Minggu, 29 Juni 2014

Makalah Tafsir Muamalah Qs. Annisa ayat 9


Makalah Tafsir Muamalah
Investasi Menabung Dan Pembentukan Bank Islami
Qs. Al Nisa (4) Ayat 9

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN
TAHUN AKADEMIK 2013/2014


KATA PENGANTAR
        Segalah puji  kita panjatkan kehadirat Allah SWT,  yang telah membimbing manusia dengan petunjuk-petunjuk-Nya. Demikian juga, petunjuk menuju ke jalan yang lurus dan jalan yang diridai-Nya. Demikian juga, pemakalah bersyukur kepada-Nya yang telah memudahkan membuat makalah ini tentang: Wasiat Yang  Tegas, yang Tersirat Dalam Kandungan Surah An-Nisaa Ayat 9 yang sederhana hingga dapat terselesaikan.
         Shalawat serta salam semoga senantiasa dihaturkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membimbing kita sampai  saat ini, dengan kitapnya Al-Qur’an, sebagai pedoman hidup untuk bisa selamat baik dunia dan akhirat, bagi  ummat-Nya yaitu islam.
         Tentunya dalam penulisan makalah ini dengan segala keterbatasan, tidak lepas dari  kekurangan, tetapi pemakalah  telah berusaha semaksimal mungkin untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan penerbitan pada masa-masa berikutnya. Semoga bermanfaat bagi pemakalah khususnya dan para embaca pada umumnya.

Penyusun

Penulis

A. Surah An-Nisaa Ayat 9

وَلۡيَخۡشَ الَّذِيۡنَ لَوۡ تَرَكُوۡا مِنۡ خَلۡفِهِمۡ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوۡا عَلَيۡهِمۡ فَلۡيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلۡيَقُوۡلُوا قَوۡلًا سَدِيۡدًا‏ ﴿۹﴾  

Artinya; “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang  yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka  khawatir terhadap (kesejahteraan)mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah      . dan hendakalh mereka  mengucapkan perkataan yang benar”.   

  B. Terjemahan Perkata  Surah An-nisaa Ayat 9
وَلْيَخْشَ
dan hendaklah takut

ٱلَّذِينَ
orang-orang yang

لَوْ
ke dalam

تَرَكُوا۟
perut mereka

مِنْ
dari

خَلْفِهِمْ
belakang mereka

ذُرِّيَّةً
keturunan/anak-anak

ضِعَٰفًا
lemah

خَافُوا۟
mereka khawatir

عَلَيْهِمْ
atas mereka

فَلْيَتَّقُوا۟
maka bertakwalah

ٱللَّهَ
Allah

وَلْيَقُولُوا۟
dan hendaklah mereka mengatakan

قَوْلًا
perkataan

سَدِيدًا
yang benar




       C. Kandungan Tafsir Surat An-Nisa ayat 9

Surat an-Nisa’ ayat 9 membahas tentang Wasiat Yang Tegas. ini menerangkan bahwa kelemahan ekonomi, kurang stabilnya kondisi kesehatan fisik dan kelemahan intelegensi anak, akibat kekurangan makanan yang bergizi, merupakan tanggung jawab kedua orang tuanya, maka disinilah hukum Islam memberikan solusi dan kemurahan untuk dilaksanakannya KB, yang mana untuk membantu orang-orang yang tidak menyanggupi hal-hal tersebut, agar tidak berdosa dikemudian hari, yakni apabila orang tua itu meninggalkan keturunannya, atau menelantarkannya, akibat desakan-desakan yang menimbulkan kekhawatiran mereka terhadap kesejahteraannya. Oleh karena itu, bagi orang-orang yang beriman hendaklah bertakwa  kepada Allah dan selalu berlindung dari hal-hal yang dimurkai di sisi Allah. Kita hendaknya takut apabila meninggalkan keturunan yang lemah dan tak memiliki apa-apa, sehingga mereka tak bisa memenuhi kebutuhan mereka sendiri dan terlunta-lunta.
Ayat ini juga menjelaskan mengenai harta waris. Turun sebagai peringatan kepada orang-orang yang berkenaan dengan pembagian harta warisan agar jangan menelantarkan anak-anak yatim yang dapat berakibat pada kemiskinan dan ketakberdayaan. Menurut Ibnu 'Ajibah ayat ini memberi pesan kepada orang yang memelihara anak yatim orang lain agar memiliki kekhawatiran kalau-kalau di kemudian hari mereka terlantar dan tak berdaya, sebagaimana ia khawatir kalau hal itu terjadi pada anak-anak kandung mereka sendiri.
 Ketidakberdayaan itu tidak melulu menyangkut soal ekonomi semata, tetapi pada seluruh aspek kehidupan. Setiap orang dewasa bertanggungjawab terhadap perkembangan masa depan generasi mudanya, jangan sampai mereka termarginalisasi karena tidak memiliki pengetahuan, kemampuan, keterampilan, kesempatan, dan semua hal yang diperlukan untuk maju dan berkembang secara sehat dan bermartabat serta diri diridhai Allah swt


D. Asbabul Nuzul Surat An-Nisa’ Ayat 9

Allah SWT. berfirman dalam ayat ini hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak dan ahli waris yang lemah, janganlah sampai membuat wasiat yang akan membawa mudharat da mengganggu kesejahteraan mereka yang ditinggalkan itu. Berkata Ibnu Abbas menurut Ali bin Abi Thalhah bahwa ini mengenai seorang yang sudah mendekati ajalnya yang didengar oleh orang lain bahwa ia hendak membuat wasiat yang bermudharat dan akan merugikan ahli warisnya, maka Allah memerintahkan kepada yang mendengarnya itu agar menunjukkannya kepada jalan yang benar dan agar diperintahkansupaya ia bertakwa kepada Allah mengenai ahli waris yang akan ditinggalkan.
Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim bahwa tatkala Rasulullah SAW datang  menjenguk Saad bin Abi Waqqash yang sedang sakit, bertanyalah Saad kepadanya: “Ya Rasulullah, saya mempunyai harta dan hanya putriku satu-satunya yang akan mewarisiku, dapatkah kusedekahkan dua pertiga kekayaanku?”
Jawab Rasulullah, “Jangan.”
Dan kalau separuh, bagaimana? tanya Saad lagi.
“Jangan.”Jawab Rasulullah.
Dan kalau sepertiganya, bagaimana ya Rasulullah?” tanya Saad lagi.
Rasulullah menjawab, “Sepertiga pun masih banyak, kemudian Beliau bersabda:

اِنَّكَ اَنْ تَذَرَوَرَثَتَكَ اَغْنِيَاءَخَيْرٌمِنْ اَنْ تَذَرَهُمْ عَا لَةً يَتَكَفَّفُونَ النَّاسَ

Artinya:
“Sesunggunya lebih baik meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya daripada meninggalkan mereka dalam keadaan miskin yang meminta-minta”.

Diriwayatkan bahwa Ibnu Abbas berkata, “Sepatutnya orang turun dari sepertiga ke seperempat (mengenai wasiat), karena Rasulullah telah bersabda bahwa sepertiga pun banyak”.
Berkata para ulama ahli Fiqh: “Jika ahli waris yang ditinggalkan oleh si mayat adalah orang-orang kaya, maka sebaiknya diwasiatkan penuh sepertiga, tetapi jika yang akan ditinggalkan itu orang-orang miskin, maka sebaiknya dikurangi dari sepertiga.

E. Munasabah dengan ayat sebelumnya            
   
        Ayat ini masih bersangkut dengan ayat-ayat sebelumnya; masih di dalam rangka pemeliharaan anak yatim. Kalau di ayat-ayat yang tadi di beri perintah kepada orang-orang yang menjadi wali pengawas anak yatim yang belum dewasa, supayah harta anak yatim jangan di curangi , lalu datang ayat menegaskan, bahwa laki-laki mendapat bagian dan perempuan mendapat bagian, dan kemudian dapat pulah perinta kalo ada anak yatim dan orang-orang
         Untuk menjelaskan ayat ini kita nukilkan cerita tentang sahabat nabi yang tertemuka, yaitu Sa’ad bin Abu Waqqash. Pada suatu hari dia ditimpa sakit, padahal harta bendanya miskin hadir ketika terikah dibagi hendaklah merekah di beri rezeki juga, maka sekarang anak yatim ini adalah peringatan kepada orang-orang yang akan mati, dan dalam mengatur wasiat atau harta benda yang akan di tinggalkannya bayak Lalu dia meminta fatwa kepada Rasulullah s.a.w., karena dia bermaksud hendak mewasiatkan seluruh harta bendanya, tetapi di larang oleh Rasulullah s.a.w., kemudian Kemudian hendak di berikan sebagai wasiat sepertiga saja, lalu berkatalah rasulullah s.a.w.,
           “Sepertiga.? Dan seprtigapun itu banyak! Sesungguhnya jika engkau tinggalkan pewaris-pewaris engkau itu di dalam keadaan mampu, lebih.                                                                                                                                                                                       baik dari pada engkau tinggalkan mereka dalam keadaan melarat, menadahkan telapak tangan kepada semua manusia. ”(Bukori dan Muslim).
      Lalu datng lanjutan ayat, sebagai bimbingan jangan meninggalkan ahli waris, trutama anak-anak dalam keadaan lemah, yaitu: ” Maka bertakwalah kepada Allah dan katakanlah perkataan yang tepat.”(ujung ayat 9).
Lebih dahulu ingatlah hendaknya sampai waktu engkau meninggal dunia, anak-anakmu terlantar. Janganlah sampai anak-anakyatim kelak menjadi anak-anak melarat              
       Lebih dahulu ingatlah dan janganlah hendaknya samapai waktu engkau menggal dunia, anak-anakmuh terlantar. Janganlah sampai anak-anak yatim kelak menjadi anak-anak melarat. Sebab ituh brtakwalah kepaada Tuhan ketika engkau mengatur wasiat, jangan sampai karena engkau hendak menolong orang lain, anakmu sendiri engkau terlantarkan. Dan di dalam mengatur waiat itu hendaklah memakai kata yang terang, jelas dan jitu, tidak menimbulkankeraguan bagi orang-orang yang di tinggalkan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar