Makalah Filsafat
Ilmu Hermeneutika
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar
Tahun Akademik 2013/20114
Kata pengantar
Alhamdulillah, puji dan
syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T yang dengan rahmat dan
hidayahNya penulis masih di berikan kehidupan dan di berikan kesempatan untuk
menyelesaikan tugas yang di berikan oleh dosen pengampu. Shalawat dan salam
tidak lupa penulis hanturkan kepada Nabi Besar ummat muslimin Muhammad S.A.W yang
telah membawa kita semua dari zaman kegelapan menuju zaman terang benderang.
Kepada pembaca yang budiman, dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan
kritik dan saran konstruktifnya sekiranya dalam makalah ini terdapat kekeliruan
dan kesalahan sehingga makalah ini dapat bermanfat adanya.
Samata, Gowa.
Juni 2014
Kelompok
1 (satu)
A.
Pengertian
Hermeneutika
Istilah
hermeneutika berasal dari kata Yunani; hermencuein,yang artinya diterjemahkan
"menafsirkan", kata bendanya: hermeneia artinya
"tafsiran". Dalam tradisi Yunani kuno kata hermeneuein dipakai
dalam tiga makna, yaitu mengatakan (to say), menjelaskan (to explain),
dan menerjemahkan (to translate). Dari tiga makna ini, kemudian
dalam kata Inggris diekspresikan dengan kata: to interpret, Dengan
demikian perbuatan interpretasi menunjuk pada tiga hal pokok: pengucapan lisan (an
oral recitation), penjelasan yang
masuk akal (areasonable explanation), dan terjemahan dari bahasa lain (a
translation from another language), atau mengekspresikan.
Menurut istilah, hermeneutika biasa
dipahami sebagai: "the art and science of interpreting especially
authoritative writings; mainly in application to sacred scripture, and
equivalent to exegesis" (seni dan ilmu menafsirkan khususnya tulisan-tulisan
berkewenangan, terutama berkenaan dengan kitab suci dan sama sebanding dengan
tafsir). Ada juga yang memahami bahwa hermeneutika merupakan sebuah filsafat
yang memusatkan bidang kajiannya pada persoalan "understanding of
understanding (pemahaman pada pemahaman)'' terhadap teks, terutama teks
Kitab Suci, yang datang dari kurun, waktu, tempat, serta situasi sosial yang
asing bagi paia pembacanya.
Istilah hermeneutika sering dihubungkan dengan nama Hermes,
tokoh dalam mitos Yunani yang bertugas menjadi perantara antara Dewa Zeus
dan manusia. Namun
dalam perkembangan selanjutnya definisi hermeutika ini mengalami perkembangan,
yang semula hermeneutika dipandang sebagai ilmu tentang penafsiran (science of
interpretation). Dalam perkembangan selanjutnya definisi hermeneutika menurut Richard
E. Palmer dibagi menjadi enam,
yakni:
1.
Teori penafsiran
Kitab Suci (theory of biblical exegesis)
2.
Sebagai
metodologi filologi umum (general philological methodology).
3.
Sebagai ilmu
tentang semua pemahaman bahasa (science of all linguistic understanding).
4.
Sebagai landasan
metodologis dari ilmu-ilmu kemanusiaan (methodological foundation of
Geisteswissenschaften)
5.
Sebagai
pemahaman eksistensial dan fenomenologi eksistensi (phenomenology of existence
dan of existential understanding)
6.
sebagai sistem
penafsiran (system of interpretation).
B.
Pendapat dari beberapa tokoh tentang
hermeneutika
1. Dalam pandangan Friederich Sehleiermacher menyatakan bahwa pemahaman hermeneutika
mempunyai dua dimensi,yakni:
a. Penafsiran gramatikal, yang
berkaitan dengan aspek linguistik yang membentuk batasan-batasan di mana sebuah
kegiatan berpikir diatur. Dalam penafsiran ini, pendekatan yang digunakan
dengan menggunakan metode komparatif yang bermula dari yang umum ke yang
khusus. Penafsiran disebut juga penafsiran obyektif serta dapat juga dikatakan
penafsiran negatif. Hal ini disebabkan hanya menunjukkan batas-batas
pemahamannya saja.
b. Penafsiran psikologis, yang berusaha
menciptakan kembali tindak kreatif yang menghasilkan teks dan kegiatan sosial.
Penafsiran psikologi melibatkan penempatan seseorang dalam pikiran
penulis atau actor social supaya dapat mengetahui apa yang diketahui oleh seorang
penulis atau yang dipersiapkan dalam kegiatan social. Hal ini merupakan proses
yang memerlukan banyak tenaga untuk menyusun konteks kehidupan tempat suatu
kegiatan terjadi dan mendapatkan makna. Dalam penafsiran ini, pendekatan yang
digunakan dengan metode komparasi dan semacam ramalan. Dalam metode ini pelaku
hermeneutika mentransformasikan dirinya dalam diri penulis untuk menggali
proses mentalnya. Penafsiran ini disebut juga penafsiran teknis. Melalui
penafsiran inilah tugas seorang hermeneutic terpenuhi. Selain disebut sebagai
penafsiran teknis, penafsiran ini juga disebut penafsiran positif karena
berusaha memahami tindak berpikir yang melahirkan wacana.
2. Dalam pandangan Dilthey , yang
dikenal sebagai filosof terpenting paruh kedua abad 19, hermeneutika memang
bermula dari analisis psikologis akan tetapi akhirnya harus dikembangkan ke
konteks social yang lebih luas. Dia juga berpendapat bahwa sebuah fenomena
harus ditempatkan pada situasi keseluruhan yang lebih luas tempat fenomena
tersebut mendapatkan maknanya, bagian-bagian memperoleh pemaknaan dari
keseluruhan dan keseluruhan mendapatkan pemaknaan dari bagian-bagian. Jadi yang
menjadi penekanannya bergeser dari pemahaman empatik atau rekonstruksi proses
mental orang lain kea rah penafsiran hermeneutik tentang produk budaya struktur
konseptual.
3. Husserl mengembangkan hermeneutikanya didasarkan pada
prinsip fenomenologi. Baginya ada 3 pendapat mengenai konsep
hermeneutika.,yakni:
1.
Hasil sebuah penafsiran haruslah
bebas dari relativitas historis dan perubahan social.
2.
Kesadaran harus bebas dari dugaan
supaya diperoleh kebenaran mandiri.
3.
Data yang bersifat apa adanya harus
dibuang
4. Menurut Gadamer dalam hermeneutika tertarik
pada proses pemahaman. Pemahaman harus diletakkan dalam tradisi historis ,
suatu waktu dan tempat teks ditulis . Hermeneutik berlengsung di luar analisis
teks menuju ke konteks historisnya. Ada 3 pendapat menurutntya tentang
hermeneutika yakni:
1.
Kegiatan hermeneutic diterapkan pada
sesuatu di luar apa yang dikatakan menuju pada sesuatu yang secara alami
ketika dikatakan makna sehari-hari dan situasi dimana percakapan itu
terjadi.
2.
Hermeneutik dilakukan dengan cara
memadukan horizon pelaku hermeneutic dan horizon teks sasaran. Benturan
dengan horizon lain akan memunculkan kesadaran yang berupa asumsi dan dugaan
tentang horizon suatu makna yang belum disadari. Dalam hal ini
hermeneutika adalah penjembatan atau mediasi bukannya rekonstruksi.
3.
Pembacaan sebagai bagian dari
hermeneutik melibatkan aplikasi sehingga pembaca menjadi bagian dari yang ia
mengerti. Karena itu ketermilikan, partisipasi, bahasa sebagai medium
berpengalaman tentang dunia adalah landasan yang nyata bagi pengalaman
hermeneutik.
6. Dalam perkembangan selanjutnya, Ricoeur mengembangkan
hermeneutikanya dengan berbasis pada teks. Dia memanfaatkan dikotomi
langue dan parole serta mencarikan posisi eksplanasi dan pemahaman dalam sebuah
penafsiran.
C.
Biografi
Tokoh-tokoh Pengembang Hermeneutika
Tokoh-tokoh Pengembang Hermeneutika
1.
Friederich Sehleiermacher
Friedrich Daniel Ernst
Schleiermacher (1768 -- 1834) adalah anak seorang pendeta tentara di Silesia
Utara. Kedua orang kakeknya juga pendeta. Ayahnya yang memiliki kecenderungan
pietis (gerakan yang menekankan doktrin alkitabiah, kesalehan pribadi, dan
kehidupan Kristen yang berkobar-kobar) yang kuat, mengirimnya ke seminar
Moravian di Barby dengan harapan supaya segala kecenderungan ini akan bertambah
berkembang di dalam diri anaknya.
Ketika itu Schleiermacher
belajar di Halle (kemudian menjadi pusat pemikiran radikal di Jerman) dan
Berlin. Sesudah masa tugas sebagai seorang guru pribadi, dia kembali ke Berlin
sebagai pendeta dari Rumah Sakit Charity, dan diterima di sebuah perkumpulan
para penulis dan pujangga Romantik. Kelompok itu memberontak melawan
pandangan-pandangan rasionalis dari Pencerahan, dan menekankan peranan misteri,
imajinasi, serta perasaan. Dalam periode inilah Schleiermacher menerbitkan
bukunya yang terkenal, "On Religion: Speeches to its Cultured
Despisets" (1799).
Pada tahun 1804, dia
kembali ke Halle sebagai seorang profesor. Tetapi peperangan Napoleon
mengharuskannya untuk berdiam di Berlin, sebab perjanjian perdamaian Peace of
Tilsit memutuskan hubungan Halle dari wilayah-wilayah Prusia lainnya. Di
Berlin, Schleiermacher meneguhkan dirinya sebagai salah seorang dari tokoh
intelektual terkemuka dari negaranya. Dia memainkan peranan terpenting dalam
pembentukan Universitas Berlin tahun 1810 dan memimpin fakultas teologinya.
Tetapi teologi bukan satu-satunya minatnya.
Beberapa jilid terjemahan
dari Plato yang dikerjakannya untuk waktu yang lama, menjadi edisi baku di
Jerman. Aliran karangan atau tulisan-tulisan yang dipelajari terus-menerus
mengalir dari penanya, banyak di antaranya mula-mula muncul dalam bentuk
naskah-naskah yang dipersembahkan kepada Akademi Ilmu Pengetahuan Prusia
(Prussian Academy of Sciences). Selama waktu itu, Schleiermacher melayani
secara tetap di Trinity Church yang moderat di Berlin.
Karya-karya
Schleiermacher yang dikumpulkan di Jerman setelah ia meninggal terdiri dari
tiga puluh jilid (hampir terbagi rata antara khotbah-khotbah, tulisan-tulisan
teologis, dan tulisan-tulisan filsafat). Ini semua mencakup sebuah buku
berjudul "Life Of Jesus". Karya yang paling penting di antara
semuanya adalah sebuah buku yang berusaha memaparkan secara sistematis
pendekatan baru Schleiermacher terhadap kekristenan, "The Christian
Faith" (1821-22, 1830-31/2).
2.
Wilhelm Dilthey
Wilhelm Dilthey
(lahir di Biebrich,
Wiesbaden, Konfederasi
Jerman, 19 November 1833 – meninggal
di Seis
am Schlern, Austria-Hongaria, 1 Oktober 1911
pada umur 77 tahun) adalah seorang sejarahwan, psikolog, sosiolog, siswa hermeneutika, dan filsuf
Jerman. Ayahnya merupakan seorang
pendeta dan pengkhotbah sesuai dengan tradisi yang dijalani keluarganya secara
turun-temurun. Ia menganut paham liberal dan teologi protestan serta sangat
tertarik pada sejarah dan politik. Ibunya adalah anak dari seorang konduktor
musik dan ibunya sendiri juga sangat menyukai music. Pada tahun 1852, setelah
menyelesaikan pendidikannya di Wiesbaden, Dilthey meninggal pada tahun 1911 dan
hanya mempublikasikan tiga buku serta beberapa esai.
3.
Gadamer
Hans
Georg Gadamer lahir di kota Marburg, Jerman pada 11 Februari 1900. Ia anak dari
seorang ahli kimia farmasi, seorang Privatdozent di Universitas Marburg,
bernama Dr. Johannes Gadamer (1867–1928) pernah diminta untuk menjadi profesor
luar biasa di universitas Breslau, yang memiliki sikap tegas, keras dan penuh
disiplin dalam setiap keadaan dengan berkarakter budaya Prusia. dan ibunya
bernama Emma Caroline Johanna Gewiese (1869–1904) seorang ibu rumah tangga
penganut Protestan yang taat dan konservatif, yang berhati lembut dan memiliki sikap
yang penuh puitis. Walaupun dibesarkan dalam keluarga akademisi dan Protestan
yang taat, Gadamer memilih mundur atau bungkam jika ditanyakan mengenai
imannya.
Hans Georg
Gadamer dalam menyumbangkan sebuah pemikirannya terhadap hermeneutika tidak
dapat dilepaskan dari pengaruh filsafat Martin Heidegger. Gadamer melanjutkan
implikasi kontribusinya Heidegger terhadap Hermeneutika yaitu pada “Being
and Time”. Hermeneutika dibawa selangkah lebih jauh oleh Gadamer ke dalam
kata “linguistik” dengan sebuah pernyataan kontroversialnya yaitu, “Ada (Being)
yang dapat dipahami adalah bahasa”. Hermeneutika adalah pertemuan dengan ada
(Being) melalui bahasa. Puncaknya, Gadamer menyatakan karakter linguistik
realitas manusia itu sendiri dan hermeneutika larut ke dalam
persoalan-persoalan yang sangat filosofis dari relasi bahasa yang ada,
pemahaman, sejarah, ekssitensi, dan realitas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar