Senin, 16 Juni 2014

Makalah Ilmu Filsafat, Ilmu Hermeneutika


Makalah Filsafat
Ilmu Hermeneutika


Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar
Tahun Akademik 2013/20114


Kata pengantar
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T yang dengan rahmat dan hidayahNya penulis masih di berikan kehidupan dan di berikan kesempatan untuk menyelesaikan tugas yang di berikan oleh dosen pengampu. Shalawat dan salam tidak lupa penulis hanturkan kepada Nabi Besar ummat muslimin Muhammad S.A.W yang telah membawa kita semua dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang. Kepada pembaca yang budiman, dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktifnya sekiranya dalam makalah ini terdapat kekeliruan dan kesalahan sehingga makalah ini dapat bermanfat adanya.
Samata, Gowa. Juni 2014

                                                                             Kelompok 1 (satu)

A.               Pengertian Hermeneutika
Istilah hermeneutika berasal dari kata Yunani; hermencuein,yang artinya diterjemahkan "menafsirkan", kata bendanya: hermeneia artinya "tafsiran". Dalam tradisi Yunani kuno kata hermeneuein dipakai dalam tiga makna, yaitu mengatakan (to say), menjelaskan (to explain), dan menerjemahkan (to translate). Dari tiga makna ini, kemudian dalam kata Inggris diekspresikan dengan kata: to interpret, Dengan demikian perbuatan interpretasi menunjuk pada tiga hal pokok: pengucapan lisan (an oral recitation), penjelasan yang masuk akal (areasonable explanation), dan terjemahan dari bahasa lain (a translation from another language), atau mengekspresikan.
Menurut istilah, hermeneutika biasa dipahami sebagai: "the art and science of interpreting especially authoritative writings; mainly in application to sacred scripture, and equivalent to exegesis" (seni dan ilmu menafsirkan khususnya tulisan-tulisan berkewenangan, terutama berkenaan dengan kitab suci dan sama sebanding dengan tafsir). Ada juga yang memahami bahwa hermeneutika merupakan sebuah filsafat yang memusatkan bidang kajiannya pada persoalan "understanding of understanding (pemahaman pada pemahaman)'' terhadap teks, terutama teks Kitab Suci, yang datang dari kurun, waktu, tempat, serta situasi sosial yang asing bagi paia pembacanya.
Istilah hermeneutika sering dihubungkan dengan nama Hermes, tokoh dalam mitos Yunani yang bertugas menjadi perantara antara Dewa Zeus dan manusia. Namun dalam perkembangan selanjutnya definisi hermeutika ini mengalami perkembangan, yang semula hermeneutika dipandang sebagai ilmu tentang penafsiran (science of interpretation). Dalam  perkembangan selanjutnya definisi hermeneutika menurut Richard E. Palmer dibagi menjadi enam, yakni:
1.        Teori penafsiran Kitab Suci (theory of biblical exegesis)
2.         Sebagai metodologi filologi umum (general philological methodology).
3.        Sebagai ilmu tentang semua pemahaman bahasa (science of all linguistic understanding).
4.         Sebagai landasan metodologis dari ilmu-ilmu kemanusiaan (methodological foundation of Geisteswissenschaften)
5.         Sebagai pemahaman eksistensial dan fenomenologi eksistensi (phenomenology of existence dan of existential understanding)
6.        sebagai sistem penafsiran (system of interpretation).

B.     Pendapat dari beberapa tokoh tentang hermeneutika
1. Dalam pandangan Friederich Sehleiermacher menyatakan bahwa pemahaman                                     hermeneutika mempunyai dua dimensi,yakni:
a.    Penafsiran gramatikal, yang berkaitan dengan aspek linguistik yang membentuk batasan-batasan di mana sebuah kegiatan berpikir diatur. Dalam penafsiran ini, pendekatan yang digunakan dengan menggunakan metode komparatif yang bermula dari yang umum ke yang khusus. Penafsiran disebut juga penafsiran obyektif serta dapat juga dikatakan penafsiran negatif. Hal ini disebabkan hanya menunjukkan batas-batas pemahamannya saja.
b.  Penafsiran psikologis, yang berusaha menciptakan kembali tindak kreatif yang menghasilkan teks dan kegiatan sosial. Penafsiran psikologi melibatkan  penempatan seseorang dalam pikiran penulis atau actor social supaya dapat mengetahui apa yang diketahui oleh seorang penulis atau yang dipersiapkan dalam kegiatan social. Hal ini merupakan proses yang memerlukan banyak tenaga untuk menyusun konteks kehidupan tempat suatu kegiatan terjadi dan mendapatkan makna. Dalam penafsiran ini, pendekatan yang digunakan dengan metode komparasi dan semacam ramalan. Dalam metode ini pelaku hermeneutika mentransformasikan dirinya dalam diri penulis untuk menggali proses mentalnya. Penafsiran ini disebut juga penafsiran teknis. Melalui penafsiran inilah tugas seorang hermeneutic terpenuhi. Selain disebut sebagai penafsiran teknis, penafsiran ini juga disebut penafsiran positif karena berusaha memahami tindak berpikir yang melahirkan wacana.

