Makalah
Ilmu AlQuran
Qashas
( Kisah )
Jurusan
Akuntansi
Fakultas
Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN
Alauddin Makassar
2013/2014
I. PENGERTIAN KISAH (QASHASH)
Kisah
berasal dari kata Al-Qashshu yang
berarti mencari atau mengikuti jejak. Juga dikatakan sebagai “qashashtu atsarahu” yang berarti “saya
mengikuti atau mencari jejaknya” kata al-qashash
adalah bentuk masdar. Seperti firman Allah swt :
قَالَ
ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ ۚ فَارْتَدَّا عَلَىٰ آثَارِهِمَا قَصَصًا
(Al-Kahfi : 64).
“dan berkatalah ibu Musa kepada saudara Musa
yang perempuan: Ikutilah dia).”(Al-Qashash:11). Maksudnya, ikutilah
jejaknya sampai kamu melihat siapa yang mengambilnya.
Qashash
berarti berita yang berurutan. Firman Allah :
وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ
الْحَقُّ ۚ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ
Artinya
: “sesungguhnya ini adalah berita yang
benar”. (Ali Imran : 62) ;
Artinya
: “sesungguhnya pada berita mereka itu
terdapat perjalanan orang-orang yang berakal.” (Yusuf:111).
Qashash
Al-Qur’an adalah pemberitaan tentang hal ihwal umat yang lalu, tentang nabi dan
peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al-qur’an banyak mengandung tentang
kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan peninggalan
atau jejak-jejak setiap umat. Ia menceritakan semua keadaan mereka dengan cara
yang menarik dan mempesona.
II.
JENIS-JENIS
KISAH DALAM AL-QUR’AN
1. Kisah
para nabi. Kisah ini mengandung dakwah mereka kepada kaumnya, mukjizat-mukjizat
yang memperkuat dakwahnya, sikap-sikap orang-orang yang memusuhinya,
tahapan-tahapan dakwahdan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima
oleh mereka yang mempercayainya dan golongan yang mendustakan. Misalnya kisah
Nuh, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad dan nabi-nabi serta rasul lainnya.
2. Kisah-kisah
yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lalu dan
orang-orang yang tidak dipastikan kenabiannya. Misalnya kisah orang yang keluar
dari kampong halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah Talut
dan Jalut, dua orang putra Adam, penghuni gua, Zulkarnain, Maryam, dan
lain-lain.
3. Kisah-kisah
yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah,
seperti perang Badar dan perang Uhud dalam surah Ali ‘Imran, perang Hunain dan
Tabuk dalam surah At-Taubah, dan lain-lain.
III. HIKMAH KISAH-KISAH AL-QUR’AN
Kisah-kisah
dalam Al-qur’an mempunyai banyak hikmah, diantaranya :
1) Menjelaskan
asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawah
oleh para nabi,
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun
sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada tuhan selain
Aku, maka sembahlah olehmu sekalian Aku.” (Al-Anbiya’:25).
2) Meneguhkan
hati Rasulullah dan hati umat Muhammad atas agama Allah, memperkuat kepercayaan
orang Mukmin tentang menangnya kebenaran dan para pendukungnya serta hancurnya
kebatilan dan para pembelanya.
“Dan semua kisah rasul-rasul yang Kami
ceritakan kepadamu, adalah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan
dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan
bagi orang-orang yang beriman.”(Hud: 120).
3) Membenarkan
para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabdikan
jejak dan peninggalannya.
4) Menampilkan
kebenaran Muhammad dalam dakwahnya dengan apa yang diberitakannya tentang hal
ihwal orang-orang terdahulu disepanjang kurun digenerasi.
5) Menyingkap
kebohongan ahli kitab dengan cara membeberkan keterangan yang selama mereka
sembunyikan, kemudian menentang mereka dengan menggunakan ajaran kitab mereka
sendiri yang masih asli, yaitu sebelum kitab itu diubah dan diganti. Misalnya
firman Allah :
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang
diharamkan oleh Israil (Ya’qub) untuk dirinya sendiri sebelum taurat
diturunkan. Katakanlah: (Jika kamu
mengatakan ada makanan yang diharamkan sebelum Taurat), maka bawalah Taurat
itu, lalu bacalah ia jika kamu orang-orang yang benar.” (Ali Imran: 93).
6) Kisah
termasuk salah satu bentuk sastra yang dapat menarik perhatian para pendengar
mempengaruhi jiwa. Firman Allah:
“Sesungguhnya pada kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang
yang berakal.” (Yusuf:111).
IV. PENGULANGAN KISAH DAN HIKMAHNYA
Al-Qur’an
banyak mengundang kisah-kisah yang diungkapkan secara berulang kali dibeberapa
tempat. Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam Al-Qur’an dan
dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda. Disatu tempat ada bagian-bagian
yang didahulukan, sedangkan ditempat lain diakhirkan. Demikian pula terkadang
dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar, dan
sebagainya. Diantara hikmahnya ialah:
1)
Menjelaskan ke-balaghah-an Al’Qur’an dalam tingkat yang tinggi. Sebab di antara
keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam berbagai macam
bentuk yang berbeda.
2)
Menunjukkan kehebatan mukjizat Al-Qur’an
V.
PENGARUH KISAH-KISAH AL-QUR’AN DALAM PENDIDIKAN DAN
MENGAJARAN
Metode kisah akan lebih digemari dan menembus relung jiwa manusia dengan mudah daripada metode talaqi.
Dalam kisah-kisah Qur'an ini terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali mereka dengan bekal pendidikan berupa peri kehidupan para nabi, berita tentang umat-umat terdahulu, sunatullah dalam kehidupan masyarakat.
Metode kisah akan lebih digemari dan menembus relung jiwa manusia dengan mudah daripada metode talaqi.
Dalam kisah-kisah Qur'an ini terdapat lahan subur yang dapat membantu kesuksesan pendidik dalam melaksanakan tugasnya dan membekali mereka dengan bekal pendidikan berupa peri kehidupan para nabi, berita tentang umat-umat terdahulu, sunatullah dalam kehidupan masyarakat.
VI. PERBEDAAN ANTARA KISAH AL-QUR’AN
DENGAN KISAH LAIN
Secara dasar, kisah-kisah al-Quran sangat berbeda dengan
kisah-kisah lainnya dari berbagai segi dan sisi. Akan tetapi, dapat dikatakan
bahawa titik pembeza paling mustahak antara kedua jenis kisah itu adalah tujuan
yang hendak dicapainya. Pada hakikatnya, tujuan itulah yang menjadi pembeza
utama antara kedua jenis kisah itu.
Setiap orang yang ingin menceritakan atau menulis sebuah
cerita, ia pasti memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapainya. Sebahagian orang
sangat meminati seni cerita kerana unsur seninya belaka. Dengan kata lain, ia
menekuni bidang seni ini supaya bakat seninya bertambah maju dan berkembang
pesat. Sebahagian yang lain menekuni bidang seni ini dengan tujuan hanya ingin
mengisi kekosongan waktunya. Dan kelompok ketiga menelusuri kehidupan seni
hanya ingin mengetahui dan menukil biografi dan sejarah generasi yang telah
lalu (seperti saya dan saudara).
Ringkasnya, setiap orang menekuni seni cerita ini atas
dasar faktor dan dorongan tertentu, serta ingin mencapai tujuan yang
diinginkannya. Hal itu dikeranakan seni cerita memiliki daya tarik khusus yang
tidak dimiliki oleh seni-seni lainnya.
Al-Quran pun tidak luput dari kaedah di atas. Ia pun
memiliki tujuan tertentu dalam kisah-kisah yang dipaparkannya. Yang pasti,
tujuannya di balik pemaparan kisah-kisah itu tidak terlepas dari tujuan
universalnya. Yaitu, hidayah dan memberikan petunjuk kepada umat manusia,
mendidik mereka secara benar dalam setiap sisi kehidupan, mengadakan reformasi
sosial secara mendasar, dan akhirnya menciptakan individu dan masyarakat yang
soleh, berkeperibadian Ilahi, dan beriman.
VII.
TUJUAN
KISAH-KISAH AL-QUR’AN
Jika kita menelaah kisah-kisah al-Quran dengan saksama,
kita akan memahami bahawa dengan perantara kisah-kisah itu Allah ingin
menyampaikan inti penting yang dikemas dalam bentuk cerita dan kisah. Di antara
tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut ini:
a.
Membuktikan kewahyuan
al-Quran dan kebenaran misi Nabi Muhammad s.a.w.; semua yang disampainya adalah
wahyu yang turun dari Allah demi membimbing umat manusia ke jalan yang lurus.
Dengan memperhatikan kecermatan dan kejujuran al-Quran dalam menukil
kisah-kisah itu, kewahyuannya akan dapat dibuktikan. Al-Quran sendiri telah
mengisyaratkan hal ini ketika ia menukil kisah-kisah para nabi, baik di
permulaan maupun di akhir kisah. Ia berfirman,
“Kami akan menceritakan kepadamu
cerita terbaik dengan apa yang telah Kami wahyukan al-Quran ini kepadamu
meskipun sebelumnya engkau termasuk di antara orang-orang yang lupa (baca :
tidak mengenal kisah itu)”. (Q.S. Yusuf [12] : 3)
Setelah
menukil kisah Nabi Hud as, Ia berfirman,
“Itu semua termasuk dari
berita-berita ghaib (yang) Kami wahyukan kepadamu. Sebelum ini, engkau dan
kaummu tidak mengetahuinya. Maka, bersabarlah! kerana masa depan berada di
tangan orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Hûd [11] : 49)
b.
Membuktikan kesatuan
agama dan akidah seluruh nabi a.s.. kerana mereka semua datang dari Allah,
intisari dakwah mereka adalah satu dan mereka mengajak umat manusia kepada satu
tujuan. Dengan mengingatkan kembali tujuan yang satu ini, di samping ingin
menegaskan kesatuan akar dakwah seluruh agama dan umat manusia, al-Quran juga
ingin menekankan bahawa intisari dakwah para nabi as tidak berbeza antara satu
dengan lainnya.
Tujuan ini
telah sering diisyaratkan dalam beberapa ayat al-Quran. Realiti ini dapat kita
telaah dalam surah al-A’râf [7] : 59, 65, 73, dan 85.
Sebagai
contoh, Allah berfirman,
“Kami telah mengutus Nuh kepada
kaumnya. Lalu, ia berkata, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, tiada Tuhan bagi
kalian selain-Nya. Sesungguhnya aku takut azab yang besar terhadap
kalian”.(Q.S. Al-A’râf [7] : 59)
Menyembah
Allah adalah satu tujuan yang diproklamirkan oleh seluruh nabi dan rasul as.
c.
Menjelaskan kesatuan
tatacara dan saranan para nabi as dalam berdakwah, kesatuan sikap mereka dalam
menghadapi masyarakat, bagaimana sikap masyarakat dalam menanggapi ajakkan
mereka, dan kesamaan adat-istiadat yang berlaku di dalam masyarakat ketika
mereka mulai berdakwah.
Realiti
ini dapat kita telaah bersama dalam surah Hûd [11] : 25, 27, 50, dan 61.
d. Membenarkan
khabar-khabar gembira dan peringatan- peringatan Ilahi secara nyata dengan
memberikan contoh-contoh nyata tentang hal itu. Semua itu adalah suatu
implementasi dari rahmat Ilahi bagi orang-orang yang taat dan azab Ilahi bagi
para pembangkang.
e. Menjelaskan
rahmat dan nikmat Ilahi yang telah dicurahkan atas para nabi a.s. sebagai hasil
kedekatan hubungan mereka dengan Allah. Sebagai contoh, hal ini dapat kita
temukan dalam kisah Nabi Sulaiman, Daud, Ibrahim, Isa, Zakaria, dan lain-lain.
f. Mengemukakan
permusuhan kuno syaitan terhadap umat manusia di mana ia selalu menanti
kesempatan untuk menyesatkannya. Kisah Nabi Adam a.s. adalah sebuah contoh riil
untuk hal ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar