Kamis, 19 Juni 2014

Makalah Filsafat Ilmu Analitika Bahasa


Makalah Filsafat Ilmu
Analitika Bahasa


Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN AlauddinMakassar
2013/2014


1 .Pengertian Filsafat Bahasa (Analitik) dan Perkembangannya
Perhatian filosof terhadap bahasa semakin besar. Mereka sadar bahwa dalam kenyataannya banyak persoalan-persoalan filsafat, konsep-konsep filosofis akan menjadi jelas dengan menggunakan analisis bahasa. Tokoh-tokoh filsafat analitika bahasa hadir dengan terapi analitika bahasanya untuk mengatasi kelemahan, kekaburan, kekacauan yang selama ini ada dalam berbagai macam konsep filosofis.
Secara etimologi kata analitik berarti investigative, logis, mendalam, sistematis, tajam dan tersusun (Eko, 2006: 24).
Beberapa pengertian tentang filsafat analitik secara terminologi yaitu:
Menurut Rudolph Carnap, filsafat analitik adalah pengungkapan secara sistematik tentang syntax logis (struktur gramatikal dan aturan-aturannya) dari konsep-konsep dan bahasa khususnya bahasa ilmu yang semata-mata formal (http://jaringskripsi.wordpress.com).
Roger Jones menjelaskan arti filsafat analitik bahwa baginya tindak menganalisis berarti tindak memecah sesuatu ke dalam bagian-bagiannya.Tepat bahwa itulah yang dilakukan oleh para filosof analitik (Zainal, 2004: 76).
Di dalam kamus populer filsafat, filsafat analitik adalah aliran dalam filsafat yang berpangkal pada lingkaran Wina.Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat yang berbau metafisik.Juga ingin menyerupai ilmu-ilmu alam yang empirik, sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu eksakta juga harus dapat diterapkan pada filsafat (misalnya harus dapat dibuktikan dengan nyata, istilah-istilah yang dipakai harus berarti tunggal, jadi menolak kemungkinan adanya analogi) (Dick, 2002: 4).
Filsafat analitik adalah suatu gerakan filosof Abad ke 20, khususnya di Inggris dan Amerika Serikat yang memusatkan perhatiannya pada bahasa dan mencoba menganalisa pernyataan-pernyataan (konsep-konsep, ungkapan-ungkapan kebahasaan, atau bentuk-bentuk yang logis) supaya menemukan bentuk-bentuk yang paling logis dan singkat yang cocok dengan fakta-fakta atau makna-makna yang disajikan. Yang pokok bagi filsafat analitik adalah pembentukan definisi baik yang linguistik atau nonlinguistik nyata atau yang konstektual (Ali, 1996: 8).
Filsafat analitik sendiri, secara umum, hendak mengklarifikasi makna dari penyataan dan konsep dengan menggunakan analisis bahasa.
Bilamana dikaji perkembangan filsafat setidaknya terdapat empat fase perkembangan pemikiran filsafat, sejak munculnya pemikiran yang pertama sampai dewasa ini, yang menghiasi panggung sejarah umat manusia.
 Pertama, kosmosentris yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan alam sebagai objek pemikiran dan wacana filsafat, yaitu yang terjadi pada zaman kuno.
Kedua, teosentris yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan Tuhan sebagai pusat pembahasan filsafat, yang berkembang pada zaman abad pertengahan.
Ketiga, antroposentris yaitu fase pemikiran filsafat yang meletakkan manusia sebagai objek wacana filsafat, hal ini terjadi dan berkembang pada zaman modern.
Keempat, logosentris yaitu fase perkembangan pemikiran filsafat yang meletakkan bahasa sebagai pusat perhatian pemikiran filsafat dan hal ini berkembang setelah abad modern sampai sekarang.Fase perkembangan terakhir ini ditandai dengan aksentuasi filosof pada bahasa yang disadarinya bahwa bahasa merupakan wahana pengungkapan peradaban manusia yang sangat kompleks itu (Kaelan, 2006: 7).
Perhatian filsafat terhadap bahasa sebenarnya telah berlangsung lama, bahkan sejak zaman Pra Sokrates, yaitu ketika Herakleitos membahas tentang hakikat segala sesuatu termasuk alam semesta.Bahkan Aristoteles menyebutnya sebagai “para fisiologis kuno” atau ‘hoi arkhaioi physiologoi’.Seluruh minat herakleitos terpusatkan pada dunia fenomenal. Ia tidak setuju bahwa di atas dunia fenomenal ini, terdapat ‘dunia menjadi’ namun ada dunia yang lebih tinggi, dunia idea, dunia kekal yang berisi ‘ada’ yang murni. Meskipun begitu ia tidak puas hanya dengan fakta perubahan saja, ia mencari prinsip perubahan. Menurut Herakleitos, prinsip perubahan ini tidak dapat ditemukan dalam benda material. Petunjuk ke arah tafsiran yang tepat terhadap tata kosmis bukanlah dunia material melainkan dunia manusiawi, dan dalam dunia manusiawi ini kemampuan bicara menduduki tempat yang sentral.Dalam pengertian inilah maka medium Herakleitos bahwa “kata” (logos) bukan semata-mata gejala antropologi.Kata tidak hanya mengandung kebenaran universal. Bahkan Herakleitos mengatakan “jangan dengar aku”, “dengarlah pada sang kata dan akuilah bahwa semua benda itu satu”. Demikian sehingga pemikiran Yunani awal bergeser dari filsafat alam kepada filsafat bahasa yang meletakkan sebagai objek kajian filsafat (Cassirer, 1962: 170).
Filsafat bahasa mulai berkembang pada abad ke XX dengan telaah analitik filosofi Wittgenstein tentang bahasa.Noam Chomskylah yang pertama-tama mengangkat bahasa sebagai disiplin linguistik.Grice dan Quinelah yang mengangkat meaning sebagai intensionalitas si pembicara dan meaning dalam konteks kejadiannya.Davidson lebih lanjut mengetengahkan tentang struktur semantik, untuk memahami bahasa, termasuk unsur-unsurnya dan mengembangkan tentang interpretasi yang dapat berbeda antara si pembicara dan yang dibicarakan.Frege lebih lanjut mengembangkan konsep tentang referensi.Ekspresi bahasa bukan hanya representasi of mine, tetapi juga mengandung referensi, yaitu hal-hal yang relevan dengan pernyataan yang ditampilkan (Noeng, 2001: 98).
Filsafat abad modern memberikan dasar-dasar yang kokoh terhadap timbulnya filsafat analitika bahasa. Peranan rasio, indra, dan intuisi manusia sangat menentukan dalam pengenalan pengetahuan manusia. Oleh karena itu aliran rasionalisme yang menekankan otoritas akal, aliran empirisme yang menekankan peranan pengalaman indera dalam pengenalan pengetahuan manusia serta aliran imaterialisme dan kritisme Immanuel Kant menjadi sangat penting sekali pengaruhnya terhadap tumbuhnya filsafat analitika bahasa terutama dalam pengungkapan realitas segala sesuatu melalui ungkapan bahasa (Kaelan, 2006: 8).
Filsafat Sebagai Analisis Bahasa
Bahasa adalah alat yang paling utama bagi seorang filsuf serta merupakan media untuk analisis dan refleksi.Oleh karena itu bahasa sanga sensitif terhadap kekaburan serta kelemahan-kelemahan lainnya, sehingga banyak filsuf menaruh perhatian untuk menyempurnakannya. Hal ini terutama dengna timbulnya aliran filsafat analitika bahasa yang memandang bahwa problema-problema filosofis akan menjadi terjelaskan menekala menggunakan analisis terminologi gramatika, bahkan kalangan filsuf analitika bahasa menyadari banyak ungkapan-ungkapan filsafat yang sama sekali tidak menjelaskan apa-apa. Berdasarkan hal tersebut maka banyak kalangan filsuf terutama para tokoh filsafat analitika bahasa menyatakan bahwa tugas utama filsafat adalah analisis konsep-konsep. Sebagaimana kita ketahui misalnya banyak filsuf yang mengetengahkan konsepnya melalui analitika bahasa, misalnya ‘apakah keadilan itu’, ‘apakah yang dimaksud dengan kebenaran’, ‘apakah yang dimaksud dengan kebaikan’ dan lain sebagainya. Kegiatan yang semacam itu merupakan suatu permulaan dari suatu usaha pokok filsafat untuk mendapatkan kebenaran hakiki tentang segala sesuatu termasuk manusia sendiri.
Namun demikian kegiatan para filsuf semacam itu dewasa ini dianggap tidak mencukupi karena tidak didukung dengan pengamatan dan pembuktian yang memadai untuk mendapatkan kesimpulan yang adekuat.Oleh karena itu untuk menjawab pertanyaan yang fundamental tentang hakikat segala sesuatu para filsuf berupaya untuk memberikan suatu argumentasi yang didukung dengan analisis bahasa yang memenuhi syarat-syarat logis. Untuk itu terdapat tiga cara untuk memformulasikan problema filsafat secara analitis misalnya masalah sebab-akibat, kebenaran, pengetahuan ataupun kewajiban moral, misalnya tentang hakikat pengetahuan sebagai berikut:
(1)   Kita menyelidiki pengetahuan itu.
(2)   Kita menganalisis konsep pengetahuan itu.
(3)   Kita ingin membuat eksplisit kebenaran pengetahuan itu.
Untuk pemecahan yang pertama mustahil dapat dilaksanakan karena seakan-akan filsafat itu mencari dan meneliti suatu entitas (keberadaan) sesuatu yang disebut pengetahuan berada bebas dari pikiran manusia.Untuk yang kedua itu juga menyesatkan karena seakan-akan tugas filsafat untuk memeriksa, meneliti dan mengamati sesuatu yang disebut pengetahuan.Kemudian menentukan bagian-bagiannya, menentukan hubungan-hubungannya hingga menjadi suatu konsep yang disebut pengetahuan.
Kiranya hanya kemungkinan alternatif yang ketiga saja yang layak dilakukan oleh filsafat, yaitu bahwa tugas utama filsafat adalah analisis konsep-konsep tersebut senantiasa melalui bahasa (Poerwowidagdo, tanpa tahun: 14). Memang filsafat sebagai analisis konsep-konsep tersebut senantiasa berkaitan dengan bahasa yang berkaitan dengan makna (semantik) dan tidak turut campur dalam bahasa itu sendiri sebagai suatu realitas.
Problem yang muncul berkaitan dengan filsafat sebagai analisis konsep-konsep yaitu kekurangan dan keterbatasan bahasa sebagaimana dihadapi oleh disiplin ilmu-ilmu lainnya.Konsep-konsep filsafat senantiasa diartikulasikan secara verbal sehingga dengan demikian maka bahasa memiliki peranan yang netral.Dalam pengertian inilah menurut Alston bahwa bahasa merupakan laboraturium filsafat untuk menguji dan menjelaskan konsep-konsep dan problema-problema filosofis bahkan untuk menentukan kebenaran pikirannya (Alston, 1964: 5).
Kedudukan filsafat sebagai analisis konsep-konsep dan mengingat peranan bahasa yang bersifat sentral dalam mengungkapkan secara verbal pandangan-pandangan dan pemikiran filosofis maka timbullah suatu masalah yaitu keterbatasan bahasa sehari-hari yang dalam masalah tertentu tidak mampu mengungkapkan konsep filosofis.Menanggapi peranan bahasa sehari-hari dalam kegiatan filsafat maka terdapat dua kelompok filsuf yang memiliki pandangan yang berbeda.
(1) Terdapat kelompok filsuf yang beranggapan bahwa sebenarnya bahasa biasa (ordinary language) yaitu bahasa yang sehari-hari digunakan dalam komunikasi manusia itu telah cukup untuk maksud-maksud filsafat atau dengan lain perkataan bahasa sehari-hari itu memadai sebagai sarana pengungkapan konsep-konsep filsafat. Namun demikian harus diakui bahwa untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dan kekurangan-kekurangan bahasa sehari-hari bahasa filsafat harus diberikan suatu pengertian yang khusus atau harus memberikan suatu penjelasan terhadap penyimpangan tersebut. Menurut pandangan ini (terutama aliran filsafat bahasa biasanya Wittgenstein II) masalah-masalah filsafat itu timbul justru karena adanya penyimpangan-penyimpangan penggunaan bahasa biasanya oleh para filsuf dalam berfilsafat, sehingga timbullah kekacauan dalam filsafat dan penyimpangan itu tanpa suatu penjelasan agar dapat dimengerti (Poerwowidagdo, tanpa tahun: 10). Misalnya kita sering mendengarkan suatu ungkapan filosofis yang menyatakan bahwa suatu ungkapan itu secara metafisis memiliki makna yang dlam tanpa memberikan alasan yang memadai agar memiliki suatu dasar kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan.Maka menurut pandangan yang pertama ini tugas filsuf dalam memberikan semacam terapi untuk penyembuhan dalam kelemahan penggunaan bahasa filsafat tersebut.
(2) Sebaliknya terdapat kelompok filsuf yang menganggap bahwa bahasa sehari-hari itu tidak cukup untuk mengungkapkan masalah-masalah dan konsep-konsep filsafat. Masalah-masalah filsafat itu justru timbul karena bahasa biasa itu tidak cukup untuk tujuan analisis filosofis Karena bahasa sehari-hari memiliki banyak kelemahan dan demi kejelasan kebenaran konsep-konsep filosofis maka perlu dilakukan suatu pembaharuan bahasa, yaitu perlu diwujudkan suatu bahasa yang sarat dengan logika sehingga ungkapan-ungkapan bahasa dalam filsafat kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan.Kelompok filsuf ini antara lain Leibniz, Ryle, Rudolf Carnap, Bertrand Russell dan tokoh lainnya.Menurut kelompok filsuf ini tugas filsafat yaitu membangun dan mengembangkan bahasa yang dapat mengatasi kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam bahasa sehari-hari itu.Dengan suatu kerangka bahasa yang sedemikian itu kita dapat memahami dan mengerti tentang hakikat fakta-fakta atau kenyataan-kenyataan dunia.Maka yang menjadi perhatian kita yang terpenting adalah usaha bahwa perhatian filsafat itu memang berkenaan dengan konsepsi umum tentang bahasa serta makna yang terkandung di dalamnya.Demikianlah kiranya perhatian filsafat terhadap bahasa dan hal ini mengingat tugas utama filsafat adalah analisi konsep-konsep dan oleh karena ungkapan filosofis itu bersifat verbal maka upaya untuk membuat bahasa itu memadai dalam berfilsafat jadi sangat penting sekali (lihat Alston, 1964: 6).
2. Tokoh-Tokoh Filsafat AnalitikDAN PEMIKIRANNYA
Tiga tokoh utama dalam perkembangan filsafat analitik, sebagai berikut:

1. Gottlob Frege
Para filosof analitik berpendapat bahwa filsuf Jerman, Gottlob Frege (1848-1925), adalah filosof terpenting setelah Immanuel Kant.Frege hendak merumuskan logika yang rigorus sebagai metode berfilsafatnya. Dengan kata lain, filsafat itu sendiri pada intinya adalah logika.
Dalam hal ini, ia dipengaruhi filsafat analitik, filsafat-logika, dan filsafat bahasa. Frege berpendapat bahwa dasar yang kokoh bagi matematika dapat ‘diamankan’ melalui logika dan analisis yang ketat terhadap logika dasar kalimat-kalimat. Cara itu juga bisa menentukan tingkat kebenaran suatu pernyataan
Akar-akar analisis linguistik ditanam di lahan yang disiangi oleh seorang matematikawan bernama G. Frege, ia memulai sebuah revolusi logika (analitik), yang implikasinya masih dalam proses penanganan oleh filosof-filosof kontemporer. Ia menganggap bahwa logika sebetulnya bisa direduksi ke dalam matematika, dan yakin bahwa bukti-bukti harus selalu dikemukakan dalam bentuk langkah-langkah deduktif yang diungkapkan dengan gamblang.  Salah satu idenya yang paling berpengaruh adalah membuat perbedaan antara “arti” (sense) proposisi dan “acuan” (reference)-nya, dengan mengetengahkan bahwa proposisi memiliki makna hanya apabila mempunyai arti dan acuan (Shadiq, 2002: 200).
Frege juga menyusun notasi baru yang memunkinkan terekpresikannya “penentu kuantitas” (kata-kata seperti “semua”, “beberapa” dan sebagainya) dalam bentuk simbol-simbol.Ia berharap para filosof bisa menggunakan notasi ini untuk menyempurnakan bentuk logis argumen mereka, sehingga memungkinkan mereka untuk jauh lebih dekat, daripada waktu-waktu sebelumnya, dengan ide pembuatan filsafat menjadi ilmu yang ketat (http://jaringskripsi.wordpress.com).

2. Bertrand Russell
Bertrand Russel (1872-1970)  lahir dari keluarga bangsawan. Pada umur 2 dan 4 tahun berturut-turut ia kehilangan ibu dan ayahnya. Ia dibesarkan di rumah orang tua ayahnya. Di Cambrige, ia belajar ilmu pasti dan filsafat, antara lain pada A. Whitehead.Kita sudah mendengar bahwa George Moore termasuk sahabatnya. Selama hidupnya yang amat panjang, ia menulis banyak sekali, 71 buku dan brosur tentang berbagai pokok, antara lain filsafat, masalah-masalah moral, pendidikan, sejarah, agama, dan politik. Pada tahun 1950 ia memperoleh hadiah Nobel bidang sastra. Namanya menjadi masyhur di seluruh dunia terutama karena pendapat-pendapatnya yang nonkonformistis tentang moral dan politik.Dari sudut ilmiah jasanya yang terbesar terdapat di bidang logika Matematis (http://jaringskripsi.wordpress.com).
Pemikiran filosofis Bertrand Russell  yaitu ia mencoba menggabungkan logika Frege tersebut dengan empirisme yang sebelumnya telah dirumskan oleh David Hume. Bagi Russell, dunia terdiri dari fakta-fakta atomis (atomic facts). Dalam konteks ini, kalimat-kalimat barulah bisa disebut sebagai kalimat bermakna, jika kalimat tersebut berkorespondensi langsung dengan fakta-fakta atomik.Ludwig Wittgenstein (1889-1951) juga nantinya banyak dipengaruhi oleh Russell.Dia sendiri mempengaruhi Lingkaran Wina dan membantu membentuk aliran positivisme logis pada dekade 1920-1930 an.
3 Ludwig Wittgenstein
Ludwig Wittgenstein dilahirkan di wina (Austria) pada tanggal 26 April 1889 sebagai anak bungsu dari delapan anak.Ayahnya berasal dari famili Yahudi yang telah memeluk agama Kristen Protestan dan ibunya beragama Katolik.Ayahnya seorang insinyur yang dalam jangka waktu sepuluh tahun berhasil menjadi pemimpin suatu industri baja yang besar (Bertens, 2002: 41).
Pada Tahun 1906 Wittgenstein mulai belajar di suatu Sekolah Tinggi Teknik di Berlin. Setelah itu Ia pindah ke Inggris dan melakukan penyelidikan tentang aeronautical selama tiga tahun. Karena tertarik kepada buku Principles of Mathematics tulisan Bertrand Russell, ia pergi ke Cambridge untuk belajar kepada Russell, ia mendapat kemajuan pesat dalam studi tentang logika. Setelah perang dunia I meletus, ia bergabung dengan tentara Austria sebagai sukarelawan dan ditawan oleh tentara Italia pada tahun 1918. Setelah dibebaskan ia mengajar di sekolah, tetapi pada tahun 1929, ia kembali ke Cambridge untuk berkecimpung dalam filsafat. Pada tahun 1939 ia mengganti G.E. Moore sebagai guru besar fislafat di Cambridge University, Inggris. Karyanya merupakan faktor penting dalam timbulnya aliran-aliran Logical Positivism, Linguistic Analysis dan semantics (Rasjidi, 1984: 370).

3.BIOGRAFI TOKOH FILSAFAT ANALITIK
1.Aristotelesadalah salah seorang filsuf besar dalam sejarah pemikiran barat. Pemikiran-pemikirannya membuka cakrawala baru bagi filsafat dan ilmu pengetahuan.Dia merupakan salah satu ilmuan pelopor yang memajukan ilmu pengetahuan.
Aristoteles lahir di Stageira, Chalcidice pada tahun 384 SM. Lahir dari seorang dokter raja macedonia bernama Nichomacus. Dia menempuh pendidikan pada sekolah Academy yang dipimpin oleh plato. Pada saat itu dia banyak tidak setuju dengan pendapat gurunya itu.Walau gurunya juga mengakui kecerdasan dan kepandaian muridnya itu tapi mereka tak pernah sepaham. Pertengkaran ini berakhir pada saat plato meninggal. Bukan menyerahkan Akademi kepada Aristoteles, namun dia mengangkat Speussipus.Karena kecewa Aristoteles meninggalkan Akademi.
Pada tahun 343 SM Aristoteles mendapat undangan dari raja Macedonia sebagai guru pengajar dari putranya yang bernama Alexander.Dia juga diserahkan kepemimpinan akademi kerajaan Macedonia dan mengajar putra raja lainnya selain Alexander. Alexander ini yang nantinya akan dikenal sebagai Alexander yang Agung yang secara legendaris meluaskan Macedonia dari barat ke timur.
Pada tahun 335 SM Aristoteles kembali ke Atena.Speussipus telah meninggal di kampusnya yang lama Akademi.Sayangnya keterkenalannya tidak membuatnya di tunjuk jadi Dekan.Dekan malah ditunjuk Xenocrates.Karena itu Aristoteles membangun kampus sendiri bernama Lyceum.
323 SM Alexander meninggal berapa saat kemudian ada banyak anti-Macedonia yang muncul di Atena.Aristoteles terpaksa kabur karena tuduhan keagamaan.Aristoteles kabur namun kira-kira satu tahun kemudian dia meninggal karena hal alamiah.
Aristoteles sangatlah penting bagi pengembangan ilmu.Ini dikarenakan dia merupakan salah satu pelopor Ilmu pengetahuan yang paling awal.Dia melakukan kategorisasi dari ilmu pengetahuan.Dia juga salah satu pelopor Ilmu alam dengan Natural Philosophy-nya.Dia juga perintis awal pemikiran yang lebih bersifat empirisme berlawanan dengan pemikiran Plato yang Idealis.Memang banyak pemikirannya yang kurang tepat seperti “gigi pria lebih banyak dari gigi wanita.”Namun tetap saja Aristoteles memberikan sumbangan besar bagi ilmu pengetahuan.
2. Biografi Plato - Tokoh yang satu ini dikenal sebagai guru dari Aristoteles. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Socrates.Karyanya yang paling terkenal ialah Republik yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog dimana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaannya yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.Cicero mengatakan pria ini meninggal ketika sedang menulis.Langsung saja berikut sekilas mengenai biografi Plato.

Plato lahir sekitar 427 SM  dan meninggal sekitar 347 SM adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu.Namanya bermula ialah Aristokles. Nama plato diberikan oleh gurunya. Ia memperoleh nama itu berhubung dengan bahunya yang lebar.
Biografi Plato - Tokoh yang satu ini dikenal sebagai guru dari Aristoteles. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh Socrates.Karyanya yang paling terkenal ialah Republik yang di dalamnya berisi uraian garis besar pandangannya pada keadaan "ideal". Dia juga menulis 'Hukum' dan banyak dialog dimana Socrates adalah peserta utama. Salah satu perumpamaannya yang termasyhur adalah perumpaan tentang orang di gua.Cicero mengatakan pria ini meninggal ketika sedang menulis.Langsung saja berikut sekilas mengenai biografi Plato.

Plato lahir sekitar 427 SM  dan meninggal sekitar 347 SM adalah seorang filsuf dan matematikawan Yunani, penulis philosophical dialogues dan pendiri dari Akademi Platonik di Athena, sekolah tingkat tinggi pertama di dunia barat. Ia adalah murid Socrates. Ia berasal dari keluarga aristokrasi yang turun-temurun memegang politik penting dalam politik Atena. Ia pun bercita-cita sejak mudanya untuk menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik di masanya tidak memberi kesempatan padanya untuk mengikuti jalan hidup yang diingininya itu.Namanya bermula ialah Aristokles. Nama plato diberikan oleh gurunya. Ia memperoleh nama itu berhubung dengan bahunya yang lebar.


















TUGAS ILMU FILSAFAT

KELOMPOK 3



http://www.uin-alauddin.ac.id/images/lambang.jpg


NAMA ANGGOTA:
SAYUTI
AZIZAH RAMADHANI .B
NAURA ATHIFA
A.NURLINDA
RIDA FARIDA
MARWAH RAZAK
NIRMAYANTI
AFNI RIZA UTAMI
SITI RAHMA
FITRIYANI
SUDIRMAN
SITI AMINAH






Tidak ada komentar:

Posting Komentar