2. Dalam pandangan Dilthey , yang dikenal sebagai filosof terpenting paruh kedua abad 19, hermeneutika memang bermula dari analisis psikologis akan tetapi akhirnya harus dikembangkan ke konteks social yang lebih luas. Dia juga berpendapat bahwa sebuah fenomena harus ditempatkan pada situasi keseluruhan yang lebih luas tempat fenomena tersebut mendapatkan maknanya, bagian-bagian memperoleh pemaknaan dari  keseluruhan dan keseluruhan mendapatkan pemaknaan dari bagian-bagian. Jadi yang menjadi penekanannya bergeser dari pemahaman empatik atau rekonstruksi proses mental orang lain kea rah penafsiran hermeneutik tentang produk budaya struktur konseptual.
3. Husserl mengembangkan hermeneutikanya didasarkan pada prinsip fenomenologi. Baginya ada 3 pendapat mengenai konsep hermeneutika.,yakni:
1.      Hasil sebuah penafsiran haruslah bebas dari relativitas historis dan perubahan  social.
2.      Kesadaran harus bebas dari dugaan supaya diperoleh kebenaran mandiri.
3.      Data yang bersifat apa adanya harus dibuang
 4.  Menurut Gadamer dalam hermeneutika tertarik pada proses pemahaman. Pemahaman harus diletakkan dalam tradisi historis , suatu waktu dan tempat teks ditulis . Hermeneutik berlengsung di luar analisis teks menuju ke konteks historisnya. Ada 3 pendapat menurutntya tentang hermeneutika yakni:
1.      Kegiatan hermeneutic diterapkan pada sesuatu di luar apa yang dikatakan menuju pada sesuatu  yang secara alami ketika dikatakan  makna sehari-hari dan situasi dimana percakapan itu terjadi.
2.      Hermeneutik dilakukan dengan cara memadukan horizon pelaku hermeneutic dan horizon teks sasaran.  Benturan dengan horizon lain akan memunculkan kesadaran yang berupa asumsi dan dugaan tentang horizon suatu makna yang belum disadari.  Dalam hal ini hermeneutika adalah penjembatan atau mediasi bukannya rekonstruksi.
3.      Pembacaan sebagai bagian dari hermeneutik melibatkan aplikasi sehingga pembaca menjadi bagian dari yang ia mengerti. Karena itu ketermilikan, partisipasi, bahasa sebagai medium berpengalaman tentang dunia adalah landasan yang nyata bagi pengalaman hermeneutik.
6. Dalam perkembangan selanjutnya, Ricoeur mengembangkan hermeneutikanya  dengan berbasis pada teks. Dia memanfaatkan dikotomi langue dan parole serta mencarikan posisi eksplanasi dan pemahaman dalam sebuah penafsiran.


C.    Biografi Tokoh-tokoh Pengembang Hermeneutika
Tokoh-tokoh Pengembang Hermeneutika
1.         Friederich Sehleiermacher
Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher (1768 -- 1834) adalah anak seorang pendeta tentara di Silesia Utara. Kedua orang kakeknya juga pendeta. Ayahnya yang memiliki kecenderungan pietis (gerakan yang menekankan doktrin alkitabiah, kesalehan pribadi, dan kehidupan Kristen yang berkobar-kobar) yang kuat, mengirimnya ke seminar Moravian di Barby dengan harapan supaya segala kecenderungan ini akan bertambah berkembang di dalam diri anaknya.
Ketika itu Schleiermacher belajar di Halle (kemudian menjadi pusat pemikiran radikal di Jerman) dan Berlin. Sesudah masa tugas sebagai seorang guru pribadi, dia kembali ke Berlin sebagai pendeta dari Rumah Sakit Charity, dan diterima di sebuah perkumpulan para penulis dan pujangga Romantik. Kelompok itu memberontak melawan pandangan-pandangan rasionalis dari Pencerahan, dan menekankan peranan misteri, imajinasi, serta perasaan. Dalam periode inilah Schleiermacher menerbitkan bukunya yang terkenal, "On Religion: Speeches to its Cultured Despisets" (1799).
Pada tahun 1804, dia kembali ke Halle sebagai seorang profesor. Tetapi peperangan Napoleon mengharuskannya untuk berdiam di Berlin, sebab perjanjian perdamaian Peace of Tilsit memutuskan hubungan Halle dari wilayah-wilayah Prusia lainnya. Di Berlin, Schleiermacher meneguhkan dirinya sebagai salah seorang dari tokoh intelektual terkemuka dari negaranya. Dia memainkan peranan terpenting dalam pembentukan Universitas Berlin tahun 1810 dan memimpin fakultas teologinya. Tetapi teologi bukan satu-satunya minatnya.
Beberapa jilid terjemahan dari Plato yang dikerjakannya untuk waktu yang lama, menjadi edisi baku di Jerman. Aliran karangan atau tulisan-tulisan yang dipelajari terus-menerus mengalir dari penanya, banyak di antaranya mula-mula muncul dalam bentuk naskah-naskah yang dipersembahkan kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia (Prussian Academy of Sciences). Selama waktu itu, Schleiermacher melayani secara tetap di Trinity Church yang moderat di Berlin.
Karya-karya Schleiermacher yang dikumpulkan di Jerman setelah ia meninggal terdiri dari tiga puluh jilid (hampir terbagi rata antara khotbah-khotbah, tulisan-tulisan teologis, dan tulisan-tulisan filsafat). Ini semua mencakup sebuah buku berjudul "Life Of Jesus". Karya yang paling penting di antara semuanya adalah sebuah buku yang berusaha memaparkan secara sistematis pendekatan baru Schleiermacher terhadap kekristenan, "The Christian Faith" (1821-22, 1830-31/2).
2.         Wilhelm Dilthey
Wilhelm Dilthey (lahir di Biebrich, Wiesbaden, Konfederasi Jerman, 19 November 1833 – meninggal di Seis am Schlern, Austria-Hongaria, 1 Oktober 1911 pada umur 77 tahun) adalah seorang sejarahwan, psikolog, sosiolog, siswa hermeneutika, dan filsuf Jerman. Ayahnya merupakan seorang pendeta dan pengkhotbah sesuai dengan tradisi yang dijalani keluarganya secara turun-temurun. Ia menganut paham liberal dan teologi protestan serta sangat tertarik pada sejarah dan politik. Ibunya adalah anak dari seorang konduktor musik dan ibunya sendiri juga sangat menyukai music. Pada tahun 1852, setelah menyelesaikan pendidikannya di Wiesbaden, Dilthey meninggal pada tahun 1911 dan hanya mempublikasikan tiga buku serta beberapa esai.

3.        Gadamer
Hans Georg Gadamer lahir di kota Marburg, Jerman pada 11 Februari 1900. Ia anak dari seorang ahli kimia farmasi, seorang Privatdozent di Universitas Marburg, bernama Dr. Johannes Gadamer (1867–1928) pernah diminta untuk menjadi profesor luar biasa di universitas Breslau, yang memiliki sikap tegas, keras dan penuh disiplin dalam setiap keadaan dengan berkarakter budaya Prusia. dan ibunya bernama Emma Caroline Johanna Gewiese (1869–1904) seorang ibu rumah tangga penganut Protestan yang taat dan konservatif, yang berhati lembut dan memiliki sikap yang penuh puitis. Walaupun dibesarkan dalam keluarga akademisi dan Protestan yang taat, Gadamer memilih mundur atau bungkam jika ditanyakan mengenai imannya.
Hans Georg Gadamer dalam menyumbangkan sebuah pemikirannya terhadap hermeneutika tidak dapat dilepaskan dari pengaruh filsafat Martin Heidegger. Gadamer melanjutkan implikasi kontribusinya Heidegger terhadap Hermeneutika yaitu pada  “Being and Time”. Hermeneutika dibawa selangkah lebih jauh oleh Gadamer ke dalam kata “linguistik” dengan sebuah pernyataan kontroversialnya yaitu, “Ada (Being) yang dapat dipahami adalah bahasa”. Hermeneutika adalah pertemuan dengan ada (Being) melalui bahasa. Puncaknya, Gadamer menyatakan karakter linguistik realitas manusia itu sendiri dan hermeneutika larut ke dalam persoalan-persoalan yang sangat filosofis dari relasi bahasa yang ada, pemahaman, sejarah, ekssitensi, dan realitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar