah. Ia berfirman,
“Kami akan menceritakan kepadamu cerita terbaik dengan apa yang telah Kami wahyukan al-Quran ini kepadamu meskipun sebelumnya engkau termasuk di antara orang-orang yang lupa (baca : tidak mengenal kisah itu)”. (Q.S. Yusuf [12] : 3)
Setelah menukil kisah Nabi Hud as, Ia berfirman,
“Itu semua termasuk dari berita-berita ghaib (yang) Kami wahyukan kepadamu. Sebelum ini, engkau dan kaummu tidak mengetahuinya. Maka, bersabarlah! kerana masa depan berada di tangan orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Hûd [11] : 49)
b.      Membuktikan kesatuan agama dan akidah seluruh nabi a.s.. kerana mereka semua datang dari Allah, intisari dakwah mereka adalah satu dan mereka mengajak umat manusia kepada satu tujuan. Dengan mengingatkan kembali tujuan yang satu ini, di samping ingin menegaskan kesatuan akar dakwah seluruh agama dan umat manusia, al-Quran juga ingin menekankan bahawa intisari dakwah para nabi as tidak berbeza antara satu dengan lainnya.
Tujuan ini telah sering diisyaratkan dalam beberapa ayat al-Quran. Realiti ini dapat kita telaah dalam surah al-A’râf [7] : 59, 65, 73, dan 85.
Sebagai contoh, Allah berfirman,
“Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu, ia berkata, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, tiada Tuhan bagi kalian selain-Nya. Sesungguhnya aku takut azab yang besar terhadap kalian”.(Q.S. Al-A’râf [7] : 59)
Menyembah Allah adalah satu tujuan yang diproklamirkan oleh seluruh nabi dan rasul as.
c.       Menjelaskan kesatuan tatacara dan saranan para nabi as dalam berdakwah, kesatuan sikap mereka dalam menghadapi masyarakat, bagaimana sikap masyarakat dalam menanggapi ajakkan mereka, dan kesamaan adat-istiadat yang berlaku di dalam masyarakat ketika mereka mulai berdakwah.
Realiti ini dapat kita telaah bersama dalam surah Hûd [11] : 25, 27, 50, dan 61.
d.   Membenarkan khabar-khabar gembira dan peringatan- peringatan Ilahi secara nyata dengan memberikan contoh-contoh nyata tentang hal itu. Semua itu adalah suatu implementasi dari rahmat Ilahi bagi orang-orang yang taat dan azab Ilahi bagi para pembangkang.
e.   Menjelaskan rahmat dan nikmat Ilahi yang telah dicurahkan atas para nabi a.s. sebagai hasil kedekatan hubungan mereka dengan Allah. Sebagai contoh, hal ini dapat kita temukan dalam kisah Nabi Sulaiman, Daud, Ibrahim, Isa, Zakaria, dan lain-lain.
f.    Mengemukakan permusuhan kuno syaitan terhadap umat manusia di mana ia selalu menanti kesempatan untuk menyesatkannya. Kisah Nabi Adam a.s. adalah sebuah contoh riil untuk hal ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar