Koordinasi Dan Rentang Manajemen
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
UIN Alauddin Makassar
2013/2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Latar Belakang Kami menulis Makalah ini, karena untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa dan
mahasiswi tentang bagaiman cara Koordinasi dan Rentang Manajemen dalam suatu
kehidupan di masyarakat.
B. Tujuan Penulisan Makalah
Makalah ini
membahas tentang Motivasi Karyawan, adapun tujuan dari Makalah ini yaitu:
1.
Mendefinisikan Koordinasi dan Rentang Manajemen
2.
Menjelaskan teori-teori yang berhubungan dengan Koordinasi dan Rentang
Manajemen
3.
Menjelaskan Koordinasi dan Rentang Manajemen melalui Bagan
4.
Simpulan dari Makalah
C. Metode Pengumpulan Data
Makalah ini
dapat tersusun dengan cara mengumpulkan data-data atau Informasi-informasi baru
(update) pada internet dan Buku Manajemen.
BAB II
KOORDINASI
MANAJEMEN
A. Pengertian Koordinasi
Menurut
G.R. Terry koordinasi adalah suatu usaha yang sinkron dan teratur untuk
menyediakan jumlah dan waktu yang tepat, dan mengarahkan
pelaksanaan untuk menghasilkan suatu tindakan yang seragam dan harmonis pada
sasaran yang telah ditentukan.
Sedangkan
menurut E.F.L. Brech, koordinasi adalah mengimbangi dan
menggerakkan tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok dengan
masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan
yang semestinya di antara para anggota itu sendiri (Hasibuan, 2007:85).
Menurut Mc.
Farland (Handayaningrat, 1985:89) koordinasi adalah suatu proses di
mana pimpinan mengembangkan pola usaha kelompok secara teratur di antara
bawahannya dan menjamin kesatuan tindakan di dalam mencapai tujuan bersama.
Sementara
itu, Handoko (2003:195) mendefinisikan koordinasi (coordination)
sebagai proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada
satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Menurut Handoko
(2003:196) kebutuhan akan koordinasi tergantung pada sifat dan
kebutuhan komunikasi dalam pelaksanaan tugas dan derajat saling ketergantungan
bermacam-macam satuan pelaksananya. Handoko (2003:196) juga menyebutkan bahwa
derajat koordinasi yang tinggi sangat bermanfaat untuk pekerjaan yang tidak
rutin dan tidak dapat diperkirakan, faktor-faktor lingkungan selalu
berubah-ubah serta saling ketergantungan adalah tinggi. Koordinasi juga sangat
dibutuhkan bagi organisasi-organisasi yang menetapkan tujuan yang tinggi.
Hal ini juga
ditegaskan oleh Handayaningrat (1985:88) bahwa koordinasi dan
komunikasi adalah sesuatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Selain itu,
Handayaningrat juga mengatakan bahwa koordinasi dan kepemimpinan (leadership) adalah
tidak bisa dipisahkan satu sama lain, karena satu sama lain saling
mempengaruhi.
Terdapat 3
(tiga) macam saling ketergantungan di antara satuan-satuan organisasi seperti
diungkapkan oleh James D. Thompson (Handoko, 2003:196), yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled
interdependence), bila satuan-satuan organisasi tidak saling tergantung satu
dengan yang lain dalam melaksanakan kegiatan harian tetapi tergantung pada
pelaksanaan kerja setiap satuan yang memuaskan untuk suatu hasil akhir.
2. Saling ketergantungan yang berurutan
(sequential interdependece), di mana suatu satuan organisasi harus melakukan
pekerjaannya terlebih dulu sebelum satuan yang lain dapat bekerja.
3. Saling ketergantungan timbal balik
(reciprocal interdependence), merupakan hubungan memberi dan menerima antar
satuan organisasi.
B. Masalah-Masalah dalam Koordinasi
Peningkatan
spesialisasi akan menaikkan kebutuhan akan koordinasi. Tetapi semakin besar
derajat spesialisasi, semakin sulit bagi manajer untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan khusus dari satuan-satuan yang berbeda.
Paul R.
Lawrence dan Jay W. Lorch (Handoko, 2003:197) mengungkapkan 4 (empat) tipe
perbedaan dalam sikap dan cara kerja yang mempersulit tugas pengkoordinasian,
yaitu:
a. Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
Para anggota dari departemen yang
berbeda mengembangkan pandangan mereka sendiri tentang bagaimana cara mencapai
kepentingan organisasi yang baik. Misalnya bagian penjualan menganggap bahwa
diversifikasi produk harus lebih diutamakan daripada kualtias produk. Bagian
akuntansi melihat pengendalian biaya sebagai faktor paling penting sukses
organisasi.
b. Perbedaan dalam orientasi waktu.
Manajer produksi akan lebih
memperhatikan masalah-masalah yang harus dipecahkan segera atau dalam periode
waktu pendek. Biasanya bagian penelitian dan pengembangan lebih terlibat dengan
masalah-masalah jangka panjang.
c. Perbedaan dalam orientasi antar-pribadi.
Kegiatan produksi memerlukan
komunikasi dan pembuatan keputusan yang cepat agar prosesnya lancar, sedang
bagian penelitian dan pengembangan mungkin dapat lebih santai dan setiap orang
dapat mengemukakan pendapat serta berdiskusi satu dengan yang lain.
d. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam
organisasi mungkin mempunyai metode-metode dan standar yang berbeda untuk
mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
C. Tipe-Tipe Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:86-87)
terdapat 2 (dua) tipe koordinasi, yaitu:
1.
Koordinasi vertikal adalah kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang
dilakukan oleh atasan terhadap kegiatan unit-unti, kesatuan-kesatuan kerja yang
ada di bawah wewenang dan tanggungjawabnya
2.
Koordinasi horisontal adalah mengkoordinasikan tindakan-tindakan atau
kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan
yang dilakukan terhadap kegiatan-kegiatan penyatuan, pengarahan yang dilakukan
terhadap kegiatan-kegiatan dalam tingkat organisasi (aparat) yang setingkat.
D. Sifat-Sifat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:87)
terdapat 3 (tiga) sifat koordinasi, yaitu:
1.
Koordinasi adalah dinamis bukan statis.
2.
Koordinasi menekankan pandangan menyeluruh oleh seorang koordinator (manajer)
dalam rangka mencapai sasaran.
3.
Koordinasi hanya meninjau suatu pekerjaan secara keseluruhan.
Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.
Asas koordinasi adalah asas skala (hirarki) artinya koordinasi itu dilakukan menurut jenjang-jenjang kekuasaan dan tanggungjawab yang disesuaikan dengan jenjang-jenjang yang berbeda-beda satu sama lain. Tegasnya, asas hirarki ini bahwa setiap atasan (koordinator) harus mengkoordinasikan bawahan langsungnya.
E.
Syarat-Syarat Koordinasi
Menurut Hasibuan (2007:88)
terdapat 4 (empat) syarat koordinasi, yaitu:
1.
Sense of cooperation (perasaan untuk bekerjasama), ini harus dilihat dari sudut
bagian per bagian bidang pekerjaan, bukan orang per orang.
2.
Rivalry, dalam perusahaan-perusahaan besar sering diadakan persaingan antara
bagian-bagian, agar bagian-bagian ini berlomba-lomba untuk mencapai kemajuan.
3.
Team spirit, artinya satu sama lain pada setiap bagian harus saling menghargai.
4.
Esprit de corps, artinya bagian-bagian yang diikutsertakan atau
dihargai, umumnya akan menambah
kegiatan yang bersemangat.
Koordinasi adalah suatu istilah
yang mengandung pengertian koperasi (cooperation), sebab tanpa adanya koperasi
tidak mungkin dapat dilakukan. Mc. Farland (Handayaningrat, 1985:90)
mendefinisikan koperasi merupakan kehendak dari individu-individu untuk
menolong satu sama lain. Namun antara koordinasi dan koperasi berbeda. Menurut
Handayaningrat (1985:90) pada koperasi terdapat unsur kesukarelaan atau sifat
suka rela (voluntary attitude) dari orang-orang di dalam organisasi. Sedangkan
koordinasi tidak terdapat unsur kerjasama secara suka rela, tetapi bersifat
kewajiban (compulsory).
F. Ciri-Ciri Koordinasi
Menurut Handayaningrat
(1985:89-90) koordinasi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1.
Bahwa tanggungjawab koordinasi adalah terletak pada pimpinan. Oleh karena itu,
koordinasi adalah merupakan tugas pimpinan. Koordinasi sering dicampur-adukkan
dengan kata koperasi yang sebenarnya mempunyai arti yang berbeda. Sekalipun
demikian pimpinan tidak mungkin mengadakan koordinasi apabila mereka tidak
melakukan kerjasama. Oleh kaerna itu, maka kerjasama merupakan suatu syarat
yang sangat penting dalam membantu pelaksanaan koordinasi.
2.
Adanya proses (continues process). Karena koordinasi adalah pekerjaan pimpinan
yang bersifat berkesinambungan dan harus dikembangkan sehingga tujuan dapat
tercapai dengan baik.
3.
Pengaturan secara teratur usaha kelompok. Oleh karena koordinasi adalah konsep
yang ditetapkan di dalam kelompok, bukan terhadap usaha individu, maka sejumlah
individu yang bekerjasama, di mana dengan koordinasi menghasilkan suatu usaha
kelompok yang sangat penting untuk mencapai efisiensi dalam melaksanakan
kegiatan organisasi. Adanya tumpang tindih, kekaburan dalam tugas-tugas
pekerjaan merupakan pertanda kurang sempurnanya koordinasi.
4.
Konsep kesatuan tindakan. Hal ini adalah merupakan inti dari koordinasi.
Kesatuan usaha, berarti bahwa harus mengatur sedemikian rupa usaha-usaha tiap
kegiatan individu sehingga terdapat adanya keserasian di dalam mencapai hasil.
5.
Tujuan koordinasi adalah tujuan bersama, kesatuan dari usaha meminta suatu
pengertian kepada semua individu, agar ikut serta melaksanakan tujuan sebagai
kelompok di mana mereka bekerja.
G. Pendekatan-pendekatan
untuk Pencapaian Koordinasi yang Efektif
Komunikasi adalah kunci
koordinasi yang efektif. Koordinasi
secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi.
Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan
informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi. Tiga
Pendekatan untuk pencapaian koordinasi yang efektif:
1.
Pendekatan Pertama: TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN DASAR
Dengan mempergunakan
teknik-teknik manajemen dasar : hirarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai
pengarah umum kegiatan-kegiatan serta aturan-aturan dan prosedur-prosedur.
2.
Pendekatan Kedua: MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL
Menjadi diperlukan bila
bermacam-macam satuan organisasi menjadi saling tergantung dan lebih luas dalam
ukuran dan fungsi.
3. Pendekatan
Ketiga: MENGURANGI KEBUTUHAN AKAN KOORDINASI
Dalam beberapa situasi adalah
tidak efisien untuk mengembangkan cara pengkoordinasian tambahan. Ini dapat
dilakukan dengan penyediaan tambahan smber daya-sumber daya untuk satuan-satuan
organisasi atau penglompokan kembali satuan-satuan organisasi agar tugas-tugas
dapat berdiri sendiri.
H. Mekanisme – Mekanisme Pengkoordinasian
Dasar
Dalam pengkoordinasian dasar kita harus
mengetahui Mekanisme-mekanisme apa saja yg harus di perhatikan
1. Hirarki
manajerial.
Rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenag
formal, hubungan tanggung jawab dan akuntanbilitas yang jelas dapat menumbuhkan
integrasi bila dirumuskan secara jelas serta dilaksanakan dengan pengarahan
yang tepat.
2. Aturan dan prosedur.
Adalah keputusan-keputusan manajerial yang dibuat untuk
menangani kejadian-kejadian rutin, sehingga dapat juga menjadi peralatan yang
efisien untuk koordinasi dan pengawasan rutin.
3. Rencana dan penetapan
tujuan.
Pengembangannya dapat digunakan untuk pengoordinasian
melalui pengarah seluruh satuan orgaisasi terhadap sasaran-sasaran yang sama.
Ini diperlukan bila aturan dan prosedur tidak mampu lagi memproses seluruh
informasi yang dibutuhkan untuk mengoordinasikan kegiatan-kegiatan
satuan-satuan oraganisasi.
I. Pedoman Koordinasi
1.
Koordinasi harus terpusat, sehingga ada unsur pengendalian guna
menghindari tiap bagian bergerak sendiri-sendiri yang merupakan kodrat yang
telah ada dalam setiap bagian, ingat bahwa organisasi merupakan kumpulan dari
orang-orang yang punya kebutuhan dan keinginan berbeda.
2.
Koordinasi harus terpadu, keterpaduan pekerjaan menunjukkan keadaan yang
saling mengisi dan memberi.
3.
Koordinasi harus berkesinambungan, yaitu rangkaian kegiatan yang saling
menyambung, selalu terjadi selalu diusahakan dan selalu ditegaskan adanya
keterkaitan dengan kegiatan sebelumnya.
4.
Koordinasi harus menggunakan pendekatan multi instansional, dengan ujud
saling memberikan informasi yang relevan untuk menghindarkan saling tumpang
tindih tugas yang satu dengan tugas yang lain.
J.
Kebaikan dan Hambatan Koordinasi yang efektif
Kebaikan :
1.
Beban tiap bagian tidak terlalu berat, karena adana keseimbangan antar bagian.
2.
Tiap bagian akan memperoleh informasi yang jelas dalam partisipasi pencapaian
tujuan dan tahu perannya masing-masing sehingga dapat memberikan saran dan
komentar terhadap kemungkinan ketidakserasian antar bagian.
3.
Skedul kerja saling terkait sehingga menjamin penyelesaian pekerjaan tepat pada
waktunya.
Kelemahan :
1.
Perbedaan tiap bagian dalam orientasi pencapaian tujuan.
2.
Perbedaan dalam orientasi waktu.
3.
Perbedaan orientasi antar pribadi.
4.
Perbedaan dalam formalitas struktur.
K. Pendekatan untuk mencapai Koordinasi yang efektif
1.
Menggunakan pendekatan teknik-teknik dasar manajemen yang berupa
hirarki manajerial, rencana dan tujuan sebagai dasar bertindak.
Hirarki manajerial terdiri atas
rantai perintah, aliran informasi dan kerja, wewenang formal, hubungan tanggung
jawab, dan akuntabilitas yang jelas sehingga menimbulkan integritas bila diformulasikan dengan jelas serta
dilaksanakan dengan pengarahan yang tepat.
Aturan dan prosedur adalah
keputusan-keputusan yang dibuat untuk mengatur kejadian-kejadian rutin.
Rencana dan penetapan tujuan dilakukan
untuk pengkoordinasian melalui pengarahan dalam mencapai sasaran yang sama
untuk tiap satuan organisasi.
2.
Meningkatkan koordinasi potensial bila tiap bagian saling
tergantung satu dengan lainnya serta lebih luas dalam u
a)
Sistem informasi vertikal, penyaluran data-data melalui
tingkatan-tingkatan organisasi. Komunikasi ini bisa di dalam atau diluar rantai
perintah. Sistem informasi manajemen telah dikembangkan dalam kegiatan-kegiatan
seperti pemasaran, keuangan, produksi, dan operasi-operasi internasional untuk
meningkatkan informasi yang tersedia bagi perencanaan, koordinasi, dan
pengawasan.
b)
Hubungan lateral (horizontal), dengan membiarkan informasi
dipertukarkan dan keputusan dibuat pada tingkat dimana informasi diperlukan.
Secara umum ada beberapa hubungan lateral :
a.
Hubungan langsung
b.
Hubungan kelompok langsung
c.
Hubungan silang
Sedangkan secara khusus dijelaskan
bahwa ada beberapa hubungan lateral yaitu:
1.
Kontak langsung antara individu-individu yang dapat meningkatakan efektivitas
dan efisiensi kerja.
2.
Peranan penghubung, yang menangani komunikasi antar departemen sahingga
mengurangi panjangnya saluran komunikasi.
3.
Panitnya dan satuan tugas. Panitnya biasanya diorganisasi secara formal dengan
pertemuan yang dijadwalkan teratur. Satuan tugas dibentuk bila dibutuhkan untuk
masalah-masalah khusus.
4.
Pengintegrasian peranan-peranan, yang dilakukan oleh misal manajer produk atau
proyek, perlu diciptakan bila suatu produk, jasa atau proyek khusus memerlukan
tingkat koordinasi yang tinggi dan perhatian yang terus menerus dari seseorang.
5.
Peranan penghubung manajerial, yang mempunyai kekuasaan menyetujui perumusan
anggaran oleh satuan-satuan yang diintegrasikan dan implementasinya. Ini
diperlukan bila posisi pengintegrasian yang dijelaskan pada d di
atas tidak secara efektif mengoordinasikan tugas tertentu.
6.
Organisasi matriks, suatu mekanisme yang sangat baik bagi penanganan dan
penyelesaian proyek-proyek yang kompleks.
3.
Mengurangi kebutuhan akan koordinasi, ada dua metode pengurangan
kebutuhan koordinasi, yaitu :
a.
Penciptaan sumber daya tambahan yang memberikan kelonggaran bagi satuan kerja,
misal penambahan kerja, bahan dasar dan pembantu, modal, pengurangan tugas dan
masalah-masalah yang timbul sekarang.
b.
Penciptaan tugas-tugas yang dapat berdiri sendiri, dengan mengubah karakter
satuan organisasi.
II. Rentang
Manajemen
Bila kegiatan-kegiatan dibagi dan
didepartementalisasikan, manajer perlu untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan itu untuk mencapai tujuan. Kemampuan manajer untuk melakukan
koordinasi secara efektif sebagian besar tergantung pada jumlah bawahan yang
melapor kepadanya, yang dikenal sebagai “ rentang manajemen ” atau “
rentang kendali ”.
A. Pengertian Rentang Manajemen
Rentang
manajemen atau rentang kendali adalah kemampuan
manajer untuk melakukan koordinasi secara efektif yang sebagian besar
tergantung jumlah bawahan yang melapor kepadanya. Prinsip rentang manajemen berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat
dikendalikan secara efektif oleh seorang manajer. Bawahan yang terlalu banyak
kurang baik, demikian pula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga kurang
baik.
Istilah-istilah
lain rentang manajemen:
1. span of control
2. Span of authority
3. Span of attention atau span of supervision
Hubungan
rentang manajemen dan koordinasi: ”Semakin besar jumlah rentang, semakin sulit
untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan secara efektif.”
Prinsip rentang
manajemen berkaitan dengan jumlah bawahan yang dapat dikendalikan secara
efektif oleh seorang manajer. Pengertian rentang manajemen
dapat bermacam-macam ada yang mengatakan span of control, span of authority,
span of attention atau span of supervision,
Berapa
sebenaranya bawahan seorang manajer agar manajer dapat melaksanakan tugasnya
dengan efektif dan efisien. Disini belum ada ketentuan yang pasti berapa
seharusnya bawahan yang ada dalam tanggung jawabnya. Bawahan yang terlalu
banyak kurang baik, demikian pula jumlah bawahan yang terlalu sedikit juga
kurang baik. Ada dua alasan mengapa penentuan rentang yang baik dan tepat. *9
Pertama rentang manajemen memperngaruhi penggunaan efisien dari manajer dan
pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka. Kedua, adanya hubungan antara
rentang manajemen dengan struktur organisasi, dimana semakin sempit rentang
manajemen struktur organisasi akan berbentuk “tall” sedang rentang manajemen
yang melebar akan membentuk struktur organisasi “flat” yang berarti tingkatan manajemen
semakin sedikit.
Untuk memilih
suatu rentang manajemen, manajer harus mempertimbangkan hubungan manajer dengan
bawahan dalam dua kelompok dua atau lebih, juga memeperhatikan hubungan satu
dengan satu secara langsung dengan bawahan. Secara matematik V.A. Graicunas
menetapkan rumus matematikan untuk menghitung jumlah hubungan yang akan
dilakukan, yaitu :
R= n (2n1+ n 1)
|
Dimana R = Jumlah hubungan
n = Jumlah bawahan
- Alasan Penentu Rentang Manajemen yang tepat
1.
Retang manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan pelaksanaan
kerja efektif dari bawahan mereka. Terlalu melebarnya rentang berarti manajer
harus mengendalikan jumlah bawahan yang besar sehingga menyebabkan tidak
efisien. Sebaliknya jika rentang terlalu sempit dapat menyebabkan manajer tidak
digunakan sepenuhnya.
2.
Ada hubungan antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan struktur
organisasi.
Semakin sempit rentang manajemen, struktur organisasi akan berbebtuk ”tall” dengan banyak tingkat pengawasan di antara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Sedangkan rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur yang berbentuk ”flat” yang berarti tingkat manajemen semakin sedikit dan akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.
Semakin sempit rentang manajemen, struktur organisasi akan berbebtuk ”tall” dengan banyak tingkat pengawasan di antara manajemen puncak dan tingkat paling rendah. Sedangkan rentang manajemen yang melebar akan menghasilkan struktur yang berbentuk ”flat” yang berarti tingkat manajemen semakin sedikit dan akan mempengaruhi efektifitas manajer di semua tingkatan.
- Rentang Manajemen dan Tingkatan Organisasional
Hubungan antara rentang manajemen dan tingkatan
organisasional digambarkan dalam gambar 7.1. Suatu organisasi (secara teoritik)
dengan 32 tenaga operatif ditunjukkan dalam tiga struktur rentang manajemen,
dimana setiap struktur memerlukan jumlah manajer yang berbeda. Dalam
kenyataannya, adalah tidak biasa mempunyai rentang manajemen yang sama pada
setiap tingkatan dalam mana setiap struktur diorganisasikan.
Pada struktur A, seorang manajer mengawasi secara
langsung keseluruhan 32 bawahan, yang menghasilkan rentang manajemen yang
sangat lebar dan struktur organisasi yang datar (flat). Struktur B menunjukkan
rentang manajemen yang lebih sempit dan struktur organisasi yang lebih tinggi.
Pada struktur C, dengan rentang manajemen hanya 4, ada 11 manajemen dengan tiga
tingkatan, yang membuat rentang manajemen dangat sempit dan struktur organisasi
sangat tinggi.
- Rentang Manajemen Lebar Versus Sempit
1. Rentang Manajemen Yang Melebar
Alasan digunakan: Tingkatan
hirarki yang semakin tinggi cenderung mengurangi kecepatan waktu penyebaran
informasi dari atas ke bawah. Lebih banyak jumlah tingkatan
yang dilalui informasi, lebih besar kemungkinan penyimpangan atau distorsi. Penambahan tingkatan menajemen memakan biaya,
karena memerlukan penambahan gaji meterial. Penggunaan
sumber daya manajer secara efisien.
2.
Rentang Manajemen Yang Menyempit
Alasan digunkan: pada umumnya
moral dan produktifitas karyawan akan meningkat dalam organisasi-organisasi
kecil daripada dalam organisasi-organisasi besar. Penggunaan rentang manajemen
terlalu melebar berarti manajer tidak akan dapat menjalankan fungsi-fungsi
dengan efektif dan mencurahkan perhatiannya kepada seluruh bawahan secara perseorangan. Koordinasi dan kooperasi berkembang baik, karena setiap individu mengelola fungsi
sendiri dan dengan bantuan minimum dari atasan.
Organisasi dengan meningkatnya jumlah karyawan
mempunyai tiga pilihan:
1. rentang
manajemen naik;
2. hirarki
tingkatan manajemen naik; atau
3. kombinasi
keduanya
Pertimbangan ekonomis sebagai hal terpenting dalam penentuan rentang
manajemen adalah :
Semakin
lebar rentang manajemen maka biaya untuk manajer menurun dan biaya untuk
aktivitas operasional meningkat dan sebaliknya.
Semakin
sempit rentang manajemen maka biaya untuk manajer meningkat dan biaya untuk
aktivitas operasional menurun.
Beberapa realita yang dihadapi adalah :
1. Realitas Bisnis.
Ini tidak hanya mempertimbangan nilai ekonomi dasar
seperti yang baru saja kita bahas, tetapi juga hal-hal lain seperti bagaimana
tersebarnya operasional organisasi. Semakin tersebar suatu organisasi
(dalam hal fungsi atau operasi), maka kebutuhan akan manajer tingkat menengah
dan manajer tingkat yang lebih rendah kemungkinan akan diperlukan lebih banyak
lagi.
2. Realitas Manajemen.
Sistem organisasi manajemen juga akan mempengaruhi
jenis rentang yang diperlukan. Sebagai contoh, dalam organisasi dimana bawahan
diizinkan banyak kemerdekaan, rentang yang lebih luas mungkin diperlukan.
Bawahan akan membuat lebih banyak keputusan menurut mereka sendiri. Hal
seperti itu terjadi pula, dalam organisasi dengan program perencanaan yang
efektif, bawahan akan lebih sadar akan tanggung jawab mereka dan kemungkinan
akan membutuhkan pengawasan kurang.
3. Realitas Manusia.
Kepribadian dan kemampuan para manajer dan bawahan
juga akan mempengaruhi rentang yang dipilih. Beberapa manajer mungkin ingin
mengawasi (atau lebih mampu mengawasi) bawahan mereka lebih dekat daripada yang
lain, dalam hal rentang yang mereka sukai akan cenderung sempit. Bawahan yang
terlatih dan sangat mam pu (ahli) biasanya tidak begitu suka diawasi terlalu
ketat. Manajer dengan bawahan seperti itu akan memerlukan rentang yang lebih
luas.
- Faktor - Faktor yang mempengaruhi Rentang Manajemen
Pada dasarnya faktor-faktor
pengaruh yang dipertimbangkan adalah:
a.
Kesamaan fungsi-fungsi
Semakin sejenis fungsi-fungsi
yang dilaksanakan oleh kelompok kerja, rentangan semakin melebar.
b.
Kedekatan geografis
Semakin dekat kelompok kerja
ditempatkan, secara fisik, rentangan semakin melebar.
c.
Tingkat pengawasan langsung yang dibutuhkan
Semakin sedikit pengawasan
lengsung dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
d.
Tingkat koordinasi pengawasan yang dibutuhkan
Semakin berkurang koordinasi yang
dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
e.
Perencanaan yang dibutuhkan manajer.
Semakin sedikit perencanaan yang
dibutuhkan, rentangan semakin melebar.
f.
Bantuan organisasional yang tersedia bagi pengawas.
Lebih banyak bantuan yang
diterima pengawas dalam fungsi-fungsi seperti penarikan, latihan, dan
pengawasan mutu, rentangan semakin melebar.
Faktor lain yang dipakai untuk menentukan rentang
manajemen dan dijadikan sebagai pedoman yang mencakup beberapa faktor yang
berhubungan dengan situasi, bawahan dan atasan, yang secara ringkas dapat
ditunjukkan berikut ini :
1. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan situasi. Rentang manajemen dapat relatif melebar bila :
Pekerjaan
bersifat rutin
Operasi-operasi
stabil
Pekerjaan
bawahan sejenis
Bawahan
dapat bekerja tidak tergantung satu dengan yang lain
Prosedur-prosedur
dan metoda-metoda dibuat secara baik dan telah diformalisasikan.
Pekerjaan
tidak membutuhkan tingkat pengawasan yang tinggi.
2. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan bawahan. Rentang manajemen dapat relatif melebar apabila :
Bawahan
adalah terlatih baik untuk pekerjaan tertentu.
Bawahan
lebih senang bekerja tanpa pengawasan ketat.
3. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan atasan. Rentang manajemen dapat relatif melebar apabila :
Manajer
adalah terlatih baik dan berkemampuan tinggi.
Manajer
menerima bantuan dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengawasannya.
Manajer
tidak mempunyai kegiatan-kegiatan tambahan selama pengawasan dilaksanakan.
Manajer
lebih menyukai gaya pengawasan yang lepas dari pada ketat.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
KOORDINASI
Koordinasi (coordination) adalah proses pengintegrasian tujuan-tujuan dan kegiatan-kegiatan pada
satuan-satuan yang terpisah (departemen atau bidang-bidang fungsional) suatu
organisasi untuk mencapai tujuan organisasi secara efisien.
Tiga macam saling ketergantungan
di antara satuan-satuan organisasi, yaitu:
1. Saling ketergantungan yang menyatu (pooled interdependence)
2.
Saling ketergantungan yang berurutan (sequential interdependence)
3.
Saling ketergantungan timbal balik (raciprocal interdependence)
Empat tipe perbedaan dalam sikap
dan cara kerja di antara bermacam-macam individu dan departemen-departemen
dalam organisasi menurut Paul R. Lawrence dan Jay W. Lorch adalah:
1.
Perbedaan dalam orientasi terhadap tujuan tertentu.
2. Perbedaan dalam oriantasi waktu
3. Perbedaan dalam orientasi antar pribadi.
4. Perbedaan dalam formalitas struktur.
Setiap tipe satuan dalam
organisasi mungkin mempunyai metoda-metoda dan standar-standar yang berbeda
untuk mengevaluasi program terhadap tujuan dan untuk balas jasa bagi karyawan.
Komunikasi adalah kunci
koordinasi yang efektif. Koordinasi
secara langsung tergantung pada perolehan, penyebaran dan pemrosesan informasi.
Semakin besar ketidakpastian tugas yang dikoordinasi, semakin membutuhkan
informasi. Pada dasarnya koordinasi merupakan pemrosesan informasi.
Tiga Pendekatan untuk pencapaian
koordinasi yang efektif:
1.
Pendekatan Pertama: TEKNIK-TEKNIK MANAJEMEN DASAR
2.
Pendekatan Kedua: MENINGKATKAN KOORDINASI POTENSIAL
3.
Pendekatan Ketiga: MENGURANGI KEBUTUHAN AKAN
KOORDINASI
Mekanisme-mekanisme
Pengkoordinasian Dasar
1. Hirarki manajerial.
2. Aturan dan prosedur.
3. Rencana dan penetapan tujuan..
4. Penentuan Mekanisme Koordinasi yang Tepat
Pertimbangan penting dalam penentuan
pendekatan yang paling baik untuk koordinasi adalah menyesuaikan kapasitas
organisasi untuk koordinasi dengan kebutuhan koordinasi. Bila kebutuhan lebih
besar dari kemampuan, organisasi harus menentukan pilihan: meningkatkan
koordinasi potensial atau mengurangi kebutuhan. Sebaliknya, terlalu besar
kemampuan pemrosesan informasi relatif terhadap kebtuhan secara ekonomis tidak
efisien, karena untuk menciptakan dan memelihara mekanisme-mekanisme tersebut
adalah mahal. Kegagalan untuk mencocokkan kemampuan pemrosesan informasi dengan
kebutuhan akan menyebabkan penurunan prestasi.
RENTANG MANAJEMEN
RENTANG MANAJEMEN
Rentang manajemen atau rentang
kendali adalah kemampuan manajer untuk
melakukan koordinasi secara efektif yang sebagian besar tergantung jumlah
bawahan yang melapor kepadanya.
Istilah-istilah lain rentang
manajemen:
1.
span of control
2.
Span of authority
3.
Span of attention atau span of supervision
Hubungan rentang manajemen dan koordinasi: ”Semakin besar jumlah rentang, semakin sulit untuk mengoordinasi kegiatan-kegiatan bawahan secara efektif.”
Alasan mengapa penentuan rentang yang tepat sangat penting adalah:
1.
Retang manajemen mempengaruhi penggunaan efisien dari manajer dan
pelaksanaan kerja efektif dari bawahan mereka.
2.
Ada hubungan antara rentang manajemen di seluruh organisasi dan struktur
organisasi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
RENTANG MANAJEMEN
1.
Kesamaan fungsi
2.
Kedekatan geografis.
3.
Tingkat pengawasan langsung.
4.
Tingkat koordinasi pengawasan.
5.
Perencanaan.
6.
Bantuan organisasi yang tersedia
DAFTAR PUSTAKA
Handayaningrat, Soewarno (1985).
Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Managemen. Cetakan Keenam. Jakarta: PT
Gunung Agung.
Handoko, T. Hani (2003),
Manajemen. Edisi Kedua. Cetakan Kedelapanbelas. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Hasibuan, Malayu S.P. (2007),
Manajemen: Dasar, Pengertian, dan Masalah. Edisi Revisi. Cetakan Keenam.
Jakarta: Bumi Aksara.
Mukhyi, Muhammad Abdul dan Imam
Hadi Saputro, Pengantar Manajemen Umum. Depok : Universitas Gunadarma
Manajemen Umum – STMIK
Dumai Edie S.Makmoer
http://markusnugroho.wordpress.com/2011/01/19/organisasi-koordinasi-wewenang-delegasi-dan-penyusunan-personalia-organisas/trackback/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar